Bradley Hanson segera menyusun rencana dadakan yang tak terduga setibanya di Grand Indonesia Mall. Dia melumpuhkan seorang petugas cleaning service hingga pingsan di ruang perlengkapan cleaning service untuk melancarkan aksinya menculik Dokter Evita. Sayang sekali seragam petugas cleaning service itu kekecilan, jadi dia mengenakan jaketnya sendiri dan mengenakan masker penutup wajah serta topi petugas cleaning service itu. Dia mengambil tas plastik sampah yang berukuran besar lalu memasukkannya ke bak sampah dorong yang berukuran besar. Setelah semua persiapan dadakannya beres, Bradley segera mencari sosok Dokter Evita. Tidak sulit karena rambut panjang wanita itu berwarna merah menyala terurai sepanjang punggungnya. Pria bule itu menguntit wanita itu dari jarak aman karena para pengawalnya dengan siaga menjaganya dari jarak 3 meter di belakang Dokter Evita.Mereka sudah berkeliling mall hampir dua jam. "Oohh, sial. Ini tak semudah dugaanku! God please give me just one chance!" ujar
Barang pesanan Leon yang dikirim Kenzo dari Jepang sudah tiba di pelabuhan Tanjung Priok dengan kapal kontainer carteran penuh, sekali jalan. "Coba buka kain terpal penutup barang ini! Aku ingin memeriksanya dengan teliti sebelum bongkar muatan kapal," perintah Leon pada awak kapal kontainer yang berjumlah 10 orang itu.Pria-pria kekar dari perusahaan kapal kontainer itu menuruti perintah Leon dan segera membuka kain terpal lebar yang menutupi batang-batang besi dengan jaring-jaring fiber yang diproduksi oleh perusahaan milik Kenzo Watanabe.Leon memeriksa semuanya sesuai dengan isi formulir pengiriman barang. "Baiklah, bongkar muatan kapal lalu pindahkan ke truk milik Indrajaya Realty!" seru Leon lalu bergegas turun dari kapal kontainer itu agar tidak mengganggu pekerjaan awak kapal dan juga pekerjanya."Maaf, Pak Leon. Tadi ada telepon dari George, katanya sangat penting, dia meminta Anda menelepon balik bila sudah ada waktu luang" ujar Adrian cemas seraya menyerahkan tablet pc mil
Di dalam private jet menuju ke New York, Evita terbaring tak sadarkan diri. Dia terbaring di kursi kabin penumpang setelah satu dosis obat bius disuntikkan ke tubuhnya oleh Bradley Hanson sesaat mereka lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta. Pria itu tidak ingin wanita yang dia culik susah payah kabur bila tiba-tiba tersadar di dalam perjalanan ke kediaman Leigh. "Dokter Evita sudah berada dalam private jet menuju ke New York, Sir. Mungkin 3 jam lagi kami dapat mendarat di Bandara JFK," tulis Bradley di fitur pesan di ponselnya lalu menekan tombol kirim. Kemudian tak lama setelahnya pesan balasan dari bosnya masuk ke ponsel pria itu. "Good job, Brad! Bonus untukmu sudah kutransfer baru saja ke nomor rekening bankmu." Senyum lebar menghiasi wajah Bradley Hanson. Memang melayani keinginan seorang Joe Allen Leigh dengan baik itu tidak pernah ada ruginya. Ketika dia memeriksa saldo akun bank miliknya, nominal angkanya bertambah 100.000 US$, rasanya dia ingin bersorak gembira. Laksana
Ketika melihat Matthew Leigh masuk ke lobi The Stature Jakarta Menteng apartment, Leon segera bangkit dari sofa. Dia nyaris melesakkan bogem mentahnya ke wajah pria bule itu bila tidak dihalangi Calvin O'neil, pengawal Matthew."Katakan dimana istriku, Bastard?!" tuntut Leon penuh amarah.Matthew mendesah lelah seraya menjawab, "Aku tak tahu sama sekali tentang hal ini. Please, Dude ... percayalah!"Tangan Leon menarik kerah kemeja Matthew dengan keras hingga nyaris robek. "Tapi rekaman CCTV bandara mengatakan sebaliknya, dia dibawa dengan private jet yang berasal dari United Airlines. Siapa lagi bule Amerika brengsek yang ingin menculik istriku?!" "Aku di sini bukan? Sementara istrimu dibawa pergi entah kemana dengan private jet. Pikirlah dengan logikamu, jangan hanya menuduh orang sembarangan!" bentak Matthew tidak terima dengan kekasaran Leon.Para pengunjung yang melewati lobi apartment elit itu memerhatikan mereka berdua dengan penasaran. Dua pria tampan bertengkar dengan dikeli
Ketika cahaya mentari pagi menyinari kamar berdinding kaca itu, Evita membuka matanya perlahan, organ intimnya terasa perih karena dipaksa melayani napsu biadab pria yang baru saja dia temui. Berat tubuh sosok di sisinya yang mendekap erat dirinya menyadarkannya tentang realita yang menakutkan. Dia berada di New York, kota yang baru kali ini dia kunjungi dengan cara yang tidak normal, diculik tepatnya."Menyingkirlah dariku!" bentak Evita sembari mendorong tubuh besar Joe Allen agar menyingkir darinya.Pria itu terbangun lalu menindih tubuh Evita. Dia terkekeh seraya berkata, "Ckckckck ... galaknya wanitaku ini. Mungkin aku harus sering melatihmu agar menurut seperti kucing yang manja dan manis.""Jangan harap! Pulangkan aku ke suamiku!" tuntut Evita dengan nada tajam. "Seharusnya aku yang mengatakannya ... jangan harap, huh?!" goda Joe Allen gemas menatap wajah Evita dari dekat."Menyingkir sekarang juga dari tubuhku! Aku muak padamu. Dasar pria sinting!" sembur Evita dengan emosi
Pintu kamar itu terbuka perlahan lalu setengah lusin pelayan wanita memasuki kamar tempat Evita disekap. Wanita itu duduk dengan lutut tertekuk ke dadanya di lantai dekat dinding kaca yang menghadap ke arah laut lepas."Nyonya, kami datang melayani Anda," ucap Beatrice dengan sopan berdiri berjajar bersama pelayan wanita lainnya di hadapan Evita.Wanita itu menoleh dengan wajah berantakan yang terbingkai rambut merahnya yang unik. Dia tidak menjawab sepatah kata pun dan hanya menatap satu per satu wajah pelayan-pelayan wanita itu."Nyonya, kami akan bantu Anda menata penampilan dan kami juga mempersiapkan sarapan pagi untuk Anda," ujar Beatrice lalu memberi kode anak buahnya untuk mengurus Evita. Dia tak sabar membuang-buang waktunya dalam tindakan pasif wanita milik bosnya itu.Kelima pelayan wanita itu segera melakukan pekerjaan mereka, dua mengangkat lengan Evita kanan dan kiri setengah menyeretnya ke kamar mandi sementara yang lainnya mengisi bathtub dengan air hangat dan bubbleba
Leigh Petroleum Corporation, New York."Hasil eksplorasi minyak di kilang lepas pantai Teluk Mexico tahun ini mengalami peningkatan. Penjualan bensin, avtur, dan solar juga mengalami peningkatan di dalam negeri dan juga ke negara Asia serta Afrika. Demikian laporan risalah perkembangan kinerja Leigh Petroleum Corporation sepanjang tahun lalu, Gentlemen!" tutur Direktur Utama LPC, Gordon Struber yang disambut tepuk tangan meriah para pemegang saham utama perusahaan minyak bumi terbesar di Amerika Serikat.Rapat dilanjutkan dengan kesepakatan pembagian deviden tahunan untuk para pemegang saham. Kemudian direksi membahas rencana corporate action dengan wacana penambahan jumlah lembar saham baru (right issue) ke pasar modal Amerika NYSE (New York Stock Exchange) untuk menaikkan market capital perusahaan.Seusai meeting RUPST (Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan) yang berlangsung hampir seharian sejak pagi hingga sore. Akhirnya Matthew memiliki kesempatan berbincang dengan kakak sulungnya. M
Rasanya Leon uring-uringan setiap hari karena relasi Jack Beilamy dan George Whitmann di New York masih belum berhasil menemukan dimana Evita disekap oleh Joe Allen Leigh."Kenapa belum ada kemajuan penyelidikannya?! Seharusnya Evita ada di tempat pria itu tinggal," tuntut Leon dengan nada tajam melecut kedua bodyguard kepercayaannya."Maaf, Pak Leon. Apa mungkin sebaiknya saya atau Jack yang berangkat sendiri ke New York untuk membuntuti Joe Allen sepulang kantor?" saran George berusaha mencari solusi. Dia paham rekanannya di New York juga takut dengan pengaruh kekuasaan Joe Allen sehingga tidak berani terang-terangan menyelidiki pria itu.Leon berpikir sejenak, dia sudah tak sanggup membiarkan istrinya tak jelas nasibnya di negeri asing. Itu sedikit banyak mengurangi fokus pekerjaannya. Leon pun menghela napas lelah dengan segalanya, bahkan wajahnya yang biasa licin mulai bersemak tertutupi bulu-bulu gelap yang subur."Berangkatlah, George. Tapi jangan lakukan apapun di sana. Aku ta
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat