"Alice, ada tamu yang mencarimu! Dia menunggumu di taman samping rumah," panggil Idrus di ruang santai idol.Alice yang tadinya sedang bercanda bersama rekan-rekannya sesama idol segera berdiri dan berpamitan dengan mereka. "Ehh, udahan dulu ya, nanti disambung lagi!" ujar Alice seraya melambaikan tangannya ke Andrew, Mely, Shinta, Sharron, dan Beverly yang sedang duduk bersila di atas karpet menonton film di TV channel berlangganan.Dengan langkah ringan Alice berjalan mengenakan sandal jepitnya menuju ke taman samping rumah. Ketika dia melihat sosok wanita cantik berambut panjang yang modis itu, dia bertanya-tanya dalam hatinya siapakah wanita itu?Maria alias Matthew tersenyum manis menatap kedatangan Alice. Dia lalu berkata, "Hello, Baby girl. Apa kau mengenali suaraku?"Mata Alice membulat terperangah seraya telapak tangannya menutupi mulutnya sebelum menjerit. Dia pun mendekati wanita jadi-jadian itu lalu meraba-raba wajahnya. Sembari mendongak karena wanita abal-abal itu bertu
"Abang kenapa lunak banget sih sama si Matthew Leigh?!" protes Leon saat duduk bersama abang nomor duanya di sofa kantor CEO Indrajaya Realty.Michael mendesah lelah lalu mengusap wajahnya, dia pun menjawab, "Kamu kalau sudah punya anak gadis lagi ngerti, Dek! Nggak bisa segampang itu aku intervensi hubungan Alice sama si bule Amrik itu. Tadi sudah dengar sendiri 'kan jawaban Alice?""Hmm ... mungkin Abang benar. Aku kurang pengalaman soal anak karena belum jadi ayah. Tapi Matthew buatku agak mengerikan, dia menyiksa wanita yang jadi partner ranjangnya. Aku cuma jagain Alice aja jangan sampai kejadian dihajar mpe babak belur, takut kenapa-kenapa ...," sahut Leon mendebat abangnya itu."Yang jelas kita mesti nunggu acara Idol itu selesai, Leon. Jangan sampai Alice patah semangat karena kita nggak dukung dia," jawab Michael berusaha mengerti masalah ini dari sisi Alice."Ya udah kalau begitu. Aku akan kirim pengawal buat jagain Alice aja kalau lagi konser, Bang. Lusa 'kan ada konser Top
"Matt, apa kau akan menjadi Maria lagi besok atau lusa?" tanya Alice iseng sambil duduk di pangkuan pacarnya di kursi ruang rias artis.Alice menggosok-gosokkan telapak tangannya di wajah Matthew yang ditumbuhi subur bakal cambang. Dia suka wajah Matthew versi Maria yang licin dan mulus, kekasihnya itu pun paham."Kau lebih suka Maria karena dia berwajah licin seperti artis-artis Korea?" balas Matthew mengangkat alisnya menatap Alice sementara lengannya dengan kokoh melingkari pinggang ramping Alice.Dengan jujur Alice menganggukkan kepalanya, para pria keluarga Indrajaya itu kebanyakan berwajah licin. Hanya papanya saja yang selalu malas bercukur, paman-pamannya penampilannya rapi semua. "Baiklah, aku akan rajin mencukur wajahku setiap pagi kalau begitu. Ohh sepertinya kita harus kembali ke backstage untuk mengetahui pengumuman siapa yang tereliminasi malam ini. Good luck, Alice Sayang!" ujar Matthew lalu menepuk bokong Alice agar beranjak dari pangkuannya."Ohh, tepukan tanganmu di
Dengan wajah babak belur dan badan luluh lantak, Leon pulang ke penthousenya. Jeffri penjaga lift Nirwana Amanjiwo Tower itu pun memberanikan diri menanyai playboy tajir penguasa tempat kerjanya itu. "Malam yang buruk, Pak Leon?" ucapnya."Begitulah, Jeffri. Mencampuri urusan orang lain terkadang berakibat buruk seperti ini," jawab Leon tersenyum tipis seraya mengendikkan bahunya."Semoga lekas pulih, Pak Leon!" balas Jeffri tanpa cerewet."Thanks, Jeffri," ucap Leon singkat.Angka di lift sudah mencapai 50, bunyi 'TING' itu pun terdengar dan pintu lift otomatis membuka."Silakan, Pak Leon," ujar Jeffri seraya menekan tombol extend door di lift.Leon pun menepuk-nepuk punggung Jeffri lalu keluar dari lift menuju ke unit penthousenya. Dia meninggalkan Evita sendirian di sana malam ini. "Aku pulang, buka pintunya, Carol!" ucap Leon yang seolah menyihir pintu itu hingga terbuka untuknya.Dari sofa depan TV, Evita melemparkan pandangannya ke arah pintu dimana suaminya masuk. Dia pun sege
Belajar dari penggerebekan yang sebelumnya, akhirnya Belvin sendiri yang menjadi tuan rumah orgy kali ini. Dia sudah terjerat dalam siklus berhubungan seks bersama banyak wanita dalam satu waktu. Siang itu matahari terasa begitu terik di atas kota Jakarta. Empat orang wanita bertubuh seksi berpakaian minimalis naik lift ke lantai 15 apartment Signature Park Grande yang ada di daerah MT. Haryono. Dua wanita bertampang Uzbekistan dan dua lainnya bertampang oriental, keempatnya sangat cantik dan menggoda iman karena bulatan-bulatan padat di bagian depan dan belakang tubuh mereka berukuran jumbo hingga pakaian yang mereka kenakan seolah sulit membungkus tubuh itu dengan benar."TING."Pintu lift itu pun membuka. Mereka berempat mencari kamar bernomor 7 lalu membunyikan bel pintu satu kali dan menunggu di depan pintu dengan sabar. Tak lama kemudian pintu itu dibukakan."Hai, ayo masuk, Ladies!" sambut Belvin dengan mata berbinar-binar lalu menepi untuk memberikan jalan keempat wanita sek
Ketika melihat id caller di layar ponselnya, Matthew mengerutkan keningnya. Ada apa gerangan kakak sulungnya yang sibuk tiba-tiba meneleponnya."Hello, Joe. Tumben kau meneleponku. Ada apa?" jawab Matthew to the point.Kakak sulungnya itu terkekeh lalu menjawab, "Hello. Dasar adik kurang ajar! Kakakmu menelepon malah kau bertanya ada apa! Ehm ... aku sebenarnya ingin bertanya kenapa kau betah sekali di Jakarta. Apa kau mendapat istri baru di sana?"Aku memiliki pacar baru di Jakarta. Sayangnya keluarganya tidak menyetujui hubungan kami," sahut Matthew seraya menghela napas berat."Oohh ... jadi apa itu yang membuatmu menguras tabunganmu, Matt? Aku mendapat laporan dari akuntan keluarga Leigh bahwa kau menarik 2 juta US$ dari rekeningmu baru-baru ini," ujar Joe Allen Leigh penasaran."Ya, bukan untuk pacarku yang ini, tetapi untuk berperang bisnis dengan paman gadis ini, Joe! Aku membuat keputusan bisnis yang buruk dengan memanipulasi harga saham Indrajaya Realty dengan aksi jual rugi
"Astogeh! Si ganteng kenapa bonyok begini?!" lengking Itang Junaedi ketika melihat wajah Matthew di kantor CEO Young Entertainment.Pria bule itu mendesah lelah sembari memutar bola matanya. Dia hanya berucap, "Bacot! Udah buruan bikin aku cantik! Maria needs a make up, Itang!""Hahaha ... subuuuurrr dong, Om! Jangan diburu-buru, ntar kubikin muka yee kayak Mak Lampir baru kapok!" sahut Itang tertawa melambhay sembari membongkar koper make up miliknya di meja CEO yang lebar itu.Matthew pun menutup rapat mulutnya sebelum memaki Itang lebih panjang lagi. Dia sudah rindu pada sugarbaby-nya yang imut-imut dan ingin segera bertemu lagi dengan Alice.Satu per satu komponen make up terpulas rapi di wajah Matthew dan merubah wajah tampannya menjadi cantik. Tangan Itang begitu sibuk memoles kelopak mata, pipi, dan bibir seksi Matthew."Aahh ... it's done, Beibeh! Coba ngaca dulu, karyanya Itang selalu cetar dan tjakeeeepp!" puji Itang pada dirinya sendiri seraya menyerahkan cermin bulat berdi
"Oughh ... Baby! Damn, you're so hot!" umpat Leon sambil bersandar di kursi massage di penthousenya ketika menatap goyangan tubuh istrinya yang mengenakan lingerie semi transparan warna fuschia.Tubuh Evita meliuk-liuk sambil menghentakkan kakinya yang mengenakan gelang berlonceng banyak dengan kedua tangan di atas kepalanya menatap Leon dengan panas. Irama musik Arabian Nights yang bertempo cepat mengiringi tarian perutnya."Apa kau suka tarianku, Hubby ... My Baby Boo?" tanya Evita manja lalu menarik tangan Leon untuk bangkit berdiri dan menari bersamanya.Leon pun bertanya dengan alis berkerut, "Apa pelatih belly dance itu seorang wanita? Aku tidak mengizinkanmu latihan lagi kalau dia seorang pria!"Mendengar nada kecemburuan suaminya yang memiliki sifat posesif tingkat dewa kepadanya itu, Evita terkikik lalu menjawab, "Ehh ... dia pria yang kelebihan hormon wanita, bagaimana aku menyebutnya?""Tetap nggak boleh selama dia memiliki burung di dalam celananya, Eve!" debat Leon keras