Seusai membuat suaminya menyembur puas di mulutnya, Alice ingin beranjak dari ranjang untuk membersihkan mulutnya. Namun, tangan Matthew segera menangkap lengannya lalu membantingnya hingga telentang di ranjang. Mata Alice membulat, mulutnya terperangah usai memekik kecil. Bibir Matthew menyusuri lehernya dan turun hingga gundukan lembut payudaranya yang membulat penuh di balik kain sutra tipis. Gigi pria itu menurunkan tali lingerie yang dikenakan Alice perlahan hingga ia menahan napasnya dengan jantung berdebar-debar. Lingerie itu meninggalkan tubuh moleknya dan melayang jatuh entah kemana dilemparkan oleh Matthew ke arah belakang."Matt, are you sure?" tanyanya mencicit menatap wajah tampan yang mirip pemeran THOR Marvel Universe itu."Pretty sure, Baby Girl. Apa benar istilahnya di Indonesia ... belah duren?" balas Matthew terkekeh melirik wajah Alice lalu mengerlingkan sebelah matanya.Alice pun cekikikan mendengar pertanyaan suaminya. "Iya. Kalau nggak sanggup jangan dipaksain
"Terima kasih untuk kontrak baru perusahaan kami, Pak Leon. Semoga kerja sama kita bisa langgeng," ujar Rony Hidayat, CEO PT. Inti Mulia Keramik."Sama-sama, Pak Rony. Produksi keramik perusahaan Anda bagus dan harganya bersaing, jadi saya mencoba memakainya untuk salah satu proyek Indrajaya Realty," jawab Leon dengan sopan dan profesional.Mereka sedang membicarakan proyek kerjasama perusahaan di lobi Hotel Mandarin Oriental dekat Bundaran HI. Kemudian sebelum mereka berdua berpisah ..."Pak Leon, kami memiliki sedikit ucapan terima kasih. Semoga Bapak berkenan menerimanya ...," pesan Pak Rony menyodorkan kartu akses kamar nomor 711 di meja hadapan Leon."Ehh ... apa ini, Pak?" sahut Leon bingung dan sedikit curiga."Ayam, Pak!" jawab Pak Rony terkekeh."Hah! Ayam?! Memang boleh ya di hotel ini kemasukan hewan?" tanya Leon tak yakin karena itu hotel five stars."Ayam kampus, Pak. Cakep banget, mulus, dijamin Bapak suka ... kami sajikan gratis spesial hanya untuk Pak Leon," bujuk Pak
Seusai melakukan kenakalannya bersama 'ayam' sajian Pak Rony Hidayat, CEO PT. Inti Mulia Keramik, Leon diantar oleh sopirnya kembali ke Gedung Pusat Indrajaya Realty. Ketika naik ke lantai 30 di mana kantor CEO berada, dia menerima pesan dari Evita."Hubby, kamu ke mana saja kok lama meeting dengan klien?" Bunyi pesan Evita di layar ponselnya.Hatinya tergelitik karena baru saja melakukan suatu hal yang mungkin akan membuat istrinya marah. Dia pun menjawab, "Aku sedang berada di lift untuk naik ke kantorku, Eve. Ada apa?"Lift itu hampir sampai ke lantai 30. Pesan balasan Evita masuk ke ponselnya. "Deasy datang ke Jakarta, dia mencarimu!" Leon pun tertawa gembira, kakak ipar favoritnya datang berkunjung ke Jakarta."TING!"Pria tampan itu melangkah keluar dari lift dan disapa oleh kedua anak buah kepercayaannya, Adrian dan Giorgio."Ada tamu di ruangan Anda, Pak Leon," ujar Adrian yang berdiri bersebelahan dengan Giorgio di balik meja sekretaris depan ruang kantor Leon."Oke," sahut
Jack Beilamy yang baru saja keluar dari pintu lobi Nirwana Amanjiwo Tower usai mengantar pulang bosnya menengadah ke langit. Sebuah helikopter terbang rendah sejajar dengan lantai 50 tower itu. "Damn it!" seru Jack lalu masuk ke lobi lagi menyeret tangan rekannya George Whitmann untuk naik dengan lift ke atas."Ada apa, Jack?" tanya George bingung."Firasatku mengatakan ada yang tidak beres di penthouse! Semoga tidak terlambat ...," jawab Jack sembari memperhatikan angka di lift yang terus berubah naik sesuai lantainya. Dia ingin ke lantai 50.Sementara itu di penthouse Leon ..."Eve, sepertinya ada yang tidak beres!" seru Leon menatap ke arah balkon dan menyembunyikan tubuh Evita di belakangnya.Orang-orang berpakaian hitam merangsek masuk ke dalam penthouse dengan cara memecah kaca pembatas penthouse menggunakan alat khusus. Seharusnya kaca tebal itu tidak mudah pecah karena memang dipesan dengan spesifikasi anti peluru. Tirai putih kaca pembatas penthouse dengan teras balkon beter
Mobil sedan BMW hitam itu berhenti tepat di belakang mobil ambulans di depan pintu masuk IGD Siloam International Hospital. Paramedis bergegas menurunkan pasien korban luka tembak dari dalam ambulans ke ranjang dorong. Sementara seorang pria berpakaian necis turun bersama asistennya dari dalam mobil sedan BMW itu. Ada yang aneh dengan cara berjalan pria itu, kedua kakinya agak berjauhan seolah takut bersenggolan dengan organ yang ada di antara pangkal pahanya.Dia langsung berjalan menuju ke meja pendaftaran pasien IGD. Kemudian mau tak mau harus tersela pasien yang sedang gawat-gawatnya dari ambulans itu.Jack Beilamy yang mengawal bosnya hingga ke IGD itu menyerobot antrean pria itu. Dia buru-buru berkata, "Suster, pasien yang saya bawa dulu yang ditangani, dia terkena 3 tembakan peluru tajam dan tak sadarkan diri."Karena penasaran pria itu menengok siapa yang tertembak 3 peluru tajam. Dia pun tertawa terbahak-bahak seolah senang. "Mampus kau Leon!" ujarnya riang saat paramedis me
Di kantor pusat Leigh Petroleum Corporation, New York City, Joe Allen mengamuk. Barang-barang di mejanya berserakan di lantai ruang CEO."Fucking moroon! Damn it! Bagaimana mereka bisa gagal membawa wanitaku ke mari?!" maki Joe Allen dalam amarah yang meledak-ledak di hadapan anak buahnya.Dia menempatkan Bradley Hanson di Jakarta memang bukan untuk menculik Evita, tapi menunggunya hingga melahirkan bayinya. Keenam pria yang dia utus untuk menculik Evita juga penjahat profesional yang memang spesialisasinya di bidang penculikan. Maka dari itu dia kesal ketika mereka gagal dalam tugas remeh."Kakak Leon Indrajaya menghentikan private jet yang hampir tinggal landas itu, Sir!" jawab Anthony Hawkins, kepala pengawalnya yang baru memggantikan Bradley Hanson.Kepala Joe Allen terasa pening, dia tak tahan tidak menyalurkan kebutuhan biologisnya selama nyaris 14 hari semenjak kepergian Evita. Dia pun memiliki ide cemerlang dan tersenyum licik."Apa Michael Indrajaya dan puteranya sudah kembal
Dengan hati-hati Leeray menggendong tubuh Evita yang agak berbobot karena tengah mengandung itu turun dari mobil Alphard. Dia membawanya ke IGD Siloam International Hospital. "Suster, tolong pasien tak sadarkan diri karena dibius dan dia juga sedang hamil," ujar Leeray dengan suaranya yang bass yang justru membuat perawat jaga terkesima sedikit bengong menatapnya.Dia pun berdehem seraya mengerutkan alisnya menatap balik perawat jaga IGD itu."Ehh ... ohh ... silakan dibawa ke bilik 2 IGD, Pak!" balas perawat itu salah tingkah menunjukkan bilik perawatan yang dimaksud, "sebentar ya, Pak. Akan saya panggilkan dokternya!" Perawat itu segera menghilang meninggalkan Leeray berdua bersama Evita yang terbaring di atas ranjang pasien IGD.Tak lama kemudian dokter jaga IGD bergegas masuk ke bilik 2 dan memeriksa Evita sembari menanyai Leeray, "Selamat malam, Pak. Bisa dijelaskan kronologi kejadiannya?""Malam, Dok. Tapi, maaf sekali karena saya tidak berada di lokasi kejadian saat adik ipar
"BRAKKK!" Joe Alen melempar tempat penanya dari atas mejanya ke arah Anthony Hawkins yang mengelak dan barang itu pecah membentur lantai kantor CEO."Kenapa Matthew dan Alice tidak bisa ditemukan di rumah?!" seru Joe melotot menunjuk-nunjuk wajah Anthony."Maaf, Sir. Mereka memang sudah pergi sebelum kami sampai di kediaman Leigh. Apakah ada yang dapat kami lakukan selanjutnya?" jawab Anthony menatap wajah bosnya yang penuh amarah.Sembari mendengkus kesal, Joe menyugar rambutnya. Coba cek ke sekretaris Matthew kemana bosnya pergi!" perintahnya yang kemudian diiyakan oleh Anthony lalu pria itu keluar dari ruang CEO.Sementara itu Matthew sedang berada di tengah lautan tak bertepi bersama Alice. Usai membeli persediaan kapal di Boston dan menjemput kru kapal yang direkrut dadakan di sana. Mereka kembali mengarungi Samudera Atlantik menuju ke Lisbon, Portugal.Bagi Alice, honeymoon di tengah laut cukup romantis. Sekalipun tanpa bunga sama sekali secara harfiah, tetapi sepanjang hari be