Share

Bab 93

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-16 21:18:51

“Baiklah, jika dengan menikahinya bisa membuatmu bahagia,” ucap Marco yang akhirnya menyerah pada perdebatan itu. “Aku akan melakukannya. Dengan satu syarat, bahwa ini adalah permintaanmu untuk yang terakhir kalinya.”

Cassandra mengangkat wajahnya dan menatap punggung lelaki yang kini telah berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Seandainya saja Marco tahu, bagi Cassandra permintaan ini seolah menancapkan belati ke dadanya sendiri. Sebagian dirinya luluh lantak saat mendengar lelaki itu mengabulkan keinginannya.

Ia bangkit dari ranjangnya dan mengemas semua barang miliknya. Sesaat ia terdiam di depan nakas. Dengan berurai air mata, ia menatap kotak coklat dan seikat bunga di atasnya.

Bukan pertemuan maupun perasaan cinta yang disesalkannya, namun ketidakberdayaannya melawan takdir yang seolah sebuah garis tipis antara mereka berdua. Sebuah garis tipis yang sejak awal ingin dipertegasnya itu, kini justru memudar.

“Terima kasih atas segala cinta yang kamu berikan,” lirih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pipit Amorita
up lagi thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 94

    “Nona Hani!” teriak Niken memanggil gadis berkacamata yang tiba-tiba saja memaksa masuk ke dalam ruang kerja Marco. “Anda tidak boleh masuk.” “Kenapa saya tidak boleh masuk? Saya hanya butuh bicara dengannya sebentar,” tegas Hani.“Hanya tamu yang sudah membuat janji saja yang boleh menemui Pak Marco.” Niken merentangkan kedua tangannya menghalangi Hani untuk masuk menemui Marco. “Maaf, dia benar-benar sibuk Nona. Aku akan buat janji temu untuk Anda besok.” Gadis itu mendengus kesal. “Ada hal penting yang perlu aku sampaikan secara langsung. Hanya butuh waktu sepuluh menit, tidak lebih!” “Ada apa ini ribut-ribut!” Suara keras yang terdengar dari belakang Hani, sempat membuat gadis itu melompat saking terkejutnya. “Pak Irfan! Gadis ini mau menemui Pak Marco tanpa membuat janji,” terang Niken langsung pada pemilik tertinggi Sophie Laurent. Mendengar perempuan di depannya menyebut nama Irfan, Hani

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 95

    Zissy duduk di tepian balkon rooftop gedung Sophie Laurent. Sepasang matanya menatap nanar jalanan di bawah sana. Hiruk pikuk kendaraan terlihat dari tempat itu. Sesekali ia menatap ke atas langit. Awan putih yang berarak di atas sana, membuatnya terpukau oleh keindahannya. Ia berdiri dari tempatnya dan mulai memejamkan matanya. Direntangkannya kedua tangannya seolah seekor burung yang siap untuk terbang menembus awan putih di atas sana. “Zissy! Apa kamu sudah gila?” Teriakan Marco mau tidak mau membuat Zissy kembali pada kenyataan. Kenyataan bahwa ia bukan seekor merpati, tapi hanya seorang manusia biasa dengan begitu banyak persoalan dunia. “Bukankah ini yang sebenarnya kamu inginkan? Kematianku agar kamu nggak perlu lagi menikahiku. Kamu nggak perlu lagi bertanggung jawab atas bayi dalam perutku ini,” ucap Zissy.Marco menelan kasar salivanya. Sepertinya Zissy sudah membaca alasan ia memanggi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 96

    “Dia akan segera punya anak. Aku nggak bisa memisahkan ayah dari anaknya. Aku sudah pernah mengalaminya, dan aku tidak mau menjadi pengacau yang hadir di antara mereka.” Hani menggelengkan kepalanya. Ia seperti kehabisan kata-kata. Setiap kalimat yang dilontarkannya seakan membal begitu saja tanpa pertimbangan apapun dari Cassandra. “Sandra, satu yang ingin aku tegaskan. Kamu tidak bisa menuntut orang lain untuk terus membahagiakanmu. Terkadang butuh usaha untuk mendapatkan kebahagiaan itu,” tutur Hani sekali lagi. “Jadi … menurutmu, aku harus tetap bersama dia, walau aku masih meragukan kesetiaannya?” “Sandra. Gunakan insting kamu. Jika bahagiamu ada di dia, perjuangkan dia. Jika dia hanya membuatmu sakit, tinggalkan dia,” sahut Hani. “Aku tidak bisa membantumu mengambil keputusan. Yang kamu butuhkan hanya bertanya pada diri sendiri.”“Dan ingat, jangan sampai kamu menyesal karena harus kehilangan kesempatanmu bersama dia.” Kalimat terakhir yang diucapkan Hani, mau tak mau membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 97

    Dingin malam tak menghalangi kedua insan itu untuk memadu kasih. Keduanya seperti sepasang kutub magnet yang berbeda, tak ingin lepas satu dengan lainnya. Mereka saling memagut dengan penuh hasrat dan berlomba untuk mencapai puncak kenikmatan dunia. Suara detak jam di dinding berpadu dengan suara desah dalam ruang itu seakan sebuah kolaborasi yang sempurna. Tak ada lagi keinginan untuk berpisah. Yang diinginkannya hanya meneguk kebahagiaan yang ada malam itu. Keduanya berlomba untuk memberikan kepuasan bagi pasangannya hingga meraih puncak kenikmatan dunia bersama.Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Marco. Napasnya yang memburu, kini perlahan kembali tenang. Sementara Marco masih terbaring lemas di sisinya. “Om tahu alasanku kembali kemari?” tanya Cassandra tiba-tiba.“Hmm,” ucap Marco. Lelaki itu masih tak dapat berpikir setelah aktifitas melelahkannya. Seluruh aliran darahnya terasa begitu lancar setelah semua hasratnya benar-benar tersalurkan. Mendengar jawaban ambigu itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 98

    “Kamu mau kemana?”Setengah berlari Marco mengikuti langkah Cassandra. Dirapikannya kemejanya sambil terus melangkah tanpa mempedulikan beberapa staf yang memperhatikannya. Cassandra tiba-tiba menghentikan langkahnya. Marco hampir saja menabraknya, jika saja ia tidak dengan sigap ikut berhenti.Gadis itu berbalik dan memperlihatkan seulas senyumannya. “Aku mau siapkan kejutan buat Papa. Om mau ikut?” tanya Cassandra. Marco bisa merasakan antusias yang terlihat jelas di wajahnya. “Tentu saja,” sahutnya. Baru saja mereka mencapai pintu keluar, Niken dengan terengah-engah menghampiri mereka. Sepatu tingginya mengetuk lantai granit lobi kantor Sophie Laurent dengan tempo yang harmonis. “Pak Marco! Bapak mau pergi?” tanyanya sambil mengatur kembali napasnya. “Iya, mungkin saja aku tidak kembali ke kantor hari ini,” sahut Marco. “Tolong jadwalkan kembali semua janji yang sudah dibuat.” “Tapi Pak,” sela Niken. “Nona Zissy baru saja menelpon akan mengunjungi Anda saat makan siang nant

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 99

    Marco melepaskan setelannya. Ia melepaskan celana panjangnya dan segera menghampiri Cassandra. Lelaki itu benar-benar tak habis pikir dengan tingkah nakal kekasihnya. Bagaimana jika ada orang lain yang melintas dan melihatnya dalam keadaan polos.“Sandra, kamu benar-benar gila. Bagaimana kalau ada seseorang yang melihatmu?” kesal Marco. Ia menutupi bagian badan Cassandra yang terbuka dengan kemeja putihnya. Lelaki itu merasa sangat kesal. Ia tidak ingin ada orang lain, yang bisa menikmati kemolekan tubuh gadisnya. “Tapi Om, nggak ada orang lain di sini. Tempat ini sangat terasing, bahkan tetangga terdekat Tante Mona berjarak beberapa kilometer dari sini,” ucap gadis itu dengan begitu yakinnya.“Iya, aku tahu. Tapi ….” Cassandra berjingkat. Dengan sigap ia melingkarkan sepasang tangannya di leher lelaki di hadapannya dan menutup perdebatan itu dengan kecupan di bibir Marco. Jantung Marco berdegup kencang. Dia memang sudah bermain dengan banyak gadis di luaran sana, tapi di alam be

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 100

    “Bagaimana kalau Irfan tahu semua ini,” batin Mona. Wanita itu merasa semua ini tak bisa dibiarkan. Di satu pihak, Mona merasa kasihan pada Cassandra. Tapi di sisi lain, ia tak rela jika kejadian dua puluh tahun yang lalu terulang kembali. Bagaimana jika kali ini Cassandra dinikahkan dengan pria sembarangan oleh Irfan? Haruskah kesalahan yang sama terulang kembali? Marco baru saja hendak menjelaskan semuanya pada Mona. Namun Cassandra menghalangi niatnya. Jemari tangan gadis itu telah mencubitnya di bawah meja. “Tidurlah! Besok aku ikut kalian ke kota. Ada yang perlu aku bicarakan dengan papa kamu,” perintah Mona. Perempuan itu menghela napas dengan wajah kecewa. Ia berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan kedua tamunya yang saling berpandangan. Marco menatap Cassandra dengan kesal. Kedua alisnya menyatu memperlihatkan perasaannya. “Kamu ini kenapa? Seharusnya kamu biarkan aku mengatakan semuanya agar dia tidak salah paham tentang hubungan kita.” Marco masih merasa tak nyam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 101

    “Kalau Tante pikir papa nggak bisa didik Cassandra dengan baik, kenapa tidak Tante saja yang mendidik Sandra?” tantang gadis itu menimpali ucapannya. “Kamu!” Mona kehilangan kata-kata. “Lihat Irfan! Bahkan dia berani menjawab,” keluhnya. “Itu karena kamu tidak memberikan kesempatan baginya untuk menjelaskan alasan dia berbuat seperti itu.” Irfan duduk kembali di sofanya. Lelaki itu mengangkat satu kakinya bersilangan dengan kaki lainnya dengan santai. “Dia sudah dewasa, sebagai orang tua tentu saja aku tidak bisa mengekangnya. Dan sebagai konsekuensinya, dia harus bisa mempertanggungjawabkan setiap tindakannya.” Mona mendecak kesal. “Lalu bagaimana kalau semuanya terlambat dan dia hamil duluan?” “Kak Mona, sebenarnya aku ingin memberitahumu sejak kemarin. Tapi ….” Marco mengedikkan pundaknya. “Cassandra memintaku agar tidak memberitahu Kakak tentang hal itu.” “Hal apa? Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?” tanya Mona penasaran.“Aku dan Cassandra … sebenarnya kami tidak memp

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26

Bab terbaru

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 150

    Sepasang insan itu menikmati kebersamaan mereka. Tak ada lagi kecemasan dalam pikiran mereka. Semua keraguan dan kecemasan yang beberapa hari terakhir dirasakannya, menghilang dalam sekejap. Keduanya seakan berlomba untuk saling memuaskan satu sama lain dalam degup irama jantung yang sama kencangnya.“Om,” desah suara itu memanggil kekasihnya. Marco menghentikan hentakannya. Ia menatap wajah lelah istrinya yang telah dipacunya beberapa menit berlalu. Dikecupnya bibir merahnya dengan senyuman mengembang. “Sampai kapan kamu akan memanggilku seperti itu?” godanya. “Apa kamu ingin semua orang menganggapmu sugarbaby ku?” Cassandra menarik sudut bibirnya, memberikan seulas senyuman manjanya. “Suamiku. Atau sayangku. Mana yang lebih baik menurutmu?” Marco memautkan jari jemari ke tangan istrinya. Sepasang matanya seakan tersenyum lembut bersama dengan bibirnya.“Keduanya terdengar sexy, asal keluar dari bibirmu,” bisiknya. Lelaki itu kembali mencumbu istrinya, menyerangnya dengan gelit

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 149

    Marco terkesiap saat melihat Cassandra di depan pintu. Ia tidak menduga Cassandra harus terlibat dalam masalah ini. Seharusnya semua rencananya berhasil, jika saja Dave tidak dengan sengaja membawa istrinya ke tempat itu. Ia bahkan dapat melihat senyum lelaki itu saat mengikuti langkah Cassandra masuk ke dalam kamarnya. Namun Marco tidak ingin semua rencananya berantakan. Ia segera menutup pintu sesaat setelah Dave masuk. Dan pertunjukan utama pun dimulai. Cassandra melihat seorang gadis, kedua tangannya terikat menjadi satu dan Rexy sedang berdiri tepat di hadapannya. “Om Rexy? Dan kamu … bukankah kamu Shereen? Apa yang kalian bertiga lakukan di kamar ini?” Tentu saja Cassandra kebingungan melihat keberadaan mereka di tempat itu. Semua pikiran buruk tentang perselingkuhan suaminya, langsung dimentahkan karena kehadiran Rexy. “Tidak, bukan seperti itu pertanyaannya, Sandra,” sahut Rexy. “Seharusnya kamu minta Dave menjelaskan semuanya. Bagaimana ia tahu Marco ada di hotel ini

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 148

    “Ngapain kamu bawa aku kemari?” Cassandra menatap curiga lelaki di sampingnya. Ia mulai gelisah. Perasaannya makin tak tenang saat lelaki itu memutar kemudinya memasuki lobi hotel berbintang empat itu. “Seperti yang aku katakan. Aku punya janji minum dengan Indra, interior desainer yang aku ceritakan tadi,” sahut Dave dengan tenangnya. Cassandra menatap lelaki itu dengan sudut matanya. Ia terus memperhatikan gerak-gerik lelaki yang dikenal dengan sifat buruknya – pemain wanita.Dave tersenyum tipis saat mengetahui Cassandra menatapnya penuh kecurigaan. “Apa?” tanyanya sembari tertawa terkekeh. “Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa kamu mulai menyadari bahwa teman kamu yang satu ini terlihat tampan?” Cassandra mengalihkan perhatiannya. “Iya, sebenarnya kamu cukup tampan. Tapi –” “Tapi? Tapi apa?”“Kenapa kamu sampai sekarang belum juga menikah?” ungkap Cassandra karena tak tahan lagi dengan sikap lelaki itu. Lelaki itu tersenyum lebar. “Karena aku sedang menunggu seseorang. Se

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 147

    “Aku akan segera pulang setelah melakukan survey lokasi.” Marco mengatakan dengan jelas alasan kepergiannya kepada istrinya. “Hanya satu malam, Sayang.” “Tapi ….” Cassandra mendecak kesal. “Aku benci tidur sendirian, Om.”“Aku janji, seandainya nanti semuanya selesai tidak terlalu larut, aku akan langsung kembali,” sahut Marco. Cassandra mengerucutkan bibirnya. Seandainya saja Marco mengajaknya, ia pasti mau ikut bersamanya. Tapi ia malu untuk terlihat posesif terhadap suaminya. “Baiklah. Kabari aku setelah kamu sampai di tujuan,” pinta Cassandra. Marco menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui permintaan istrinya. “Tentu saja,” ucapnya. Ditatapnya wajah manis perempuan yang ada di dalam pelukannya. Rasa hangat pelukan Marco, membuat perasaan gelisah di hati Cassandra memudar. Hatinya seharian ini memang merasa tak tenang, seperti merasakan sebuah firasat buruk tentang suaminya. Namun ia tak bisa menemukan sesuatu yang tak seharusnya. Bahkan dia percaya suaminya tak akan pernah

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 146

    Shereen mengunci pintu ruang kerja Marco. Dengan liar kedua tangannya mengunci ciumannya dari belakang tengkuk Marco. Perempuan itu memeluk Marco dan melumat bibir lelaki itu dengan penuh hasrat.“Hentikan Shereen,” lirih lelaki itu. Marco meraih pinggang ramping gadis itu dan menyentakkannya agar ia melepaskan pelukannya.Tak bisa disangkal, sebagai seorang pria normal tentu saja penampilan dan sentuhan sensual gadis itu membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Marco seakan dibawa ke sebuah petualangan baru yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. “Bukankah ini menyenangkan?” bujuk gadis itu. “Hentikan semua omong kosong ini. Aku sudah punya–”“Istri? Aku tidak menyuruhmu menikahiku,” sambung Shereen yang tak mau mendengar sebuah penolakan. “Aku cuma ingin seseorang ada di sisiku ketika aku kesepian. Ada seseorang yang peduli padaku saat aku kesakitan.”“Keluarlah.” Marco menyingkirkan sepasang tangan yang masih enggan lepas dari lehernya itu. “Keluarlah sebelum aku memanggil sek

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 145

    Cassandra berjalan selangkah demi selangkah mendekati Marco. Sepasang matanya menatap laki-laki itu dengan tatapan dinginnya. Tatapan dingin yang membuat jantung Marco seakan hampir berhenti berdetak. “Mati aku! Apa dia tahu sesuatu? Sepertinya Shereen tidak main-main dengan ancamannya.”Dengan kedua tangannya, Cassandra mendorong tubuh Marco, hingga membuat tubuh lelaki yang tidak siap menghadapinya itu limbung dan jatuh terjengkang. Marco menelan kasar salivanya. Panik! Itu yang saat ini dirasakannya. Apalagi saat melihat Cassandra yang seakan tak mau melepaskannya. Namun tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut di bagian tengah tubuhnya. Bagian yang masih berdiri menantang itu, kini berada dalam genggaman tangan Cassandra. Sentuhannya bahkan membuat jagoan Marco itu semakin mengeras. “Tadi … kamu kenapa?” tanya Marco ragu, “apa ada yang salah?”Cassandra menggelengkan kepalanya. “Aku cuma nggak nyaman aja, ruangannya terlalu sempit dan … keras.” Marco menghela napas lega. Ia ta

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 144

    Aroma jasmin menguar di ruangan yang terasa hangat itu. Suara air yang mengalir memenuhi bak mandi, menyamarkan debaran jantung keduanya. Marco dapat merasakan betapa lembut dan lembabnya kulit kekasihnya, saat tangannya menyentuh tubuhnya. Ia dapat merasakan hasratnya yang membara saat tubuh mereka bersentuhan. Marco menangkup sepasang tangannya di dada kekasihnya, merasakan sensasi kenyal yang mempermainkan hasratnya. Lelaki itu mendaratkan kecupannya di leher jenjang istrinya, merasakan denyutan nadi yang seolah menjerit saat disentuhnya. Suara desah lolos dari bibir Cassandra. Dengan pasrah, ia menyandarkan kepalanya ke dada suaminya dan memberikan keleluasaan baginya untuk menikmati tubuhnya. Ia sungguh menikmati permainan tangan suaminya dan sentuhan basah di lehernya menciptakan percikan-percikan yang membangkitkan hasratnya. Lelaki itu memutar tubuh kekasihnya. Ditatapnya wajah cantik yang tak pernah bosan dilihatnya itu. “Aku mencintaimu Sandra, cuma kamu. Biar apapun ya

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 143

    Marco mengerjapkan matanya. Ia benar-benar terkejut ketika menyadari dirinya berada di tempat yang sama sekali asing baginya. Ia mencoba mengingat kejadian terakhir yang tersimpan di memorinya. Suara gemericik air, menyadarkan dirinya bahwa ia tidak sendirian. Lelaki itu semakin terkejut ketika melihat beberapa foto yang terpampang di dinding ruangan itu. “Om sudah sadar rupanya.” Suara itu terdengar seiring dengan pintu kamar mandi yang terbuka. “Sher!” Marco menyadari bahwa dirinya berada di dalam apartemen Shereen, seorang model terpilih perusahaannya. Ia masih ingat bagaimana gadis itu menelponnya dengan ketakutan. Gadis itu tersenyum lebar. “Aku tahu Om akan datang. Aku tahu, Om akan meninggalkan istri Om buat aku,” ucapnya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. “Persis seperti yang Dave katakan.”“Dan yang lebih penting, alam seakan mendukung niatku. Om pingsan tepat di depan pintu apartemenku.”Marco segera bangkit dari sofa, tempatnya terbaring tadi. Ia menatap gadi

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 142

    Shereen mengulurkan tangannya. Mendengar tawaran yang menguntungkan seperti ini, tentu saja tidak mungkin disia-siakan olehnya. Bukan karena ia tidak menginginkan kompensasi pembatalan kontrak bernilai ratusan juta itu, tapi ia sadar jika ia membatalkan sebuah kontrak bernilai besar seperti ini akan membuat namanya juga menjadi buruk. Tidak akan ada lagi orang yang berani menawarkan kontrak apapun kepadanya. Selain itu, firasat Shereen mengatakan bahwa Marco akan menuruti apapun keinginannya. Marco sudah berada di dalam genggaman tangannya. “Om yakin?” tanya gadis itu. “Om akan melindungi aku, menjaga aku dalam setiap kegiatan yang akan aku lakukan?” Marco menganggukkan kepala menyetujui ucapan Shereen, walau ia tahu itu tidak mungkin dilakukannya. Pekerjaannya cukup banyak, dan waktu sepanjang dua puluh empat jam bahkan tidak akan cukup jika harus ditambah dengan tugas sebagai seorang bodyguard. Tapi ia tetap menganggukkan kepalanya, yang terpenting gadis di hadapannya tidak mem

DMCA.com Protection Status