Beranda / Romansa / Gairah Liar Istriku / Bab 10. "Pergi Kamu, Bajingan!"

Share

Bab 10. "Pergi Kamu, Bajingan!"

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 00:47:22
Nara dengan penuh keraguan meraih ponsel itu, lama ia tertegun. Sementara Arka menyandarkan sisi tubuhnya ke dinding dan menyulut rokoknya. “Ayo angkatlah, Nara. Siapa tahu Reno-mu itu sedang kangen sama kamu,” sindir Arka, menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit ruangan. senyumnya seperti mengejek tapi penuh perhatian.

Nara tidak segera mengangkat panggilan dari Reno. Ponsel itu pun berhenti berdering. Mendadak, ada sesuatu terbersit di benak Nara. Dengan langkah mantap, ia mendekat ke arah Arka yang masih berdiri dengan sikap santainya.

Tanpa peringatan, Nara melingkarkan lengannya di leher Arka, tubuhnya rapat menyatu. Matanya menatap lekat, penuh gairah yang tak biasa. “Nara...?” Arka merasa kaget dan tertegun, merasa kejadian yang di depan matanya sama sekali di luar gugaannya. Arka pun tak sempat melanjutkan kata-katanya saat bibir Nara sudah menyergap bibirnya.

Tidak ada kelembutan di sana. Tidak seperti biasanya. Ciuman Nara liar, seakan ingin menghancurkan segala batas y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah Liar Istriku   Bab 11. "Kamu Sama Saja Dengan Pria Lainnya. "Tolol"

    Di tempat lain.Dita sedang berdiri di depan jendela besar apartemennya, menatap rinai hujan yang jatuh deras mengguyur di luar. Tangannya memegang gelas anggur merah, tapi bibirnya tak sedikit pun menyentuh tepian gelasnya. Pikirannya penuh dengan berbagai skenario tentang Nara, tentang rencana-rencana yang sudah ia disusun rapi. Semuanya seharusnya berjalan sempurna.Terdengar ketukan di pintu.Tanpa menoleh, Dita tahu siapa yang datang. Suara ketukan yang ragu-ragu, nyaris tak terdengar. Arka. Ia menghela napas panjang sebelum mengucapkan, “Masuk.”Pintu terbuka perlahan. Arka melangkah masuk dengan wajah tertunduk. Tubuhnya basah kuyup, rambutnya meneteskan air ke lantai marmer putih. Pakaiannya kusut, dan ada semburat kegelisahan di matanya. Sejenak, ia hanya berdiri di ambang pintu, seakan sedang Menyusun dan menimbang kata-kata yang akan diucapkannya kepada Dita."Aku... aku perlu bicara, Dita"Dita tetap diam, pandangannya masih terpaku pada jendela. “Kenapa tidak langsung sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Gairah Liar Istriku   Bab 12. "Buka Pintunya! Atau Aku Dobrak!"

    Pintu terbuka perlahan, engselnya berderit pelan, memecah keheningan di dalam apartemen. Dita menahan napas, tubuhnya tegang. Namun, saat pintu terbuka sepenuhnya, tak ada siapa pun di sana. Koridor apartemen tampak kosong, hanya suara hujan yang samar terdengar dari luar jendela di ujung lorong.Dita melangkah maju, menatap ke kanan dan kiri. Sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Ia menghela napas, mencoba meredam detak jantungnya yang masih berdetak kencang. Tapi rasa waspada tak kunjung hilang. Seseorang baru saja berdiri di depan pintunya. Seseorang yang tahu terlalu banyak.Saat hendak kembali ke dalam, matanya menangkap sesuatu yang aneh di lantai depan pintu. Sebuah amplop cokelat kusam tergeletak di sana. Tak ada nama atau alamat. Hanya amplop lusuh yang tampak terburu-buru dilemparkan.Dita memungut amplop itu, merasakan bobotnya yang ringan. Ia melangkah masuk dan menutup pintu dengan cepat, mengunci rapat-rapat seolah ketakutan sesuatu akan menyelinap masuk.Jari-jarinya gem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Gairah Liar Istriku   Bab 13. Wajahnya Terkubur di kedua Telapak Tangannya

    Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Rama yang berdiri tegap dengan rahang mengeras dan mata tajam yang menyala penuh kemarahan. Dita menelan ludah, menyembunyikan pisau lipat di belakang punggungnya dengan tangan yang sedikit gemetar.“Kau…” suara Rama rendah dan tajam seperti bilah pisau. “Katakan, Di mana Nara?”Dita mencoba mengatur ekspresinya, berusaha terlihat tenang meski dadanya berdegup kencang. “Nara? Maksudmu apa, Rama?”“Jangan pura-pura bodoh, Dita!” Rama melangkah masuk tanpa diundang, bahunya menyenggol keras bahu Dita hingga ia hampir terhuyung mundur. “Mobilnya masih di garasi. Tapi dia tidak ada di rumah. Ponselnya mati. Kau pasti tahu sesuatu.”Dita berdiri kaku di ambang pintu, mencoba menyembunyikan keterkejutannya. “Aku... aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak bertemu dengannya sejak terakhir kali kita—”“Hallah! Jangan bohong!” Rama berbalik, menatapnya tajam. Matanya merah, garis wajahnya tegang seperti siap meledak kapan saja. “Nara sering datang ke sini,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Gairah Liar Istriku   Bab 14. "Kalian Telah Menandatangani Surat Kematian Kalian Sendiri"

    Tapi tiba-tiba, sekelebat bayangan melintas. Sebelum Arka sempat bereaksi, sebuah tangan menyambar ponselnya dengan Gerakan sangat cepat.“Hei! Sialan!” Arka terkesiap, tubuhnya refleks berdiri dari motor. Matanya menangkap sosok memakai sweater hitam yang sudah berlari kencang menjauh sambil menggenggam ponselnya erat-erat.Arka memaki keras, darahnya berdesir panas. “Berhenti kau, bangsat!” Ia langsung mengejar, langkahnya lebar dan cepat, berusaha memperpendek jarak dengan si pencuri.Sosok ber-sweater hitam itu terus berlari menuju sepeda motor lain yang terparkir tak jauh dari sana. Seorang pria dengan helm full-face sudah menunggu di atas motor, mesin menyala, siap untuk melarikan diri.Mata Arka membelalak marah saat menyadari ini adalah aksi terencana. “Kurang ajar! Kalian sudah mengintai sejak awal!”Langkahnya semakin cepat, hampir saja ia berhasil meraih bahu si pencuri. Namun, tepat saat jari-jarinya hendak menyentuh sosok ber- sweater hitam itu, sosok tersebut melompat ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Gairah Liar Istriku   Bab 15. Dan Entah Kenapa Firasat Buruk Mulai Menjalari Tubuhnya

    Dita menatap Nara lekat-lekat. Dalam sekejap, ia merasa kasihan pada perempuan itu. Sejenak, hanya sejenak, perasaan yang selalu ia tolak itu muncul lagi—perasaan yang sudah lama ia kubur dalam-dalam. Perasaan sayang pada Nara. Namun, ia segera mengusirnya jauh-jauh.“Kau... jangan berpikiran yang aneh-aneh, Nara,” ujar Dita dengan suara lembut yang dipaksakan. “Aku yakin... semua ini hanya kebetulan. Mungkin... seseorang iseng.”“Tapi... siapa yang tega melakukan itu? Dan... kenapa?” Nara terdengar putus asa.Dita terdiam, tak mampu menjawab. Karena ia sendiri pun sedang bertanya-tanya hal yang sama. Siapa yang ingin menghancurkan semuanya? Siapa yang ingin mempermainkan mereka seperti bidak catur?Ponsel di dalam tas Dita bergetar pelan, memecah keheningan di antara mereka. Dita mengeluarkannya, matanya menyipit saat membaca nama di layar: Arka.Dita segera mematikan ponsel, memasukkannya kembali ke dalam tas tanpa ekspresi. Ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara dengannya. Teru

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Gairah Liar Istriku   Bab 16. Reno Tumbang Juga

    Nara menatap layar ponselnya dengan frustrasi. Sudah berkali-kali ia mencoba menghubungi Dita, tapi panggilannya selalu berujung pada nada mati. Pikirannya kacau. Rasa gelisah yang merayap di benaknya sejak menerima telepon dari Dita tadi tak juga hilang. Ia ingin segera pergi ke apartemen Dita untuk memastikan rahasia apa yang ia ketahui tentang Rama, tapi jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari.Ia menundukkan kepala, menggigit bibir, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Ponsel masih ia genggam erat, seakan menunggu keajaiban bahwa Dita akan tiba-tiba menelepon balik. Tapi layar tetap gelap, sunyi, tidak ada tanda-tanda kehidupan.Di sisi lain, Rama yang sudah selesai mandi, sejak tadi memperhatikan sikap gelisah Nara hingga sampai mereka beranjak tidur. Ia memejamkan mata, menghela napas berat, lalu beranjak mendekat. Dengan hati-hati, ia melingkarkan lengannya di pinggang Nara dari belakang, merapatkan tubuhnya ke tubuh Nara.“Kamu kenapa sih?” tanya Rama

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Gairah Liar Istriku   Bab 17. Berikan Keycard Itu

    Nara sedang berdiri di depan cermin, menatap bayangannya dengan tatapan penuh tekad. Kedua tangannya sibuk mengancingkan mantel panjang yang membungkus tubuhnya. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai, hanya sesekali ia rapikan dengan jari. Di dalam dadanya, rasa gelisah bercampur dengan keingintahuan yang membakar. Apa yang sebenarnya Dita ketahui tentang Rama? Dan mengapa perempuan itu menghilang setelah menghubunginya tadi malam?Ia meraih ponsel di atas meja rias, menekan kontak Dita sekali lagi. Masih mati. Hatinya semakin tidak tenang.“Kamu mau ke mana?”Suara Rama mengejutkannya. Ia berbalik, mendapati suaminya sudah berdiri di ambang pintu kamar dengan tangan menyilang di dada. Rambutnya masih sedikit basah, tanda ia baru selesai mandi. Wajahnya yang tajam tampak serius, nyaris curiga.“Aku mau ke apartemen Dita.” Nara mencoba terdengar biasa saja. “Ponselnya masih mati sejak tadi malam. Aku khawatir.”Rama menghela napas, melangkah mendekati Nara. “Dita bisa menjaga diri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Gairah Liar Istriku   Bab 18. "Hanya Nara yang Mengetuk Pintu"

    ”Kamu tahu, yang diluar itu adalah Nara,” senyum licik dan penuh kemenangan terbit di wajah Dita.Reno menatap Dita dengan tatapan tajam penuh ketidakpercayaan. Wanita itu masih berdiri bersandar di dinding dengan seringai menggoda, seakan menikmati setiap detik dari situasi ini."Jangan bercanda, Dita," suara Reno terdengar tegang. "Yang di luar itu bukan Nara. Kamu kan belum melihatnya.”Dita memiringkan kepalanya, menikmati ekspresi tegang Reno. "Hanya Nara yang mengetuk pintu, dia tidak biasa memencet bell. Kalau nggak percaya, silakan lihat sendiri."Reno ragu, tapi akhirnya langkahnya bergerak menuju pintu. Dengan hati-hati, ia mengintip melalui kaca pengintai kecil yang tersemat di daun pintu. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat sosok yang berdiri di luar.Nara.“Sial. Habislah aku jika aku keluar sekarang,” Reno menarik napas panjang, tubuhnya menegang. Matanya kembali melirik Dita yang masih berdiri santai, menikmati pertunjukan kecil ini."Kenapa dia di sini?" t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07

Bab terbaru

  • Gairah Liar Istriku   Bab 55. Kerja Bagus

    Tubuh Nara membeku di ambang pintu.Dua orang pria berdiri di depannya. Salah satunya tampak mengenakan seragam hitam sederhana, jelas seorang staf hotel—mendorong sebuah kursi roda perlahan.Dan di atas kursi roda itu...Nara menelan ludah. Matanya membelalak, napas tercekat di tenggorokan.Rama.Suaminya sendiri, duduk limbung di kursi roda, tubuhnya terkulai dengan kepala tertuinduk. Kemejanya kusut, beberapa kancing terbuka, dan wajahnya merah padam karena alkohol."Apa yang terjadi…?" gumam Nara, setengah tidak percaya.“Maaf, Ibu. Tadi beliau berada di bar dan… tampaknya terlalu banyak minum. Beliau sempat berpesan kepada bartender untuk diantar ke kamar ini kalau sudah tidak sanggup berdiri,” ucap staf hotel itu, sopan, sedikit tergesa.Tanpa pikir panjang, Nara membuka pintu lebar-lebar. “Cepat bawa masuk, Pak”Mereka mendorong kursi roda perlahan melewati ambang pintu.Nara menyingkirkan tas dan sepatu yang berserakan di lantai, lalu membantu staf bar itu memindahkan Rama ke

  • Gairah Liar Istriku   Bab 54. Rencana Kecil Rama

    Tujuannya adalah ke bar hotel.Tempat ia pernah duduk seorang diri bertahun-tahun lalu… saat konflik dalam hidupnya tak bisa ia lawan dengan logika.Dan malam ini, ia kembali kesana.Lift naik perlahan.Di dalam kotak sempit itu, Rama menyandarkan punggungnya ke dinding baja, menunduk."Aku pengecut, ya?" batinnya lirih."Aku tidak sanggup berhadapan dengan Nara?"Angka terus berganti di panel: 10... 14... 19..."Tapi di bar… setidaknya aku bisa diam. Mungkin ada satu gelas yang bisa bikin semua ini berhenti sebentar."Denting lift terdengar.Pintu terbuka pelan.22.Udara berbeda menyambutnya. Lampu remang, suara musik jazz dari kejauhan, aroma alkohol dan kayu tua.Langkah Rama pelan saat menyusuri lorong.Ia tidak lagi memikirkan alasan atau kata maaf.Ia hanya ingin duduk.Dan lupa.Bar hotel tampak sepi.Seorang bartender tengah membersihkan gelas di sudut meja panjang.Beberapa kursi kosong berjejer di depan cermin besar yang memantulkan pantulan kelam wajah Rama sendiri.Ia men

  • Gairah Liar Istriku   Bab 53. Tragis

    Udara malam menyusup masuk dari celah jaket Reno yang belum ia rapatkan sepenuhnya. Lampu-lampu jalan menari di visor helmnya, sementara motornya melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang sepi. Tapi pikirannya sama sekali tak tenang.Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di kepalanya, seperti kabut pekat yang menolak tersingkap."Siapa mereka tadi?""Apakah ini semua berkaitan dengan Dita… atau bahkan seseorang yang lebih punya pengaruh di balik semua ini?"Reno menggeleng pelan, mencoba menepis kekalutan itu. Tapi semakin ia menepis, semakin kuat firasatnya bahwa ini bukan hanya soal peringatan biasa.Apalagi saat bayangan mobil Kijang gelap yang menabraknya beberapa hari lalu adalah mobil yanmg sama dengan mobil yang ia kejar tadi. Dan kini, ia yakin, mobil itu tidak muncul secara kebetulan. Ada maksud tertentu. Ada mata yang terus mengawasinya, menunggu momen lengahnya."Sial… ini bukan main-main lagi," gumamnya.Baru saja ia hendak mengalihkan perhatian ke jalan, pa

  • Gairah Liar Istriku   Bab 52. Berbalik Arah

    Begitu suara pintu tertutup dan langkah Rama menjauh di lorong hotel, Soraya membuka matanya perlahan.Ia tak langsung bangkit. Matanya menatap langit-langit kamar hotel yang dihiasi bayangan samar dari lampu temaram. Nafasnya tertahan dalam dada, seolah sedang menimbang sesuatu yang terlalu berat untuk ditelan, tapi terlalu dalam untuk dimuntahkan.Detik demi detik berlalu, dan kesunyian kamar menjadi semakin menyesakkan. Rasa perih yang tak terlihat merayap dari dadanya ke tenggorokan. Mata itu—mata yang tadi tampak kosong—kini mulai berair. Tapi air itu bukan tangis sedih… melainkan bara. Bara cemburu yang membakar lambat-lambat.Rama pergi.Pergi karena wanita itu.Pergi... untuk Nara.“Bangsat...” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. Tapi nada itu mengandung muatan penuh luka.Ia menggulingkan tubuhnya pelan, memunggungi sisi ranjang yang dingin karena hanya separuhnya yang digunakan. Ia memejamkan mata sejenak, seakan berharap perasaan itu mereda. Tapi tidak. Perasaan itu justr

  • Gairah Liar Istriku   Bab 51. Sipa Mereka?

    Jalanan gelap itu berakhir di pelataran luas sebuah Bangunan gudang tua dengan container container kosong teronggok di sana-sini. Cahaya dari lampu motor Reno menyapu permukaan aspal kasar yang retak. Kijang hitam yang ia kejar kini berhenti di ujung halaman, di depan salah satu bangunan tak berplakat.Reno memperlambat laju motornya, jantungnya berdetak keras. Naluri petarungnya mulai menyala.Saat ia bersiap turun dari motor, terdengar suara pintu mobil dibanting.Satu persatu, sosok-sosok gelap bermunculan dari balik bayangan gudang. Lima orang. Enam. Mungkin lebih. Mereka menyebar dengan langkah lambat namun pasti, seperti kawanan serigala yang mengendus mangsa. Beberapa di antara mereka menggenggam pentungan besi. Ada juga yang memegang samurai, kilatan baja menari di bawah sinar bulan.Reno berdiri di samping motornya, matanya menyapu wajah-wajah mereka. Tidak ada yang dikenalnya. Tapi dari sikap mereka, ia bisa menebak, mereka bukan sekadar penjaga gudang.Salah satu dari mere

  • Gairah Liar Istriku   Bab 50. Bayangan Pengkhianatan

    Hening.Sunyi itu seperti menjalari seluruh dinding kamar, meresap ke pori-pori malam dan menyesakkan dada.Nara membuka matanya perlahan. Cahaya lampu redup dari sisi tempat tidur membuat pandangannya tak langsung fous, tapi kesadarannya berangsur kembali ketika jemarinya menyentuh sisi ranjang yang dingin. Kosong. Tidak ada siapa pun di sana.Ia bangkit, duduk perlahan dengan selimut melorot ke pangkuannya. Sejenak matanya menelusuri seisi ruangan, mencari sosok Reno. Tapi yang ditemukannya hanya keheningan dan denting samar jam dinding digital yang menunjukkan pukul 02.16."Nggak mungkin dia pulang tanpa bilang apa-apa," gumamnya pelan, lebih untuk dirinya sendiri. Suaranya terdengar lelah, berat, dan sarat kebingungan.Nara menatap ke arah meja kecil di samping tempat tidur. Tidak ada catatan. Tidak ada ponsel. Tidak ada jejak keberadaan Reno. Hanya kehangatan samar di bantal sebelah, menyisakan pertanda bahwa Reno memang sempat bersamanya—tapi entah sejak kapan ia pergi.Ia mengh

  • Gairah Liar Istriku   Bab 48. "Aku Tidak Akan Membiarkan Kau Lolos Malam Ini."

    Reno melangkah dengan cepat ke arah Arka, tubuhnya tegang menahan emosi yang sudah mengendap terlalu lama. Langkah-langkahnya menggema di atas aspal basah, seperti dentang palu penghakiman yang tak bisa dihindari. Arka menoleh sesaat—dan hanya sesaat—lalu kembali menatap ke depan, seolah enggan mengakui keberadaan Reno di hadapannya.“Kau masih juga mengganggunya, hah?” suara Reno parau namun dingin, mengiris malam yang hening. “Nara sudah lama melupakanmu, Arka. Dan kau… kau masih saja berkeliaran seperti bayangan masa lalu yang busuk.”Arka tak menjawab. Tatapannya kosong, matanya tampak lelah… atau barangkali hancur dari dalam. Ia seperti seseorang yang kehilangan arah—bukan hanya dari Nara, tapi juga dari dirinya sendiri.Reno melangkah lebih dekat. Tanpa aba-aba, tangan kanannya mendorong dada Arka dengan kasar. Tubuh Arka terhuyung ke belakang, nyaris kehilangan keseimbangan. Jika bukan karena mobil di belakangnya, mungkin ia sudah jatuh ke tanah. Tapi tetap saja—tak ada reaksi.

  • Gairah Liar Istriku   Bab 48. "Aku Harus Menyelasaikannya Di Sini"

    Soraya berjalan perlahan menuju jendela kamar, tubuhnya masih terbalut selimut tipis yang tadi sempat ia tarik cepat saat menerima telepon dari Dita. Di belakangnya, Rama telah tertidur pulas di atas ranjang king size—napasnya teratur, pundaknya terangkat turun dalam ritme yang menandakan kelelahan yang dalam. Soraya sempat menatapnya beberapa detik sebelum kembali fokus pada suara di seberang telepon."Jadi, apa maksudmu Nara ada di hotel ini juga?" tanya Soraya dengan nada pelan namun waspada.Dita terdengar menarik napas panjang dari seberang sambungan. "Aku belum bisa memastikan seratus persen, Tapi berdasarkan pergerakan GPS yang sempat terlacak dari ponsel Arka sebelum sinyalnya menghilang, aku cukup yakin Nara berada di gedung yang sama dengan kalian."Soraya menahan diri untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah. Ia menoleh sejenak ke arah Rama yang masih tertidur, lalu kembali memfokuskan suaranya. "Tenang saja, tidak akan ada masalah yang berarti. Rama sudah berada di sini, be

  • Gairah Liar Istriku   Bab 47. Dita dan Soraya Bersekongkol?

    Arka melirik sekilas ponselnya yang bergetar di lantai. Nomor tak dikenal. Atau mungkin nomor yang ia tahu, tapi terlalu enggan untuk dilihat sekarang.Ia tidak mengangkatnya. Ia hanya menatap layar yang terus bergetar sebelum akhirnya diam dengan sendirinya.Seperti dirinya.Arka lalu merebahkan diri ke lantai, menatap kosong ke atas.Dan untuk pertama kalinya sejak semua kekacauan ini dimulai, ia benar-benar merasa… kalah.Kamar hotel itu remang, lampu gantung redup menggelantung di tengah langit-langit, menciptakan bayangan lembut di dinding. Tirai tebal menutup seluruh jendela, membuat dunia luar terasa begitu jauh dari apa yang sedang terjadi di dalam ruangan. Aroma parfum mahal melayang tipis, bercampur dengan desahan lembut AC yang bekerja tanpa suara.Rama berbaring di atas ranjang king-size, tubuhnya masih lengkap berpakaian, tapi pikirannya sudah melayang entah ke mana. Matanya menatap kosong ke langit-langit, sementara di hadapannya, Soraya bergerak dengan penuh kelenturan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status