Home / Romansa / Gairah Istri Kelima Juragan / Istri Keempat Juragan Chandrakanta

Share

Istri Keempat Juragan Chandrakanta

Author: LastCurse
last update Last Updated: 2022-06-27 12:05:31

***

Yuvati turun dari mobil. Mbok Giyem mengiringi pelan dari belakang. Hartoyo membawa keranjang bambu anyam berisi sayuran hijau yang diikat. Sayuran hijau yang dibeli Yuvati dari Malini.

Namun, ia sedikit terkejut ketika masuk ke dalam rumah, mendapati Soraya—isteri keempat Chandrakanta duduk malas di atas kursi kesayangannya.

"Tumben, Dik Soraya, main ke sini?" sapa Yuvati ramah.

"Mas Chandrakanta mana, Mbak?"

"Belum pulang. Tadi malam pergi memeriksa pasar. Kenapa, Dik?"

"Mau minta uang!" jawab Soraya manja.

Yuvati menghela nafas. Namun, tak ingin mengomentari banyak. Takutnya nanti salah bicara. Toh jika dipaksakan untuk berkomentar, nanti malahan hubungan keduanya menjadi renggang.

"Tunggu saja ya, Dik. Mbak mau ke kamar dulu! Kamu sudah makan apa belum?"

"Ga usah basa-basi deh, Mbak. Aku tahu, Mbak ga suka aku datang ke sini. Tapi ini rumah suamiku juga. Mbak tahu itu kan?" Soraya berkata dengan sangat pongahnya.

Soraya berdiri. Memeriksa beberapa perabot mahal yang terbuat dari kristal. Gaun motif bunga-bunganya terlihat sedikit bergerak pelan. Begitu manis.

"Mbak masuk dulu!" jawab Yuvati mengalah.

Prank!

Terdengar suara benda yang terjatuh.

"Ma-maaf Mbak, Soraya ga sengaja!" jawabnya seraya tersenyum puas. Lalu berlari dari ruang tamu setelah memecahkan sebuah guci kesayangan Chandrakanta yang berasal dari Tiongkok.

Mbok Giyem mengelus dada. Bergegas mengambil sapu dan pengki. "Biar saya saja, Ndoro Puteri ...."

"Ndak usah, Mbok. Ndak apa-apa. Mbok ke dapur saja. Siapkan sayuran yang kita beli tadi, ya."

"Baik ... Ndoro puteri ...."

Perlahan Yuvati membersihkan pecahan guci. Benaknya menyusun kalimat yang baik dan tertata. Agar ketika Chandrakanta pulang nanti, ia bisa memberi alasan yang masuk akal.

"Hmm ... Soraya ... Soraya. Baru saja datang sudah membuat ulah," ujar Yuvati kembali mengelus dada.

Gema suara Soraya masih terdengar di telinga Yuvati. Wanita berdarah campuran itu memerintah Hartoyo seenaknya. Hal itu lagi-lagi membuat Yuvati geram.

"Mentang-mentang londo ... Jadi seenaknya saja. Hmm ... Tapi percuma saja jika mengadukannya kepada Mas Chandrakanta. Aku pasti selalu kalah. Apa karena aku sudah mulai tua?" gumam Yuvati memandangi pantulan wajah dirinya dari pecahan guci.

Yuvati mengintip Soraya yang tengah duduk di bale-bale jati di depan taman. Sesekali kipas cendanaya menyapukan angin di wajah setengah belanda dan setengah Indonesianya. Bibir cantiknya meracau, menunjuk ini dan itu. Seenaknya memerintah Hartoyo. Padahal Hartoyo adalah sopir pribadi Yuvati.

Setengah jam berlalu. Mbok Giyem mengantarkan minuman dan sedikit makanan ringan ke bale-bale. Soraya yang bosan menunggu Chandrakanta pulang, nampak tertidur. Keadaan sedikit aman dan tenang sekarang.

Yuvati tersenyum. Ada kalanya merasa geli dengan tingkah Soraya. Ya ... Soraya bagai adik kecil baginya. Tapi tetap saja ia jahat dan memiliki perangai yang tidak baik.

"Ndoro ... Uhm ... Sayurannya jadi mau dibuat urap?"

"Tentu jadi, Mbok. Nanti bisa kita bagikan ke orang-orang yang tengah bekerja di perkebunan."

"Baik ... Ndoro puteri."

"Minta bantuan Neneng dan Endang. Kalau Mbok Giyem yang mengerjakan sendirian. Tentu akan makan waktu yang lama. Saya mau membersihkan kamar merah dulu!"

"Baik ...."

Yuvati meninggalkan Mbok Giyem. Berjalan seraya membawa wadah besar berisi sesuatu berwarna-warni. Tapi langkahnya terhenti ketika mengingat tanggalan jawa hari ini. Mulutnya berkomat-kamit sebentar. Lalu menepuk keningnya pelan.

"Ah ... Aku lupa!" ucapnya lalu kembali ke kamar.

Yuvati mengganti kebaya dan selendangnya menjadi kebaya dan selendang berwarna hijau. Ia juga menghias wajahnya sedikit. Lalu kembali berkomat-kamit di depan kaca rias.

"Hmm ...." ucapnya puas.

Klakson berbunyi. Ia mengintip dari jendela kamar. Suaminya turun dari mobil dengan Soraya yang bergelayut manja di bahunya. Sedikit kesal. Tapi ia bisa apa. Istri bungsu suaminya itu tetap akan memenangkan segalanya.

Yuvati menyongsong Chandrakanta yang baru pulang. Wajahnya sedikit letih. Wanita itu mencium punggung tangan suaminya lalu membukakan sepatunya.

"Kamu cantik sekali. Mau ke mana?" tanya Chandrakanta.

"Mau ke perkebunan, Mas."

"Ke perkebunan?"

"Huu-umph. Ada sedikit rezeki hari ini."

"Oh ... Baiklah!"

"Tapi saya akan menyiapkan makanan Mas dulu ..."

"No. Ga usah Mbak. Mbak langsung ke perkebunan saja. Biar Mas Chandrakanta saya yang urus."

"Tapi, Mas ...." sahut Yuvati tak rela.

"Ya. Soraya benar. Biar dia yang mengurusi hari ini."

"Baik Mas ..."

Yuvati mengangguk lesu. Menuju dapur di mana Endang dan Neneng membuat pincuk. Sesekali mengintip kemesraan yang terjadi antara Soraya dan Chandrakanta. Rasa kesal kembali menyapa.

"Mas ganti baju dulu, sayang ...." Chandrakanta mengecup pipi Soraya yang merona. Namun, lantas terbelalak melihat guci kesayangan tak berada lagi ditempatnya.

Soraya membisikkan sesuatu. Mencoba untuk mengadu domba antara Yuvati dan Chandrakanta.

"Di mana cuci kesayangan saya?" tanya Chandrakanta kepada Yuvati.

Yuvati menatap Soraya dengan gemas. Namun, Soraya yang berada di belakang Chandrakanta malah menjulurkan lidah seolah sedang mengolok-olok Yuvati.

"Tadi pecah, Mas. Ndak sengaja ..."

"Ck ... Ah, kamu!" Chandrakanta sedikit marah. Wajahnya menampakkan ekspresi kecewa.

"Saya yang memecahkannya Ndoro ..." Mbok Giyem berkata dengan suara yang bergetar. Mencoba untuk melindungi junjungan kesayangannya.

Hal itu semakin membuat Yuvati semakin kesal kepada Soraya.

"Bukan Mas ... Bukan Mbok Giyem. Saya yang ..."

"Sudah ... Sudah .... Lain kali hati-hati ya, Mbok. Mbok sudah lama kan ikut saya? Kalau capek kerja ya istirahat dulu. Atau kalau tidak, jangan mengerjakan pekerjaan yang berat

"Baik ...."

Yuvati menyiapkan kursi makan suaminya. Membentangkan alas. Soraya dengan sengaja mendorong Yuvati dengan pinggulnya ketika Chandrakanta tak melihat. Berebut siapa yang akan makan di sebelah Chandrakanta.

Soraya tersenyum puas ketika bisa berada di sebelah kanan Chandrakanta. Sementara Yuvati berada bersebrangan.

"Tumben kamu ke sini, Soraya. Ada apa?"

Soraya meletakkan sendok dan garpu. Wajahnya dibuat sangat memelas. Dari keempat isteri Chandrakanta julukan queen of drama, mungkin cocok dipersembahkan untuknya.

"Mau minta uang jajan!" jawabnya lugas.

Wanita itu bangun dari tempat duduknya. Berdiri di belakang Chandrakanta lalu memijat bahu pria itu pelan.

"Uang? Hmm ... Uang jajan yang kemarin, habis?"

"Habis, Mas. Mas kan tahu, Leo bersekolah di sekolah yang mahal. Dan itu akan butuh banyak uang."

"Ya .. Ya ... Mengapa tidak menunggu saya datang berkunjung?"

"Habis Mas ga datang. Makanya aku ke sini! Aku juga kan kangen," bisiknya di telinga Chandrakanta.

Yuvati melirik sejenak adegan itu. Namun ketika Mbok Giyem menyajikan masakannya di atas meja. Ia sontak membeliakan matanya ketika mencicipi rasa masakan yang menurutnya luar biasa.

"Wah ... Urapnya jadi enak banget ya, Mbok."

"Mbok biasa aja masaknya. Dengan bumbu dan cara yang biasa Mbok buat. Mungkin karena sayuran Malini ditanam dengan baik, sehingga sayurannya juga menjadi enak. Mungkin seperti itu Bu ...."

Mendengar nama Malini. Membuat iris mata Chandrakanta berubah. Yuvati menangkap perubahan itu. Ditambah lagi sikapnya kepada Soraya yang ikut berubah.

"Pulanglah. Uang tadi akan saya antarkan!"

Suara Chandrakanta sangat berat dan berwibawa. Tidak bermain-main seperti tadi. Apakah karena tidak suka dengan masakan Mbok Giyem? Atau karena tak suka dengan hidangan yang berasal dari sayuran yang ditanam oleh wanita yang sudah membuat perasan hatinya tak menentu.

"Hmm ... Susah payah aku membuatnya tidak memiliki penghasilan hari ini. Tapi isteri pertamaku malah memborong semua sayurannya tanpa sisa. Sebenarnya Tuhan memiliki rencana seperti apa untukku dan Malini?"

***

Related chapters

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Pria Lain di Kamar Pribadi Soraya

    Bujukan Soraya berhasil membuat Chandrakanta untuk ikut ke kediamannya. Walaupun sebenarnya Chandrakanta lebih ingin pergi ke tambak untuk melihat beberapa nelayan yang akan panen ikan. Tapi sifat Soraya yang keras kepala, manja dan tak mau mendengarkan orang lain, membuat Chandrakanta mengalah."Iya ... Mas minta maaf karena semalam tidak pulang ke rumah. Jangan cemberut seperti itu ...." rayu Chandrakanta."Kamu tadi mau uang jajan?" tanya Chandrakanta mengalihkan ketidaknyamanan menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan."Huu-umph ...." angguk Soraya pelan."Mau belanja apa, sih? Mas rasa semua gaun, tas, sepatu kamu beli setiap bulan. Apa tidak bosan?"Soraya menggelengkan kepalanya. Rambut pirangnya terkibas pelan.Sopir melajukan mobil tak begitu kencang. Mungkin karena jalanan yang lengang mereka tiba di kediaman Soraya hanya dalam waktu dua puluh menit saja.Pagar besi tinggi berwarna putih dibuka seorang pria paruh baya berkulit legam, ketika sopir memberi tanda. Keduan

    Last Updated : 2022-07-25
  • Gairah Istri Kelima Juragan   Benjamin

    Chandrakanta rasanya ingin marah. Rasa panasnya terdesak hingga ke ubun-ubun. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal kencang. Namun, walau begitu tak bijak jika ia harus marah ke Beatrix. Gadis itu tak salah apa-apa pikirnya."Ehem ...." Chandrakanta bergumam. Menetralkan suasana yang kaku dan sedikit tegang."Apa Tuan marah?" tanya Beatrix pelan."Marah? Kepada siapa?" Chandrakanta balik bertanya."Marah kepada Nyonya Soraya dan saya?""Kepada Nyonya Soraya tentu saya marah. Tapi kepada kamu, tidak.""Biar saya antar ke pasar," sambung Chandrakanta lagi."Baik, Tuan. Terima kasih," ucap Beatrix. Menunduk sambil meremas tangannya. Ada perasaan tak enak mendera dada.Di sepanjang perjalanan, Chandrakanta dan Beatrix diam saja. Hanya helaan nafas berat yang menemani deru angin yang berembus masuk ke dalam mobil."Nah, sudah sampai akhirnya," ucap Chandrakanta. Beatrix turun dengan ragu. Seperti masih ada banyak hal yang ingin ia sampaikan pada suami majikannya itu."Tuaan ...." "Iya.

    Last Updated : 2022-07-25
  • Gairah Istri Kelima Juragan   Melompat ke Sungai

    ***Langkah kaki Malini sedikit gemetar melihat sungai jernih yang terbentang di bawah jembatan. Hatinya gamang. Lalu ditatapnya mata anak-anaknya yang sangat jernih. Sejernih sungai itu hingga ia mampu melihat dengan jelas ke kedalamannya. Tapi tidak dengan mata anak-anaknya. Malini tak mampu melihatnya dengan jelas."Bu ... Ibu sebenarnya mau ke mana?" tanya Kanaya yang menyadari bahwa ibunya sudah bolak-balik mengitari jembatan.Malini tersenyum tanpa berkata banyak. Ia mengulurkan tangan. Mencoba untuk menggendong Suma yang sudah mulai lelah. "Suma capek sayang?""Ndak Bu. Yang penting ibu senang di sini ...."Malini tersenyum. Ia sangat sayang kepada anak-anaknya. Tapi sesuatu dalam hatinya meminta untuk ia segera mengakhiri hidup."Melompat ke sungai Malini! Melompatlah ... Maka hidupmu tak akan lagi menderita. Kau akan bahagia. Hatimu tak akan sakit lagi. Kau tak harus melihat wajah memuakkan suamimu. Kau tak perlu lagi untuk melihat wajah mertua yang tidak pernah menyayangimu

    Last Updated : 2022-07-26
  • Gairah Istri Kelima Juragan   Dunia Memang Kejam, Malini ...

    Dengan panik pria bertopi hitam membuat panggilan pada telepon genggam hitam putihnya. Ia merasa sedikit kesal karena seseorang di seberang sana tak ada yang menjawab teleponnya.Si pria kembali pada Malini yang masih terbaring. Wajahnya masih pucat. Ia mencoba sekali lagi dengan doa yang penuh harap. Ditekannya dada Malini sekuat tenaga. Berbisik di telinga cantiknya bahwa ia harus kuat demi anak-anaknya."Malini ... Ayo! Buka matamu! Masih ada anak-anakmu! Kasihan mereka! Kau harus tetap hidup! Di mana dirimu yang kuat, keras kepala dan tak takut dengan semua keadaan yang mendera. Bangun!"Pria bertopi hitam mendekatkan wajahnya pada hidung Malini. Mencoba memeriksa dengan cermat dan seksama. Tak ada perubahan. Wajah itu masih pucat. Bibirnya tak berwarna sama sekali. Tidak menarik.Malini yang terbujur kaku terlihat oleh mata-mata awam. Padahal dalam dunia yang lain Malini tengah bergembira. Ia berlarian di sebuah tempat tanpa ada perasaan sedih dan luka hatinya. Malini tertawa, be

    Last Updated : 2022-07-27
  • Gairah Istri Kelima Juragan   Sisi Gelap Chandrakanta

    Suara burung-burung dan hewan hutan bersahut-sahutan ketika langkah demi langkah menginjak ranting lembab karena hujan masih turun dengan derasnya.Seorang pria berjalan membawa dua buah senapan. Sementara seikat ikan kering tergantung mantap di antara lehernya. Wajahnya tegang. Tidak nampak kebaikan, keramahan, kepedulian seperti beberapa jam lalu.Burung-burung senja menyambut dengan suka cita ketika ia bersiul pelan. Walau gelap si pria tak takut untuk masuk ke bagian hutan yang semakin dalam.Kembali berjalan dengan langkah yang mantap. Boots hitamnya menapaki jalan setapak kecil di pinggiran jurang terjal. Ia lalu berpegangan dengan seutas tali untuk tiba di sebuah lubang lembab yang berukuran enam kali puluhan meter.Hening dan sepi. Hanya suara detak jantung dua orang pria dewasa saja yang menggema di dalamnya. Juga rintihan kesakitan dari seorang pria yang terikat kaki, tangan dan matanya."Lepaskan aku!" teriaknya ketika mengetahui pria bertopi hitam melepaskan ikatan di mata

    Last Updated : 2022-07-28
  • Gairah Istri Kelima Juragan   Rasuk

    Soraya menelan ludah ketika tubuhnya merasakan getaran tempat tidur yang bergerak. Bagai sedang bermain cari sembunyi. Jantung wanita berambut pirang itu berdetak tak beraturan.Telinganya mendengar helaan nafas berat. Membuat hatinya senang. Ia menduga kalau Chandrakanta juga sangat menginginkan dirinya. Padahal ...."Soraya apa kau di sana?" suara serak dan berat itu bagai suara burung bul-bul ditelinga Soraya.Wanita itu tak menjawab, ia menutup mulutnya agar tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dengan begitu Chandrakanta akan semakin penasaran kepadanya. Seperti itu pikir Soraya."Soraya ... Mengapa kau diam saja?" suara itu terdengar lagi. Wanita yang telah mengenakan lingerie turun perlahan dari tempat tidur. Ia terkekeh. Bersembunyi di balik kaca riasnya."Biasanya Mas Chandrakanta tak suka diajak main cari sembunyi. Tumben sekali ...." batin Soraya."Soraya apa kau ingin bermain-main?" Suara yang kali ini membuat Soraya merasakan kemenangan yang sempurna. Menurutnya dupa yang

    Last Updated : 2022-07-29
  • Gairah Istri Kelima Juragan   Rahasia Chandrakanta dan Beatrix

    Enam puluh menit berlalu. Yuvati berhasil membuat Soraya berendam dalam bak kayu besarnya. Wanita dengan selendang yang senada dengan kebayanya itu, sibuk menggosok punggung madunya. Terlihat beberapa memar dan bekas cakaran di sana.Ketika Yuvati mengguyurnya dengan air hangat yang telah di rendam dan dibacakan doa-doa baik. Soraya sedikit mendesis karena menahan sakit.Dibantu Beatrix, Soraya berhasil dimandikan. Di beri pakaian, bedak dan rambut pirangnya juga disisir rapi. Namun, walau begitu, Yuvati tak berhasil mengembalikan Soraya yang seperti sedia kala.Soraya menjadi pendiam, pemurung, tak mau bicara apa-apa. Tatapan matanya kosong. Seolah jiwanya sedang tak berada dalam raganya. Makan dan minum di bantu Beatrix. Pun demikian ketika ingin berpakaian dan ke kamar mandi. Soraya menjelma dari seorang nyonya rumah yang dominan dan ambisius menjadi seonggok manusia lemah tanpa isi."Ma ... Mama ... Ini Leon, Ma ...."Leon terisak ketika mata cantik itu tak mau lagi menatapnya. Be

    Last Updated : 2022-07-30
  • Gairah Istri Kelima Juragan   Mestika Sukma (1)

    *Berpuluh-puluh tahun sebelum hati Chandrakanta menghitam.Sebuah kekuatan kegelapan berbentuk kabut tebat tengah mengelilingi seorang pria. Ia berusaha untuk tetap tenang dan mengatur napasnya yang mulai terdengar tak beraturan."Jangan ganggu aku lagi! Aku sudah tidak ingin bersama kalian ..." Degup jantungnya memacu tak beraturan. Pria dengan alis tebal dan mata tajam itu mencoba mengelak saat kekuatan kegelapan mencoba untuk membalut tubuhnya dengan kabut yang lebih besar darinya."Pergilah! Kalian bukan sesuatu yang baik untuk kehidupanku!"kekuatan kegelapan terlihat marah. Ia begitu mengerikan karena mampu memporak-porandakan segala yang ada disekitarnya. Langkah pria itu surut kebelakang.SERAHKAN MESTIKA ITU ATAU KAU DAN ORANG-ORANG DI SEKELILINGMU AKAN MATI!Pria itu merasakan kalau nyawanya sudah di ujung tenggorokan. Semua terasa sesak dan membuatnya tercekik. Kekuatan Kegelapan membuat pria itu tak bernapas."Tidaaak ... Jangan!"Mata cokelatnya membelalak besar. Ia tak

    Last Updated : 2022-07-31

Latest chapter

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bertahun-tahun Setelahnya

    Bertahun-tahun setelahnya***Peluh mengucur deras. Pria berbadan tegap yang mengenakan kemeja rapi dengan parfum aroma maskulin mendadak masam wajahnya ketika petugas bandara menjelaskan kepadanya bahwa ia terlambat beberapa jam untuk tiba di bandara setelah pesawatnya transit."Jangan khawatir, Pak. Beberapa jam selanjutnya akan ada penerbangan ke kota bapak. Silakan meminta bantuan pada beberapa orang petugas yang ada di sana," ucap wanita muda itu tersenyum ramah Si pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah muda itu tersenyum. Tak mengapa pikirnya terlambat beberapa jam asal ia bisa pulang ke rumahnya hari itu juga.Beberapa orang petugas mengenakan seragam yang sama dengan wanita sebelumnya nampak memberikan penjelasan yang lebih terperinci. Pemuda itu mengucap hamdalah di dalam hati.Tepat ketika jam menunjukkan pukul 11.00 siang pria muda berkemeja itu bersiap ketika announcement mengenai keberangkatan ke sebuah kota mengudara.Sementara di bandara dari kota lainny

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak-anak Yang Membanggakan

    ***Subuh itu adalah subuh yang paling sibuk saat suara kokok ayam belum membangunkan seisi penjuru rumah. Beberapa orang wanita dewasa tengah bersiap di dapur. Walaupun mereka terlihat lelah, tetapi wajah bahagia terpancar jelas. Di antara satu sama lain memberikan semangat penghiburan yang sesekali diiringi guyonan. "Ada berapa banyak tumpeng yang kita buat hari ini?" tanya Malini. Wanita itu mengikat selendang di pinggangnya yang ramping. "Mungkin hampir 100, Nyonya.""Wah, luar biasa. Kalau begini kita bisa membuka catering. Betul, 'kan, Nek Bayan?" tanya Malini pada Nek Bayan yang sibuk dengan kering tempe kesukaan beberapa anak-anak Malini dan Chandrakanta.Beberapa wadah besar sudah tertata di atas amben kayu. Sunyoto dan beberapa sopir Chandrakanta yang lain dengan sigap memasukkan tumpeng-tumpeng untuk dibagikan kepada warga."Apakah bisa selesai tepat waktu, Nyonya?" tanya Gendis dan yang lain. "Tentu saja. Anak-anak setelah selesai salat Subuh mungkin akan bersiap. Saya

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Cintanya Anak-anak Muda

    ***Di sebuah sekolah menengah atas terbaik di kota itu, Leon sibuk dengan buku-buku tebal di tangannya. Sepertinya ia sedang menunggu Kanaya keluar dari kelasnya. Sesekali Leon melambaikan tangan saat beberapa orang temannya memanggil."Belum dijemput, ya?" tanya salah seorang murid perempuan berkepang dua.Leon mengangguk santai. Lalu, gadis berkepang dua itu berdiri di sebelah Leon. "Kamu belum pulang?" "Belum, lagi nunggu jemputan.""Oh," jawab Leon singkat. Ia tak tertarik dengan gadis cantik yang konon katanya adalah gadis populer di sekolahnya. Mungkin karena tidak berminat atau mungkin hati Leon sudah ditempati oleh seseorang yang lainnya, hanya Leon dan Tuhan saja yang tahu.Leon tersenyum senang saat gemerincing gelang kaki mulai menyapa gendang telinganya. Ia tak sabar menanti sosok itu, lalu menoleh dengan wajah yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata."Sudah selesai?" tanya Leon. Gadis berkulit sawo matang dengan rambut legam berkilau itu mengangguk. "Temanmu?" tan

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Ibu dan Istri Yang Baik

    ***Malini terpekur di kamarnya, sementara Chandrakanta sepertinya masih menyiapkan paviliun kecil untuk Rohani dan Nek Bayan tinggal. Tepat pukul 01.00 malam, suara pintu kamar berderit. Malini pura-pura tidur. Membawa tubuhnya menghadap dinding, bahkan bernapas pun ia lakukan secara perlahan."Mas sudah menikahimu belasan tahun lebih, Sayang. Mas tahu kalau kau belum tidur. Jika ingin marah dan mengatakan sesuatu, katakan saja. Jangan menyimpannya di dalam hati. Mas rela jika kau ingin menampar atau memukul Mas," ucap Chandrakanta dengan lemah lembut.Bulir-bulir bening mulai menetes di kulit sawo matang Malini. Ia menghela napas. Sebenarnya tak ada yang ingin ia bicarakan bersama suaminya. Namun, kehadiran Nek Bayan dan Rohani yang tiba-tiba saja entah mengapa membuat hati Malini sedikit merasa kecewa."Saya ingin istirahat, Mas. Nanti saja saya bicara jika memang saya ingin bicara," ucap Malini pelan. Kini balik giliran juragan Candrakanta yang menghela napas. Ia paham betul mungk

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Maafkan Saya, Nyonya

    ***Nek bayan berusaha sekuat tenaga agar air matanya tak keluar. Bagaimana tidak, Camelia berusaha menyembunyikan Mentari karena pamor dan rumor mengenai Chandrankanta. Ia tak ingin putrinya merasa tersiksa karena menikahi pria yang memiliki istri yang banyak.Namun, sosok Camelia yang berada di tengah hutan perbatasan tentu saja membuat Nek Bayan bertanya-tanya. Ada apa gerangan mengapa Camelia berusaha untuk terlihat."Ada apa, Mas? Apakah Mas baik-baik saja? Jika Mas memang tak enak badan, biarkan Sunyoto yang membawa jeepnya," ucap Malini merasa khawatir akan keadaan suaminya."Ah, tidak. Hanya saja Mas terkejut," sahut Chandarakanta berusaha kembali melajukan mobilnya perlahan."Nek, apakah Nenek lihat tadi? Sepertinya Ibu tadi yang sedang melintas," ucap Rohani. Buru-buru Nek Bayan membungkam mulut Rohani. Tentu saja pernyataan itu malah membuat Chandrakanta terkejut. "Apa apa yang kau katakan tadi? Ibu? Maksudmu wanita yang melintas tadi itu ibumu?""Ah, sudahlah, Juragan. T

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak Dari Cinta Pertamanya

    ***"Nek Bayan, kau mau ke mana?""Pulang. Aku mencemaskan Rohani.""Kenapa?""Aah, pokoknya aku mau pulang."Wanita tua yang dipanggil Nek Bayan itu berjalan cepat. Ia tak menghiraukan cuaca yang dingin. Ia tinggal di hutan di sekitar gunung yang memang selalu mendapatkan hawa sejuk. Bahkan, cuaca yang benar-benar dingin terkadang membuat tulang terasa ngilu dan gigi bergemeletuk. "Aku yakin sekali kalau Rohani keluar dari gubuk. Entah mengapa aku benar-benar tak tenang. Apakah ia menemui ayahnya? Tidak, tidak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika Juragan Chandrakanta dan Malini mengetahui bahwa Rohani adalah anak juragan. Ah, bodohnya aku. Mengapa aku tak membawanya pergi saja. Gadis muda dengan penglihatan- penglihatan itu pasti akan berusaha untuk menyelamatkan ayah dan ibu sambungnya. Padahal ...," ucap Nek Bayan tak menyelesaikan kalimatnya."Ah, aku harus meminjam salah satu kuda dari beberapa orang pengelana yang lewat," kata Nek Bayan lagi.Nek Bayan bercakap-cakap menaw

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Kebusukan Yang Terbongkar

    ***Philips datang dengan setelan jas warna hitam. Keadaannya benar-benar sangat mengkhawatirkan. Pitaloka seolah melihat sosok hantu Philips dengan wajah pucat dan senyum menyeringai."Tidak, tidak! Philips sudah mati! Aku sudah membunuhnya," ucap Pitaloka tak sengaja.Astungkara tersenyum menyeringai."Lihatlah, betapa ajaibnya hati wanita ini. Dia benar-benar mengakui bahwa Philips sudah dibuat mati. Kau dengar itu, Philips? Aku tak habis pikir mengapa dulu kau kerap membantu wanita yang tak memiliki hati ini. Ah, sudahlah. Dari pada berlama-lama, lebih baik aku telepon polisi saja," ucap Astungkara geram.Philips menunggu di pojok ruangan sambil memandangi Pitaloka dengan tatapan mata tajam. Jika diizinkan oleh Astungkara, tentu Philips akan lebih menyukai untuk membunuh Pitaloka detik itu juga."Tidak, tidak. Jangan, jangan tangkap aku. Jangan, jangan serahkan aku. Aku mohon ... semua ini aku lakukan karena aku benar-benar ingin memilikimu." Pitaloka benar-benar ketakutan. "Memi

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Pitaloka dan Astungkara

    ***"Aah .... Ahhh ... Aaah ...."Astungkara mengintip Pitaloka dari sebuah celah. Senyum seringai mewarnai wajahnya yang tegas. Bukannya marah, Astungkara malah tersenyum melihat istri keduanya itu dan apa yang dilakukannya di dalam kamar.Bukannya marah, Astungkara malah mengusap jambang tebalnya dan teringat akan sebuah hal."Hmmm ... Bagus, Pitaloka," gumamnya pelan."Uhhhhhhmmm ... Ahhh ... Ahhh."Erangan itu membawa sebuah senyum di wajah Astungkara. Ia memang sudah lama tak bercinta dengan Pitaloka. Akan tetapi, Astungkara seolah sedang menyiapkan sesuatu bagi istri keduanya. Astungkara berjalan pelan meninggalkan kamarnya. Ia ingin memberikan sebuah jeda bagi Pitaloka menuntaskan apa yang tengah dilakukan di kamar pribadinya dan Astungkara.Gayatri, ibu Astungkara sedang berada di ruang tamu megah dengan ornamen keemasan saat putranya turun. Kudapannya dilempar ke sembarang arah membuat Astungkara menghela napas."Istrimu ke mana, tidur lagi?" "Lagi ada kerjaan di kamar, Bu.

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Gadis Misterius

    ***Juragan menembakkan senapannya ke arah langit, cahaya itu berpendar sangat indah. Malini dan putrinya terkejut. Gadis kecil itu menangis dalam pelukan ibunya padahal ia baru saja akan memejamkan mata."Oh, ada apa itu?" tanya Malini menggendong putrinya yang menangis.Keduanya menuruni anak tangga kayu. Pintu ruang tamu terbuka, angin malam yang dingin dan serpihan hujan nampak masuk."Mas membuat keributan di tengah malam. Tidak tahukah kalau keponakanmu baru saja akan tertidur.""Maaf sayang tapi ada sesuatu di sana," tunjuk Juragan."Sesuatu? Maksudmu apa Mas? Serigala, beruang, atau Yeti? Dia tidak akan mengganggu selama kau menutup pintunya. Sudahlah, Mas!""Tapi aku pikir itu manusia." "Ayolah, Mas ! Manusia mana yang rela mengendap-ngendap ke villa tengah hutan, tengah malam seperti ini!""Tapi, aku benar-benar melihat jubahnya yang berwarna merah.""Sudahlah, Mas? Kita sedang berlibur. Jadi jangan bertingkah yang aneh-aneh. Lusa kita pulang ke kota dan Mas bisa kembali be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status