Home / Romansa / Gairah Dalam Pernikahan / KEHANGATAN DI ATAS RANJANG

Share

Gairah Dalam Pernikahan
Gairah Dalam Pernikahan
Author: Citirex Cirich

KEHANGATAN DI ATAS RANJANG

Author: Citirex Cirich
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suara deru mobil berhenti saat tiba di depan rumah, hari itu hujan lebat. Di dalam mobil tidak tersedia payung, laki-laki itu pun keluar dari mobil dengan cepat dan berlari menuju beranda rumah. Menapaki dua anak tangga naik ke teras rumah dan membuka pintu rumah dengan kode password yang ia hafal.

Saat masuk, rumahnya temaram dan ia pun tidak berniat untuk menyalakan lampu. Tujuan pertamanya adalah naik ke lantai dua, ke kamarnya dan ada istrinya di sana.

"Dingin sekali," keluhnya.

Pria memakai setelan jas hitam itu pulang jam dua pagi, dengan pakaian yang sedikit basah dan meletakkan tas kerjanya ke sembarang tempat, ia pun berjalan ke lantai dua. Namanya adalah Teodan Prahado, pria tinggi dengan tubuh atletis dan memiliki wajah yang tampan. Jas yang ia pakai tadi ia tanggalkan dan mencampakkan-nya ke lantai sebelum sampai di kamar.

"Pasti sudah tidur."

Suara hujan di luar membuat langkah kakinya tidak terdengar. Sejuk udara membuat ia tak sabar melihat istrinya. Perlahan dan sambil berjalan ia melepaskan satu persatu kancing kemejanya berwarna putih membuat dada bidangnya terlihat.

"Anesia," gumamnya lagi.

Teo membuka pintu kamarnya, temaram dan sangat dingin. Matanya dalam melihat istrinya yang tidur tidak berselimut dengan memakai baju tidur tipis tanpa pakaian dalam. Teo sangat tahu kebiasaan istrinya, sudah tiga tahun mereka menikah, namun mereka belum dikaruniai buah hati.

Teo tersenyum tipis, "Nyenyak sekali tidurnya," ucapnya melihat Anes.

Gairahnya bangkit seketika saat makin dekat dan berdiri di samping tempat tidur. Teo terlebih dahulu meletakkan handphonenya di atas nakas, kemudian melihat istrinya kembali. Ia menanggalkan kemejanya yang sudah terlepas semua kancingnya, menanggalkan sepatu pantofel dan kaos kaki hitam.

Tubuhnya sempurna, tubuh pria idaman banyak wanita. Berotot dan terlihat seksi.

"Istriku," bisik Teo setelah menyingkap rambut yang menutupi telinga istrinya.

Bibir Teo bermain di telinga Anesia Dutta. Ia berbisik dan menggigit kecil telinga istrinya, itu membuat Anes menggeliat. Anes membuka matanya perlahan, saat itu Teo sudah melihat dan wajah suaminya itu sudah ada di depan matanya.

"Mas, kamu sudah pulang? Ini sudah jam berapa?" tanya Anes dengan suara lembutnya. Anes ingin duduk, namun ditahan oleh Teo.

Teo tersenyum melihat istrinya, ia hanya mengenakan celana dalam saja saat ini.

Bukannya menjawab pertanyaan istrinya, tapi Teo malah mendekatkan bibirnya dan menyatukan bibirnya dengan bibir Anes.

Siap tidak siap, untuk suaminya yang tercinta, Anes mengerti apa yang diinginkan suaminya saat ini. Cukup lama penyatuan bibir itu hingga membuat gairah mereka melonjak tinggi.

"Mas," panggil Anes dengan suara mendayu.

Mereka mengambil nafas beberapa saat, kemudian mereka kembali melakukan aksi panas itu.

Hujan di luar makin lebat, seakan-akan memberikan mereka untuk leluasa untuk berteriak dan mengadu kasih. Tidak ada lagi kata dingin, bahkan ruangan di dalam kamar itu terasa panas. Keringat bercucuran dan suara-suara yang tak beraturan terdengar keras.

Sat penyatuan itu tiba-tiba handphone Teo yang di atas nakas berbunyi.

"Siapa, Mas?" tanya Anes dengan tersengal-sengal.

Teo menyuruh Anes untuk bergeser sebentar, kemudian ia turun dari tempat tidur dan mengambil handphonenya. Teo diam sejenak melihat siapa yang menelponnya subuh-subuh hari, apalagi disaat ia dan istrinya sedang berhubungan.

"Siapa, Mas?" tanya Anes lagi.

Anes takut suaminya macam-macam, tapi ia tahu jika suaminya itu setia dengannya. Namun, karena waktu sudah jam segini, membuat Anes sedikit curiga.

"Pak Direktur," jawab Teo sambil menunjukkan layar handphone kepada istrinya.

Anes yang melihat itu langsung lega, ia takut saja jika suaminya macam-macam.

"Angkat saja," jawab Anes. "Mungkin ada sesuatu yang hendak ia katakan," kata Anes lagi.

Teo tidak mendengarkan apa kata istrinya, ia malah menolak panggilan itu dan mematikan handphonenya. Anes yang melihat itu langsung kaget, masalahnya panggilan yang ditolak itu adalah seorang direktur dan bos suaminya.

"Mas, kenapa kamu matikan? Kalau dia mau minta bantuan bagaimana?" tanya Anes yang panik, ia pun merangkak berjalan ke tepi ranjang hendak turun dari tempat tidur, tapi Teo langsung menghalanginya.

Teo menahan Anes agar tidak turun, ia juga sudah meletakkan kembali handphonenya ke atas nakas. Teo melihat wajah istrinya, ia memegang dagunya dan melihat bibir istrinya yang basah.

"Kita lanjut lagi, ya," Teo mendekati bibirnya dan hendak melanjutkan permainan mereka tadi, tapi Anes malah menahan wajahnya agar tidak mendaratkan bibir itu.

Teo kaget, ia memasang wajah kecewa. Pasalnya dia belum sama sekali puas, sementara istrinya baru satu kali tadi.

"Kenapa, istriku?" tanya Teo, dia ikutan duduk di tepi ranjang sambil memegang tangan istrinya.

"Mas, kamu itu baru dua Minggu naik jabatan jadi manager. Masa kamu menolak telpon dari Pak Direktur, kalau dia menurunkan jabatan kamu lagi bagaimana?"

Anesia sangat senang karena suaminya sudah naik jabatan. Dari kepala supervisor menjadi seorang manajer di perusahaan besar, perusahaan teman ayahnya. Anesia tidak ingin suaminya diturunkan jabatannya karena menolak panggilan itu.

"Kamu baru naik jabatan loh," kata Anes lagi.

Melihat kekhawatiran istrinya itu membuat Teo tersenyum, ia pun memegang kedua pipi istrinya dan menangkupnya lembut.

"Istriku, hari ini Mas lelah banget. Sebenarnya tadi sudah pulang jam sepuluh, tapi Pak Direktur mengajak Mas ke tempat biasa, dia minum-minum dan mabuk. Dia menelpon Mas karena dia sedang mabuk. Tapi, dia sudah pulang ke rumah, mungkin karena efek itu. Mungkin setiap hari Mas akan pulang telat, Mas akan jarang bersamamu."

Teo memegang bibir istrinya dengan jempolnya, dia juga memainkannya. Anesia mengerti, ia juga merasa kasihan dengan suaminya.

"Mas, kamu minta libur saja besok."

"Memangnya kenapa? Apa maksudnya hari ini? Ini kan sudah subuh."

Anesia menganggukan kepalanya, "Iya, kamu libur saja hari ini. Kita akan seharian bersama hari ini, tunggu sebentar ya." Anesia menjauhkan tubuhnya sebentar dan dia turun dari tempat tidur.

Teo segera menahannya, ia memegang tangan istrinya sebelum Anesia berjalan pergi.

"Kamu mau kemana, Istriku?" tanya Teo.

"Sebentar saja, Mas. Aku mau mengambil obat untuk kamu di lemari," kata Anesia sembari melepaskan pegangan tangan suaminya. Teo masih bingung, ia tidak tahu istrinya mau mengambil obat apa.

Ia pun menaikkan sedikit bahunya melihat istrinya yang masih melihatnya, Anesia tertawa kecil melihat wajah suaminya yang ia rasa lucu. "Obat kuat," ucap Anesia dengan manja dan ia kemudian berjalan menuju lemari.

Teo yang mendengar itu jadi tertawa sendiri, ia sampai geleng-geleng kepala melihat tubuh indah istrinya dari belakang. Sangat sempurna, sayangnya mereka belum dikaruniai anak.

Saat Anesia mengambil obat, Teo melihat handphonenya di atas nakas. Tiba-tiba sorot mata Teo berubah, sepertinya ada yang ia sembunyikan.

Ada apa dengan handphonenya? Tidak, ada apa dengan orang yang meneleponnya? Atau apa yang dia pikirkan saat ini?

Baca kelanjutannya ya, semoga kamu suka.

Related chapters

  • Gairah Dalam Pernikahan   SERVICE TERBAIK

    Cahaya matahari menerobos masuk melewati celah kecil jendela kaca kamar, sepertinya matahari sudah terbit dari tadi. Berbeda di dalam ruangan, tepatnya kamar itu. Tirai yang tebal menutupi kamar dari jendela kaca yang lebar dan besar yang hanya memiliki sedikit celah untuk dimasuki cahaya.Kamar itu remang, membuat orang yang tidur di dalam kamar dan di atas kasur empuk itu enggan untuk bangun.Salah satu pintu di dalam kamar itu terbuka, nampak Teo keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk putih."Segarnya," ucapnya saat keluar dari kamar mandi.Tubuhnya yang kekar dan wajahnya yang tampak segar setelah habis mandi. Teo berjalan menuju meja hias milik istrinya, di sana terdapat banyak peralatan make up milik istrinya. Sebelum berkaca, Teo melihat istrinya yang sedang tidur berselubung tanpa mengenakan sehelai benang pun."Anes, istriku." Teo tersenyum, mengingat kejadian panas dengan perpaduan suara hujan dari luar semalam. Begitu liar dan penuh dengan gairah.Teo kemudian be

  • Gairah Dalam Pernikahan   DILEMA MEMBARA

    Setelah mengemas jas, sepatu dan tas yang diletakkan sembarangan oleh suaminya, Anes mulai masak. Mereka tidak memiliki pembantu, jadi dia yang mengemas rumah dan masak sendiri."Kapan sih Mas Teo merubah kebiasaannya seperti ini," ucapnya sambil berkemas.Anes melakukannya dengan penuh rasa sayang, ia sangat mencintai suaminya, jadi tidak apa-apa ia menjadi istri yang baik dengan mengemas rumah agar selalu bersih.Anes ingin masak nasi goreng saja, itu hal yang praktis dan sangat mudah. Lagian di dapurnya yang tidak terlalu besar tersedia beberapa bungkusan instan masakan apa saja."Untung masih ada telur, kayaknya aku perlu belanja."Sejak menikah dengan Teo, dia baru mulai belajar masak dan kini dia lumayan pandai masak walaupun masih bergantung dengan bumbu instan.Teo di balkon kamar, ia sedang menyeruput rokoknya. Sembari menunggu istrinya selesai masak, ia duduk bersandar di kursi balkon. Walaupun ia nampak santai, namun pikirannya sudah kemana-mana."Bagaimana caranya agar aku

  • Gairah Dalam Pernikahan   HASRAT PADA PANDANGAN

    Rahang Teo mengeras, namun ia mencoba terlihat santai. Teo tidak tahu kenapa orang di depannya saat ini ada di depannya, rasanya ia tidak ingin melihat pria itu lagi. Sementara pria itu, melihat ke dalam rumah, seperti mencari seseorang."Aku izin libur hari ini," ucap Teo tiba-tiba, mengalihkan perhatian pria itu yang melihat isi rumahnya.Pria itu melihatnya, ia tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya. "Aku sudah tahu," katanya. "Makanya aku datang," tambahnya lagi."Karena Anda sudah tahu, sebaiknya Anda pergi dari rumah saya!" ucap Teo yang tidak sungkan sedikitpun.Ekspresi pria itu langsung berubah seketika, tidak hanya tersinggung, tapi dia juga marah."Mas, siapa yang datang?" suara lembut dan halus langsung merubah seorang pria yang hampir berubah jadi serigala tadi.Tamu mereka langsung melihat ke arah Anesia yang sedang baru berdiri di samping Teo. Anes tersenyum, ia pun menundukkan kepalanya sedikit memberi hormat. Namun, tamu pria itu langsung menyodorkan tangannya dan

  • Gairah Dalam Pernikahan   RASA YANG KOMPLIT

    Zergan tertawa puas mendengar apa yang dikatakan Teo barusan, ia melihat Teo dari atas sampai bawah, kembali melihat wajah Teo dan itu membuat ia kembali tertawa."Tolong jangan sampai terdengar oleh istriku, aku sangat mencintainya. Aku sangat menyesal telah membuat perjanjian itu, tapi aku tidak memiliki jalan lain. Aku terpaksa melakukannya, tolong jangan lakukan ini."Zergan mendengar semua apa yang Teo katakan, itu sedikit mengusik hatinya, namun jika teringat tentang Anes membuat ia tidak bisa melepaskan istri menawan pria di depannya itu."Perjanjian sudah dibuat, kau membatalkannya atau tidak, istrimu akan aku dapatkan. Tergantung kau, kau mau aku menikmatinya sekali saja atau setiap hari. Semua ada di tanganmu," kata Zergan dengan datar, namun ia memberikan sebuah keputusan yang berat dan itu harus diambil oleh Teo.Teo sangat menyesalinya, teringat ia dua bulan yang lalu. Wijo ayahnya Anes memaksa mereka untuk bercerai, namun itu tidak diketahui oleh Anes. Wijo sejak awal me

  • Gairah Dalam Pernikahan   RESAH DAN GELISAH

    "Sayang," panggil Teo lembut. ia melihat istrinya yang sedang duduk bersandar di sofa sambil bermain handphone. "Hem," sahut Anes, waulaupun menyahut ia tetap fokus dengan kegiatannya sendiri. Teo melihat istrinya yang tak menghiraukannya, ia yang duduk berhadapan dan tidak jauh dari istrinya memilih untuk berdiri. Teo berjalan dan duduk di samping Anes, ia memiringkan kepalanya melihat apa yang sedang Anes lakukan di depan layar handphone itu. Karena suaminya penasaran, Anes menunjukkan layar handphonenya kepada Teo. Suaminya itu tersenyum karena aneh melihat foto-foto bayi di sana. "Jadi, kamu mau kita ikut program hamil? tanya Teo penuh harap. Anes melihat Teo, ia tidak menjawabnya. Tepatnya, ia sedang berpikir. Suaminya sangat ingin memiliki anak, begitu pula dengannya. Tapi yang Anes takutkan hanya satu hal. Ia takut memeriksa kondisinya ke dokter, dia takut dengan hasilnya. Anes khawatir hasilnya akan membuat rumah tangga mereka hancur. Anes takut dirinya tidak bisa memberi

  • Gairah Dalam Pernikahan   PERASAAN WANITA

    Anesia berjongkok, ia membantu gadis itu untuk bangkit. Anes tidak tega melihatnya, gadis itu nampak lebih muda darinya. Dengan wajah yang putih kemerahan karena menangis, cantik sekali kamu dengan wajah ayu yang natural."Maafkan kami, mari saya bantu," ucap Anes sambil mengulurkan tangannya.Gadis itu merain tangan Anes, warna kulit yang hampir sama. Mereka sama-sama putih. Anes pun berdiri dan membantu gadis itu berdiri. Teo yang melihat itu tak dapat berbuat apa-apa, ia juga menyesal karena kejadian tadi.Setelah berdiri, Anes dan Teo serempak mengucapkan maaf lagi. Anes yang lebih menggunakan perasaan merasa sedih melihat gadis itu, nampak juga dia sedang gemetaran. Mungkin dia takut."Jangan menangis, kamu mau ke mana membawa tas besar?" tanya Anes.Gadis itu mengelap air matanya, dengan pipi merahnya membuat ia seperti udang masak saja."Saya baru datang ke kota, Mbak. Saya dari panti asuhan di desa, saya ingin mencari pekerjaan di kota," jawab gadis itu.Mendengar itu membuat

Latest chapter

  • Gairah Dalam Pernikahan   PERASAAN WANITA

    Anesia berjongkok, ia membantu gadis itu untuk bangkit. Anes tidak tega melihatnya, gadis itu nampak lebih muda darinya. Dengan wajah yang putih kemerahan karena menangis, cantik sekali kamu dengan wajah ayu yang natural."Maafkan kami, mari saya bantu," ucap Anes sambil mengulurkan tangannya.Gadis itu merain tangan Anes, warna kulit yang hampir sama. Mereka sama-sama putih. Anes pun berdiri dan membantu gadis itu berdiri. Teo yang melihat itu tak dapat berbuat apa-apa, ia juga menyesal karena kejadian tadi.Setelah berdiri, Anes dan Teo serempak mengucapkan maaf lagi. Anes yang lebih menggunakan perasaan merasa sedih melihat gadis itu, nampak juga dia sedang gemetaran. Mungkin dia takut."Jangan menangis, kamu mau ke mana membawa tas besar?" tanya Anes.Gadis itu mengelap air matanya, dengan pipi merahnya membuat ia seperti udang masak saja."Saya baru datang ke kota, Mbak. Saya dari panti asuhan di desa, saya ingin mencari pekerjaan di kota," jawab gadis itu.Mendengar itu membuat

  • Gairah Dalam Pernikahan   RESAH DAN GELISAH

    "Sayang," panggil Teo lembut. ia melihat istrinya yang sedang duduk bersandar di sofa sambil bermain handphone. "Hem," sahut Anes, waulaupun menyahut ia tetap fokus dengan kegiatannya sendiri. Teo melihat istrinya yang tak menghiraukannya, ia yang duduk berhadapan dan tidak jauh dari istrinya memilih untuk berdiri. Teo berjalan dan duduk di samping Anes, ia memiringkan kepalanya melihat apa yang sedang Anes lakukan di depan layar handphone itu. Karena suaminya penasaran, Anes menunjukkan layar handphonenya kepada Teo. Suaminya itu tersenyum karena aneh melihat foto-foto bayi di sana. "Jadi, kamu mau kita ikut program hamil? tanya Teo penuh harap. Anes melihat Teo, ia tidak menjawabnya. Tepatnya, ia sedang berpikir. Suaminya sangat ingin memiliki anak, begitu pula dengannya. Tapi yang Anes takutkan hanya satu hal. Ia takut memeriksa kondisinya ke dokter, dia takut dengan hasilnya. Anes khawatir hasilnya akan membuat rumah tangga mereka hancur. Anes takut dirinya tidak bisa memberi

  • Gairah Dalam Pernikahan   RASA YANG KOMPLIT

    Zergan tertawa puas mendengar apa yang dikatakan Teo barusan, ia melihat Teo dari atas sampai bawah, kembali melihat wajah Teo dan itu membuat ia kembali tertawa."Tolong jangan sampai terdengar oleh istriku, aku sangat mencintainya. Aku sangat menyesal telah membuat perjanjian itu, tapi aku tidak memiliki jalan lain. Aku terpaksa melakukannya, tolong jangan lakukan ini."Zergan mendengar semua apa yang Teo katakan, itu sedikit mengusik hatinya, namun jika teringat tentang Anes membuat ia tidak bisa melepaskan istri menawan pria di depannya itu."Perjanjian sudah dibuat, kau membatalkannya atau tidak, istrimu akan aku dapatkan. Tergantung kau, kau mau aku menikmatinya sekali saja atau setiap hari. Semua ada di tanganmu," kata Zergan dengan datar, namun ia memberikan sebuah keputusan yang berat dan itu harus diambil oleh Teo.Teo sangat menyesalinya, teringat ia dua bulan yang lalu. Wijo ayahnya Anes memaksa mereka untuk bercerai, namun itu tidak diketahui oleh Anes. Wijo sejak awal me

  • Gairah Dalam Pernikahan   HASRAT PADA PANDANGAN

    Rahang Teo mengeras, namun ia mencoba terlihat santai. Teo tidak tahu kenapa orang di depannya saat ini ada di depannya, rasanya ia tidak ingin melihat pria itu lagi. Sementara pria itu, melihat ke dalam rumah, seperti mencari seseorang."Aku izin libur hari ini," ucap Teo tiba-tiba, mengalihkan perhatian pria itu yang melihat isi rumahnya.Pria itu melihatnya, ia tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya. "Aku sudah tahu," katanya. "Makanya aku datang," tambahnya lagi."Karena Anda sudah tahu, sebaiknya Anda pergi dari rumah saya!" ucap Teo yang tidak sungkan sedikitpun.Ekspresi pria itu langsung berubah seketika, tidak hanya tersinggung, tapi dia juga marah."Mas, siapa yang datang?" suara lembut dan halus langsung merubah seorang pria yang hampir berubah jadi serigala tadi.Tamu mereka langsung melihat ke arah Anesia yang sedang baru berdiri di samping Teo. Anes tersenyum, ia pun menundukkan kepalanya sedikit memberi hormat. Namun, tamu pria itu langsung menyodorkan tangannya dan

  • Gairah Dalam Pernikahan   DILEMA MEMBARA

    Setelah mengemas jas, sepatu dan tas yang diletakkan sembarangan oleh suaminya, Anes mulai masak. Mereka tidak memiliki pembantu, jadi dia yang mengemas rumah dan masak sendiri."Kapan sih Mas Teo merubah kebiasaannya seperti ini," ucapnya sambil berkemas.Anes melakukannya dengan penuh rasa sayang, ia sangat mencintai suaminya, jadi tidak apa-apa ia menjadi istri yang baik dengan mengemas rumah agar selalu bersih.Anes ingin masak nasi goreng saja, itu hal yang praktis dan sangat mudah. Lagian di dapurnya yang tidak terlalu besar tersedia beberapa bungkusan instan masakan apa saja."Untung masih ada telur, kayaknya aku perlu belanja."Sejak menikah dengan Teo, dia baru mulai belajar masak dan kini dia lumayan pandai masak walaupun masih bergantung dengan bumbu instan.Teo di balkon kamar, ia sedang menyeruput rokoknya. Sembari menunggu istrinya selesai masak, ia duduk bersandar di kursi balkon. Walaupun ia nampak santai, namun pikirannya sudah kemana-mana."Bagaimana caranya agar aku

  • Gairah Dalam Pernikahan   SERVICE TERBAIK

    Cahaya matahari menerobos masuk melewati celah kecil jendela kaca kamar, sepertinya matahari sudah terbit dari tadi. Berbeda di dalam ruangan, tepatnya kamar itu. Tirai yang tebal menutupi kamar dari jendela kaca yang lebar dan besar yang hanya memiliki sedikit celah untuk dimasuki cahaya.Kamar itu remang, membuat orang yang tidur di dalam kamar dan di atas kasur empuk itu enggan untuk bangun.Salah satu pintu di dalam kamar itu terbuka, nampak Teo keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk putih."Segarnya," ucapnya saat keluar dari kamar mandi.Tubuhnya yang kekar dan wajahnya yang tampak segar setelah habis mandi. Teo berjalan menuju meja hias milik istrinya, di sana terdapat banyak peralatan make up milik istrinya. Sebelum berkaca, Teo melihat istrinya yang sedang tidur berselubung tanpa mengenakan sehelai benang pun."Anes, istriku." Teo tersenyum, mengingat kejadian panas dengan perpaduan suara hujan dari luar semalam. Begitu liar dan penuh dengan gairah.Teo kemudian be

  • Gairah Dalam Pernikahan   KEHANGATAN DI ATAS RANJANG

    Suara deru mobil berhenti saat tiba di depan rumah, hari itu hujan lebat. Di dalam mobil tidak tersedia payung, laki-laki itu pun keluar dari mobil dengan cepat dan berlari menuju beranda rumah. Menapaki dua anak tangga naik ke teras rumah dan membuka pintu rumah dengan kode password yang ia hafal. Saat masuk, rumahnya temaram dan ia pun tidak berniat untuk menyalakan lampu. Tujuan pertamanya adalah naik ke lantai dua, ke kamarnya dan ada istrinya di sana. "Dingin sekali," keluhnya. Pria memakai setelan jas hitam itu pulang jam dua pagi, dengan pakaian yang sedikit basah dan meletakkan tas kerjanya ke sembarang tempat, ia pun berjalan ke lantai dua. Namanya adalah Teodan Prahado, pria tinggi dengan tubuh atletis dan memiliki wajah yang tampan. Jas yang ia pakai tadi ia tanggalkan dan mencampakkan-nya ke lantai sebelum sampai di kamar. "Pasti sudah tidur." Suara hujan di luar membuat langkah kakinya tidak terdengar. Sejuk udara membuat ia tak sabar melihat istrinya. Perlahan dan sa

DMCA.com Protection Status