Sorry, guys! Sudah 2 hari gak tengok Adam dan Evelyn, rindu gak? Hahaha. Author udah mulai baikan, thank you banget untuk doa kalian semua. Hari ini author usahakan untuk update lebih banyak, hitung-hitung nutup 2 hari yang kemarin yaa. Tebak-tebakan yuk, kira-kira apakah keluarga Adam akan berusaha memisahkan dirinya dan Evelyn. Cepet tulis di komen yaa! Siapa tahu salah satu jawaban kalian bisa jadi kenyataan!
Mendengar ucapan sang manajer wanita, ekspresi Adam dan Evelyn sedikit berubah. Wanita itu melirik ke arah Adam, mencoba melihat langkah selanjutnya yang akan pria itu ambil. Mampu merasakan jelas pandangan penuh arti dari Evelyn, Adam langsung memasang wajah dingin. “Katakan pada Kakek bahwa aku ingin bertemu dengannya juga,” titahnya. Kalau biasanya semua orang akan langsung menuruti perintahnya, tapi tidak dengan sang manajer wanita. Dia tersenyum canggung, tahu jelas bahwa dibandingkan Adam Dean, di dalam hotel ini, hanya Ardi Kusuma yang bisa dia dengarkan. “Maaf, Pak Adam. Akan tetapi, Pak Ardi sudah menurunkan perintah,” balas manajer wanita itu. Kemudian, dia memberikan selembar kertas kecil kepada Adam. “Beliau sudah tahu bahwa Pak Adam tidak akan dengan mudah setuju, jadi dia meninggalkan pesan ini.” Adam menerima surat kecil itu dan langsung mengerutkan kening ketika membaca satu kalimat di atasnya. Dia meremas kertas itu dan bergumam dengan suara rendah, “Pria tua bangk
Kala mendengar pertanyaan sang kakek, seluruh otot di tubuh Adam menegang. Dia dengan cepat mengeluarkan ponsel dan menelepon Evelyn. Akan tetapi, wanita itu tidak kunjung mengangkat panggilannya. “Apa yang terjadi?” tanya Ardi dengan kening berkerut, memperlihatkan bahwa dirinya merasa sang cucu bertingkah aneh. Walau panik, tapi Adam berusaha menjawab sang kakek dengan sabar, “Aku sudah datang bersama Evelyn, tapi seorang manajer wanita mengatakan bahwa Kakek memintanya bertemu terpisah denganku.” Dengan netra birunya, pria tersebut menatap Ardi dalam-dalam. “Kakek sungguh tidak menemuinya?” Dengan wajah serius, Ardi pun menjawab tegas, “Tidak.” Mendengar hal tersebut, jantung Adam seakan berhenti untuk beberapa saat. Dia mengepalkan tangannya, merasa emosi yang bergejolak dalam dirinya meliar. Ingin dia luluh lantahkan hotel ini untuk mencari Evelyn, tetapi dia mencoba berpikir jernih. Orang waras mana yang dengan berani menggunakan nama Keluarga Kusuma untuk menjebak Evelyn?
Mendengar cara Evelyn berbicara, Elisa terlihat mengepalkan tangannya kuat. Wajah wanita itu menampakkan emosi tidak terkendali, seakan merasa begitu terhina karena tak mampu menjawab pertanyaan yang Evelyn ajukan. Namun, tak seperti yang Evelyn duga, detik berikutnya ekspresi menyebalkan yang terlukis di wajah Elisa menghilang dan berubah menjadi sangat lembut. “Luar biasa,” ujar wanita itu dengan sebuah senyuman menghiasi wajah cantiknya. “Kamu ternyata memang wanitanya.” Dalam hitungan detik, sikap dan sifat Elisa berubah seratus delapan puluh derajat, seakan dirinya beberapa saat yang lalu adalah orang yang berbeda. Hal tersebut membuat Evelyn terperangah, mulai mempertanyakan apakah wanita di hadapannya mengidap penyakit kepribadian ganda?! Melihat keterkejutan Evelyn, Elisa hanya tersenyum. Wanita itu berjalan ke arah sofa dan mendudukkan dirinya sendiri dengan sangat anggun, jauh lebih anggun dibandingkan dengan saat dirinya menuruni tangga. Walau mengenakan kaus putih dan ju
“Ha ha ha!” Suara tawa yang merdu itu menggema jelas di ruangan penthouse hotel Nusantara. Sosok Elena terlihat begitu senang setelah mendengar sebuah cerita yang sangat konyol. “Kamu menolak lamarannya?” tanya wanita itu kepada Evelyn ketika tawanya mereda. Jari telunjuk lentiknya menghapus air mata yang berada di pelupuk. “Keputusan bagus.”“Elena,” panggil Ardi dengan nada tegas, memperingati cucunya untuk menjaga sikap.Setelah beberapa saat lalu menanyakan perihal pernikahan Adam dan Evelyn, Ardi harus dihadapkan dengan sebuah kenyataan mengejutkan. Sang mantan pewaris Aditama itu telah menolak cucunya!Lain dengan Ardi yang begitu shok dengan kenyataan tersebut, Elena malah tertawa keras dan sangat terhibur dengan hal tersebut. Kenyataan bahwa Adam, sepupunya yang memiliki reputasi sebagai pemain hati wanita kelas kakap kenyataannya malah berakhir ditolak oleh seorang wanita!“Apa alasanmu?” tanya Ardi dengan kening berkerut, merasa sedikit tersinggung karena di matanya Adam sud
Mata Ardi membesar mendengar ucapan Evelyn, tahu maksud wanita itu. “Nyalimu besar, Evelyn Aditama,” ujar pria itu dengan sebuah senyuman pahit. Tanpa perlu dijelaskan secara detail, Ardi tahu bahwa ucapan Evelyn sebenarnya merujuk pada Diandra, bagaimana putri sulungnya itu berujung kehilangan nyawa karena tidak mampu menerima kenyataan bahwa sang suami berakhir memiliki wanita lain di belakang. Hal itu merupakan sebuah bukti bahwa menikah ke dalam keluarga terkaya di Capitol tidak selamanya menjadi sebuah berkah. Selama berpuluh-puluh tahun, tidak ada orang yang berani mengungkit apa yang terjadi pada Diandra di depan Ardi. Sekarang, pria itu tak menyangka bahwa seorang wanita dengan latar belakang seorang mantan pewaris terbuang akan membalas pertanyaannya dengan kejadian itu. “Mendiang putri Bapak adalah wanita luar biasa dengan latar belakang keluarga yang juga tidak biasa, tapi hal tersebut masih bisa terjadi padanya,” tutur Evelyn. Wanita itu mengangkat pandangannya dan menat
“Kamu terlihat mencintainya,” ucap Elena seraya menatap Adam yang duduk di seberangnya. Terlihat pria yang awalnya menutup mata dengan kedua tangan dilipat di depan dada itu berujung membalas tatapannya. “Apa seorang Adam Dean sungguh telah jatuh cinta?”Dengan pandangan dingin, Adam berkata, “Bukan urusanmu.”Elena terkekeh, merasa senang bisa mengganggu sepupunya itu. Sedari kecil, Adam yang lebih muda darinya memang sasaran empuk bagi wanita itu, terutama karena dia tidak memiliki saudara pria. Dengan sikap Adam yang sangat jutek, Elena selalu tergoda untuk mengetes batas kesabaran pria tersebut.“Yah, apa pun yang kamu katakan, aku sudah mendapatkan jawaban dari reaksimu tadi,” goda Elena dengan nada senang.“Apa rencana tadi diusulkan olehmu?” tanya Adam secara tiba-tiba, sedikit kesal karena dirinya secara cuma-cuma berlari ke sana-kemari dan panik ketika menyadari Evelyn bukan menemui sang kakek.Dua bahu Elena terangkat, seakan ingin mengatakan tidak tahu. Akan tetapi, senyuma
“Jadi, diam dan jangan lakukan apa pun yang bisa mengganggu hubunganku dengannya.” Mendengar ucapan Adam, Elena membeku di tempat. Dia yang sebelumnya tidak yakin dengan tujuan sepupunya itu akhirnya mengerti. ‘Dia bukan hanya jatuh cinta pada wanita itu,’ batin Elena dengan wajah diselimuti kengerian. ‘Dia benar-benar sudah terobsesi dengannya!’ Tepat pada saat itu, suara pintu yang terbuka membuat Elena dan Adam menoleh. Keduanya sedikit terkejut melihat sosok Evelyn dan Ardi yang keluar bersamaan dengan ekspresi tenang. “Kakek,” panggil Elena sembari berdiri dari sofa. Adam juga berdiri dan segera menghampiri Evelyn, mencoba mempelajari ekspresi yang terlukis di wajah wanita itu. Dia sungguh khawatir bahwa Ardi berakhir menekan Evelyn dan menjauhkan wanita itu darinya. “Kamu baik-baik saja?” tanya Adam dengan suara rendah kepada Evelyn. Pertanyaan yang Adam lontarkan kepada Evelyn membuat Ardi memasang wajah buruk. “Apa kamu kira Kakek akan menindasnya?” “Siapa yang tahu?” b
“Ayo menikah,” ujar Evelyn dengan wajah merona merah.Mendengar ucapan wanita tersebut, Adam tak elak membeku di tempat. Jantungnya berdetak semakin cepat dan mata pria itu sedikit membesar. Sebuah senyuman perlahan merekah di bibir Adam, membuatnya harus mengangkat tangan untuk menutup setengah wajahnya selagi mengalihkan wajah dari Evelyn karena malu.Melihat reaksi Adam, Evelyn menjadi sedikit bingung. Dia tidak sempat melihat senyuman di bibir pria itu, dan hal tersebut membuat Evelyn menduga bahwa Adam tidak senang dengan ucapannya.“Apa … kamu tidak setuju?” tanya Evelyn, merasa dadanya sedikit sesak. ‘Tapi, tadi dia sendiri yang bilang lamaran itu masih berlaku …,’ batinnya.“Aku setuju,” ucap Adam sembari menoleh dengan cepat. Pria itu mendaratkan pandangannya pada sosok Evelyn, memandangnya dengan lembut. “Kamu tidak boleh menarik ucapanmu.”Evelyn tersenyum tipis, lalu dia pun menundukkan kepala. “Namun, aku ada sejumlah syarat,” ujarnya.Manik biru Adam mempelajari setiap g
Tidak lama setelah Evelyn beserta suami dan ibunya turun dari panggung, iringan merdu piano pun terdengar. Pintu ruang pesta terbuka, membuat setiap pasang mata beralih ke arah sosok berbalut gaun pengantin berwarna putih mutiara yang berjalan memasuki ruang pesta didampingi seorang wanita dengan gaun hijau indah. Itu adalah Rena yang didampingi oleh sang nenek, Yara. Memerhatikan calon istrinya menghampiri, Dominic merasa seakan jantungnya ingin melompat keluar dari dada. Langkah Rena dalam gaun indah itu sangatlah ringan, hampir seperti melayang bak dewi yang turun dari khayangan. Bulu mata lentiknya yang bergetar mengikuti langkahnya membuat penampilan wanita itu memesona Dominic. Saat wanita rupawan itu sudah berada di hadapannya, Dominic hanya bisa membeku seperti orang bodoh, tenggelam dalam pancaran indah sepasang manik hijau yang menghipnotis itu. Dengan tangan yang telah disodorkan oleh Yara kepada Dominic, Rena yang melihat pria itu mematung konyol tersenyum geli. “Tidak
“Tidak kusangka akan tiba hari di mana Tuan Dominic Grey akan berakhir menikah,” ucap Selena, sekretaris Dominic, yang menangis haru melihat sang atasan mengenakan jas putih pernikahan, terlihat begitu cerah dibandingkan hari-hari biasanya.Di sebelah Selena, Julian menepuk-nepuk pundak wanita tersebut. “Aku paham perasaanmu.” Dia sendiri sempat merasakan hal serupa ketika Adam Dean menikah dengan Evelyn Grey.Sembari menggandeng lengan Julian, Elena memasang senyuman geli. Dengan wajah bangga, dia berkata, “Hehe, kalian kurang peka. Sedari awal, aku sama sekali tidak terkejut Adam akan berakhir dengan Evelyn dan Dominic akan berakhir dengan Rena.”Sementara para pemuda-pemudi Capitol mengomentari pernikahan Rena, di satu area khusus yang dijaga banyak pengawal berpakaian tradisional, terlihat Saraswati dan Anindita hadir bersama dengan ibu mereka, Adhisti. Ketiganya terlihat tengah berbincang ramah dengan Diandra dan Henry yang dengan mahir menjamu mereka.Tampak sosok Adhisti juga s
BUK! Suara tubuh yang terbanting ke tempat tidur empuk bisa terdengar. Hal tersebut diikuti dengan kecupan basah dan lenguhan yang saling beradu. Dalam ruang tidur di pesawat pribadi itu, Dominic tampak sedang mengungkung sosok Rena. Tangan pria tersebut menelusup masuk ke dalam pakaian gadis di hadapan, meremas sedikit dan menyebabkan sebuah lenguhan rendah untuk kabur dari bibir Rena. “Hah ….” Napas yang terengah terdengar kala ciuman mereka terpisah. “Dom …,” panggil Rena. Ujung mata gadis itu tampak sedikit merah dan basah, terlihat begitu menggoda. “Jangan sekarang ….” Mereka sekarang di mana? Di dalam pesawat dengan puluhan bawahan yang menunggu di depan ruang pribadi. Kalaupun sudah berpindah ke kamar tidur, tapi Rena tidak bisa menjamin segala hal yang terjadi dalam ruangan tersebut tidak akan didengar oleh orang-orang di luar! Sebagai seseorang yang telah berkutat dengan dunia malam, tidur dengan seorang pria jelas adalah sesuatu yang tidak begitu asing untuknya. Akan te
Adhisti tersenyum, lalu menepuk pelan punggung Rena. “Aku tidak berkata kamu akan menikah sekarang, bukan?” Dia melirik Dominic yang hanya terdiam di tempatnya selagi menatap intens ke arah Rena. “Akan tetapi, aku yakin seseorang tidak bisa lagi menunggu lama.”Satria, yang mendorong kursi roda Adhisti—Rena yakin sepertinya keduanya telah berbaikan setelah mengetahui kebenaran di balik kematian Wulan—tertawa rendah dan menimpali, “Jikalau memang kalian akan merayakannya, jangan lupa untuk mengundang kami.”Mendengar hal itu, Bhadrika langsung bersiaga dan berujar, “Tuan Putri, di hari itu, tolong infokan paling tidak satu bulan sebelum. Banyak persiapan yang perlu regu pengawal siapkan untuk memastikan keluarga kerajaan bisa pergi ke luar kerajaan.” Dia sudah memikirkan seribu satu cara untuk menjaga acara pernikahan tersebut.Rena hanya bisa tertawa mendengar ucapan semua orang. Senyuman di bibirnya merekah lebar lantaran senang semuanya berakhir baik.Pandangan Rena mendarat pada An
Menepiskan pandangan para pengunjung hotel pada dirinya, Dominic masuk ke dalam lift khusus untuk kemudian menuju penthouse miliknya.Sebelum pintu tertutup, manajer hotel tersebut berucap, “Jikalau ada yang diperlukan, silakan menghubungi saya, Tuan Grey. Saya permisi.”Dominic melangkah masuk ke dalam kamar, lalu meletakkan Rena dengan hati-hati di sana. Lelah sepertinya merasuk tubuh gadis tersebut, bahkan setelah semua kericuhan untuk tiba di kamar tersebut, Rena sama sekali tidak terganggu.Tidak ingin mengusik Rena, Dominic pun keluar dari ruangan. Dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.“Kami sudah tiba,” ucap Dominic.“Rena … sudah menemui Eli Black?” tanya suara melantun dari ujung telepon yang lain.“Sudah.”“Apa … dia baik-baik saja?” tanya suara itu lagi.Dominic melirik ke arah Rena dari celah pintu yang tidak sepenuhnya tertutup. “Dia bertahan, Yang Mulia.”Mendengar balasan Dominic, Yara tersenyum sendu. “Bagus … itu bagus.”Dominic menjatuhkan pandangan, lal
Ketegangan di antara kedua pria asing itu membuat sejumlah pengunjung kafe dan juga pejalan kaki memerhatikan mereka. Hal tersebut membuat Rena langsung mengenakan kembali kaca mata hitamnya dan menarik ujung hoodie putih Dominic.“Kita pergi saja. Jangan menarik perhatian,” ucap Rena dengan suara rendah, takut ada yang mendengar atau mengenali dirinya.Bagaimanapun, mereka masih berada di Kerajaan Nusantara, tempat di mana dirinya sempat dikenal sebagai pewaris takhta.Mendengar permintaan Rena, Dominic pun menurut dan menghempaskan tangan Eli. Dia melingkarkan tangan di pinggang Rena dan menarik gadis itu pergi menjauh dari Eli Black.Sebelum sepenuhnya pergi, Eli sedikit berseru, “Yarena! Apa kamu akan pergi begitu saja?!”Sungguh, Eli berharap Rena akan memberikan ‘akhir’ yang dia inginkan, bukan mengabaikannya seperti ini. Atas segala dosa yang dia lakukan, Eli ingin Rena mengakhirinya dan memberikan balasan yang setimpal.Di saat mendengar pertanyaan Eli, Rena menghentikan langk
*Beberapa waktu lalu* PIP! PIP! PIP! Bunyi mesin yang mengusik telinga bisa terdengar, beriringan dengan terbukanya mata gadis tersebut. Pandangan gadis itu mendarat pada langit-langit yang putih, lalu perlahan maniknya bergeser ke kanan, pada sosok yang tertidur dalam posisi terduduk dan tangan terlipat di depan dada. “Do … minic?” Panggilan itu membuat kening sang pria sedikit berkerut, diikuti dengan matanya yang perlahan terbuka. Saat manik hitam segelap malam milik pria itu mendarat pada netra hijau sang gadis, mata pria tersebut membesar dan dia pun langsung menghampiri pinggir tempat tidur. “Rena!” seru sang pria dengan wajah lega. “Kamu sudah sadar!” Seusai mengatakan hal tersebut, Dominic pun menekan tombol merah di tembok dekat tempat tidur, lalu meraih telepon yang terhubung dengan meja jaga rumah sakit. Gegas dia memanggil perawat untuk memeriksa keadaan Rena yang akhirnya siuman setelah satu minggu tidak sadarkan diri. “Kondisi Nyonya Wijaya telah stabil, tapi per
Di seisi Kerajaan Nusantara, berita mengenai rencana pembunuhan Putri Mahkota Yarena oleh Adinasya tersebar luas. Besarnya kericuhan akibat kejadian tersebut membuat pihak istana tidak mampu menyembunyikannya, terlebih ketika satu berita kematian membuat semua orang berakhir berkabung.“Tidak kusangka bahwa Putri Mahkota akan meninggal ….”“Belum sempat dirinya mengabdi untuk kerajaan secara penuh, tapi langit sudah terlebih dahulu mengambilnya.”“Memang mantan adipati pria yang berbisa! Teganya dia mengorbankan nyawa keluarga kerajaan hanya karena dirinya berambisi terhadap takhta!? Dan lagi, orang yang dia bunuh adalah putri wanita yang dahulu dia cintai!”Komentar-komentar pedas terlontar, mengungkap rasa kecewa yang begitu mendalam terhadap Adinasya dan juga kesedihan terhadap kematian putri mahkota Kerajaan Nusantara, Yarena Sangramawijaya.Belum ada satu minggu putri mahkota itu diangkat, tapi musibah sudah menimpanya dan menyebabkan dirinya kehilangan nyawa.Namun, yang lebih m
Sang dokter terkejut, lalu melirik Yara. Walau nyawanya terancam oleh Dominic, tapi sebagai bagian dari kerajaan, dia lebih tahu kekuasaan tertinggi berada di tangan sang ratu. Wajah pemimpin Kerajaan Nusantara itu tampak tak berdaya. Karena tahu omongan Dominic bukan main-main, dia pun hanya bisa menganggukkan kepala, memberi izin kepada sang dokter untuk lanjut bertindak. Di tengah pekerjaan sang dokter, Dominic mendadak berujar kepada Yara yang berakhir juga menunggu di dalam ruangan, “Kalau sesuatu terjadi padanya … aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Mendengar ucapan itu, Yara mendengus selagi menatap sosok Rena yang tidak sadarkan diri. “Tidak perlu dirimu … bahkan aku tidak akan memaafkan diriku sendiri ….” Setelah pertolongan pertama oleh sang dokter dan kondisi Rena semakin stabil, gadis itu pun dipindahkan ke rumah sakit utama Kerajaan Nusantara. Berbeda dari penjagaan yang biasa diberikan untuk keluarga kerajaan, kali ini yang berjaga di depan ruangan Rena bukan hanya p