Elvano, Rubby dan yang lainnya kini tiba di sebuah resort dekat pantai. Elvano segera membawa Amora anak perempuan berusia 2 tahun setengah itu berkeliling halaman resort. Sementara Sergio, pria itu tengah menemani Vincent di kolam renang. Dan para istri, Rubby dan Vina tengah meletakkan baju-baju mereka untuk liburan tiga hari ke depan di kamar masing-masing.Di posisi Andre, pria itu sedang membawa tubuh lemah Lisa ke dalam kamar di mana mereka semua masih berada di satu resort. Andre meletakkan Lisa di atas tempat tidur dengan hati-hati. "Kamu istirahat, ya. Apa kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Andre setelah meletakkan wanita penderita kanker otak itu berbaring. Lisa menggeleng lemah. "Tidak, aku hanya ingin beristirahat. Bisakah kamu meninggalkanku sendiri?" ucap Lisa lemah.Andre tersenyum, dia mengusap kepala Lisa lembut. "Baik, selamat istirahat," kata Andre, dia pun menarik selimut menutupi tubuh Lisa. ***Sergio dan Vincent, kini sedang bermain-main di kolam renang anak
Sinar matahari mulai terlihat di area resort pinggir pantai di daerah Bali. Andre, sudah sibuk memesan sarapan untuk dirinya berikan kepada Lisa wanita penderita kanker otak itu. Andre membawa nampan berisi sarapan ke kamar Lisa. Dia mengetuk pintu dengan lembut, lalu masuk dengan senyum hangat. Lisa sedang terbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan tatapan kosong."Andre, kamu sudah bangun?" Lisa bertanya dengan suara lemah."Ya, aku sudah memesan sarapan untukmu. Kamu harus makan, ya. Ini penting untuk kesehatanmu." Andre meletakkan nampan di meja samping tempat tidur, lalu duduk di samping Lisa. Dia mengusap rambut Lisa yang tipis dan rontok akibat kemoterapi."Terima kasih, Andre. kamu boleh keluar. Sepertinya, aku tidak akan bisa ikut kalian pergi jalan-jalan ke distinasi tempat wisata di Bali. Dan seharusnya, kau tidak membawaku. Karena aku hanya akan menjadi beban untuk kalian," ucap Lisa sedih menatap langit-langit dengan pandangan tanpa nalar. Lisa tahu, jika A
"Yuk, kita berangkat sekarang. Pantainya sudah menanti kita," kata Elvano sambil menggendong Amora di depannya.Di pagi hari, Elvano, Rubby, Amora bersama Vina dan Sergio, serta anak mereka, Vincent, suda bersiap-siap dengan tas ransel yang berisi perlengkapan mandi, handuk, topi, kacamata hitam, dan tabir surya. Untuk mengelilingi pantai-pantai indah di pulau dewata. Mereka berencana untuk pergi ke beberapa tempat menarik, seperti Tanah Lot, Kuta, Sanur, dan Nusa Dua."Let's Go!" Seru mereka bersemangat, mereka pun segera menaiki mobil mereka untuk menuju ke tempat utama ya itu, Tanah Lot. Selang, beberapa waktu mereka melaju menggunakan mobil, mereka pun tiba di Tanah Lot. Mereka segera turun dan mulai berjalan-jalan di sekitar pura yang berdiri di atas batu karang. Mereka mengagumi pemandangan laut yang biru dan ombak yang berkejaran. Mereka juga melihat banyak turis lokal dan asing yang berfoto-foto di sana."Wow, tempat ini sangat cantik, ya?" Vina berkata sambil mengambil gamba
"Sudah malam. Apa kau tidak ingin masuk?" tanya Andre saat menemani Lisa yang tampaknya masih betah. Malam ini, adalah malam terakhir mereka di pulau Dewata. Andre dan Lisa masih duduk di tepi pantai, menikmati angin sepoi-sepoi dan deburan ombak. Matahari mulai terbenam, memberi warna jingga yang indah di langit. Lisa tersenyum lemah, merasakan kehangatan Andre yang memeluknya dari belakang.Lisa menghela nafas berat, memandangi laut yang tenang di depannya. Tangannya gemetar saat dia mencoba tersenyum. "Andre, aku takut tidak sempat melihat matahari terbenam lagi.""Kau Jangan berkata seperti itu, Lisa. Kita masih punya banyak waktu," ucap Andre.Andre merasa hatinya teriris mendalam mendengar ucapan dari Lisa. Dia tidak bisa membayangkan betapa beratnya perjuangan yang harus dilalui oleh Lisa. Namun, dia berusaha untuk tetap terlihat kuat di depan Lisa."Aku kadang lelah, Ndre. Sering aku meminta jika Tuhan segera mengambil nyawaku saja daripada aku harus terus-menerus menyusahka
Vina dan Rubby keluar dari kamar mereka masing-masing setelah menidurkan buah hati mereka. Saat tiba di luar kamar, dua wanita itu sibuk mencari keberadaan suami mereka. "Paman, kamu dimana?" Rubby berteriak sambil menyisir area Resort. Beberapa langkah menyusuri bangunan dekat pantai itu, Rubby tidak menemukan Elvano. "Kemana sih, Paman? Kenapa tidak memberitahu ku dulu sebelum pergi?" gerutu Rubby, dia meraih ponselnya dan mencari nomor kontak Elvano. Saat Rubby sedang menatapa layar ponsel, Vina datang menghampiri Rubby. "Rubby, apa kau melihat Sergio?" tanya Vina. Rubby membuang pandangnya ke arah sahabatnya itu. "Aku juga sedang mencari keberadaan Elvano. Ini, aku ingin menghubunginya," jawab Rubby. Vina mengangguk setuju, "Aku juga khawatir dengan Sergio. Dia seharusnya bersama Elvano di teras 'kan?" Sambil menunggu Rubby mencoba menghubungi Elvano, Vina memperhatikan sekitar dengan mata yang gelisah. "Apa kita periksa lounge atau restoran? Mungkin mereka berdua sedang ber
Andre menelan ludah, wajahnya pucat mendengar kabar tersebut. "Apa yang terjadi pada Lisa, dok? Bagaimana bisa tiba-tiba menjadi kritis?"Dokter menjelaskan dengan hati-hati, "Kemungkinan ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Kami masih melakukan serangkaian pemeriksaan lebih lanjut. Saat ini, kami berusaha memberikan perawatan terbaik untuk stabilisasi kondisinya."Sergio menatap Elvano, dan keduanya mencoba memeluk Andre yang terlihat begitu terpukul. "Ndre, jangan bersedih. Dokter tentu akan melakukan yang terbaik untuk Lisa," ucap Sergio mencoba menyemangati. "Jangan lemas begitu, Ndre. Kau terlihat begitu jelek!" kata Elvano mencoba mencairkan suasana. Seakan tak berhasrat meladeni candaan kedua sahabatnya, Andre menatap wajah kedua sahabatnya itu dengan wajah yang lesu. "Maaf, aku sedang tidak ingin bercanda. Kalian berdua kembali saja ke Resort, biarkan aku yang menjaga Lisa. Kasihan anak dan istri kalian pasti sedang menunggu di resort," ucap Andre dengan tatapan sayu. S
Dokter menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki ruang tunggu. Dia melihat Andre yang duduk di salah satu kursi, dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca. Dia mendekati Andre dan menepuk bahunya dengan lembut.Andre menoleh dan pria itu segera berdiri ketika melihat keberadaan Dokter. "Dokter, bagaimana keadaan Lisa?" tanya Andre dengan suara serak.Dokter menghela napas lagi. Dia tidak tega melihat penderitaan Andre. "Dokter Andre, saya minta maaf. Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi kanker otak yang diderita Lisa sudah terlalu parah. Kami tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kami hanya bisa memindahkannya ke ruang ICU," kata dokter dengan nada sedih."Dokter, tolong... tolong biarkan aku menemui Lisa. Aku ingin berbicara dengannya Dok. Apakah aku bisa berbicara dengan Lisa?" Andre memohon. Dokter mengangguk. "Dokter Andre mari ikut denganku," kata Dokter tersebut. Dokter itu membawa Andre ke ruang ICU. Sebelumnya, Dokter tersebut memberikan Andre pakaian steril dan masker, lal
"Apakah kamu yakin, Ndre? Membawa Lisa ke Jakarta dengan kondisi kritis seperti ini? Apalagi, sudah dua hari dia tidak sadar," kata Elvano membuka pembicaraan. Wajah Andre tampak lesuh. Seakan, beban yang dialaminya begitu berat ketika dirinya harus mengambil keputusan sesulit ini. Akan tetapi, Andre ingin memberikan perawatan terbaik untuk Lisa. "Haaa...!" Andre membuang nafas lelah, "Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya ingin yang terbaik untuk Lisa, Vano, Gio." Andre menutup wajah dengan kedua tangannya frustasi. Rubby dan Vina yang berada di sana merasa berempati melihat keadaan Andre. Tidak mungkin mereka tidak berempati ketika mereka tahu bagaimana perjalanan cinta yang Andre alami. Apalagi Vina, wanita yang menolak Andre demi memilih Sergio. "Ndre, kani tahu kecemasanmu. Tapi coba pikiran lagi, Lisa sekarang mungkin sedang di titik yang paling kita takutkan. Jika memaksa membawa Lisa dalam keadaan kritis dan koma, apakah tidak akan membahayakannya?" ucap Vina kali ini.
Di ballroom hotel, Rubby, Elvano, Vina dan Sergio. Dua pasangan suami istri itu sedang menunggu dengan antusias. Mereka membawa anak-anak mereka, Amora dan Vincent, di gendongan mereka. Mereka ingin melihat Lisa dan Andre yang akan menikah tidak sabar melihat penampilan ratu dan raja untuk hari ini.Elvano, memeluk tubuh istrinya dari belakang. "Monster kecil, kita pernah melewati banyak halangan. Mulai dari sebuah ikatan kontrak hingga berjanji untuk bersama selamanya. Maaf, jika selama ini aku belum bisa membahagiakanmu," bisak Elvano ketika dia melihat dekorasi pernikahan Andre dan Lisa yang tampak begitu mewah. Rubby menggendong Amora yang sedang tertidur pun menjawab, "Kita sudah berkomitmen, Paman. Pernikahan yang kita lakukan di dekat pantai juga cukup manis dan berkesan untukku. Dan sekarang, aku bahagia memilikimu, Paman. Semoga kebahagiaan kita terus terjaga hingga akhir hayat kita." Elvano mengecup lembut pipi Monster Kecilnya. "Terima kasih, Monster Kecil. Karena sudah m
Pagi itu, matahari bersinar terang di langit biru. Di ballroom hotel, dekorasi pernikahan sudah siap. Bunga-bunga putih dan merah muda menghiasi meja dan kursi tamu. Di panggung, ada pelaminan yang megah dengan tirai-tirai putih dan lampu-lampu berkilau. Di sana, Andre dan Lisa akan mengucapkan janji suci mereka sebagai suami istri.Di ruang rias, Lisa duduk di kursi roda dengan gaun pengantin putih yang indah. Rambutnya yang pendek dihiasi dengan mahkota bunga. Wajahnya yang pucat tampak berseri-seri dengan senyum bahagia. Hari ini, ia akan menikah dengan Andre, dokter yang telah menemaninya selama ia menderita kanker otak. Andre adalah cinta pertama dan terakhirnya. Ia tidak peduli jika hidupnya tidak akan lama lagi. Yang penting, ia bisa merasakan cinta sejati dari Andre.Lisa menatap wajahnya di pantulan cermin dengan senyuman yang selalu terbit dibibirnya. "Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu. Aku akan menikah dengan Andre, pria yang paling aku cintai di dunia ini.
Rubby dan Vina berjalan masuk ke gedung pernikahan yang megah dan mewah. Mereka adalah sahabat dari Lisa, mempelai wanita yang akan menikah besok dengan Andre. Mereka datang untuk membantu mengurus persiapan acara, seperti dekorasi, catering, dan undangan."Wow, lihat itu!" Vina menunjuk ke langit-langit yang dipenuhi dengan balon berwarna-warni. "Ini pasti ide Lisa. Dia suka sekali balon.""Ya, dia memang anak kecil yang besar." Rubby tertawa. "Tapi aku suka dekorasinya. Simpel tapi manis. Seperti Lisa dan Andre.""Mereka memang pasangan yang serasi. Aku senang mereka akhirnya menemukan jodoh masing-masing." Vina menghela napas. "Aku harap mereka bahagia selamanya.""Amin." Rubby mengangguk. "Eh, tapi kita juga harus bahagia, lho. Kita punya suami yang sayang dan anak-anak yang lucu.""Iya, iya. Kita juga beruntung." Vina mengakui. "Tapi kadang aku kangen masa-masa kita masih single dan bebas.""Ha, ha. Kau masih ingat malam terakhir kita sebelum menikah?" Rubby mengingatkan. "Kita b
"Aku pasti bisa!" Seru Andre mencoba menyemangati dirinya sendiri. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum menekan bel rumah Lisa. Dia merasa gugup dan deg-degan, karena hari ini Andre akan menemui orang tua Lisa untuk meminta restu pernikahan mereka. Setelah lamaran yang Andre lakukan beberapa hari yang lalu, Andre memutuskan untuk menemui orang tua Lisa menyampaikan perihal pernikahan yang akan dilangsungkan. Setelah mendapatkan izin, akhirnya Lisa hanya menjalani rawat jalan. Beberapa saat kemudian, pintu rumah terbuka, dan Andre disambut oleh seorang wanita paruh baya yang ramah. Dia adalah ibu Lisa. "Andre, selamat datang. Kami sudah menunggumu," kata ibu Lisa. Wanita paruh baya itu memeluk Andre erat. "Ayo, Nak. Masuk! Ayah Lisa sudah menunggu." wanita tersebut mengajak Andre masuk ke dalam rumah setelah melepaskan pelukannya. "Terima kasih, Bu. Maaf jika saya mengganggu," kata Andre sopan."Tidak mengganggu sama sekali. Ayo, masuk. Suamiku dan Lisa sudah menunggu di ruang
"Paman, apakah Andre dan Lisa akan bahagia? Atau ... Ada di antara satu yang akan menghilang di antara mereka?" tanya Rubby. Saat ini, Rubby dan Elvano sudah kembali ke kediaman setelah merayakan acara lamaran Andre dan Lisa. Rubby, mengelus-ngelus jakung suaminya itu dengan manja. Elvano yang sedang memainkan helaian rambut istrinya itu pun menjawab, "kita do'akan mereka yang terbaik. Semoga, saat Lisa menikah dengan Andre, penyakit Lisa diangkat oleh Tuhan." Rubby mengangguk, dia membenamkan wajahnya di dada Elvano. "Paman, apakah cintamu tetap utuh untukku?" tanya Rubby. Elvano medekap tubuh monster kecilnya semakin erat ke dalam pelukan. "Satu saja aku belum bisa membahagiakannya, bagaimana bisa cintaku dapat terbagi?"Rubby merasakan getaran baik dari tubuh Elvano dan mengabaikan gejolak dalam hatinya. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Elvano dengan mata sayu. "Terima kasih, paman. Aku merasa sangat beruntung memiliki paman sepertimu."Elvano tersenyum, menepuk ringan pipi
"Yey! Selamat untuk kalian berdua!"Setelah Andre selesai melamar Lisa, para sahabatnya yang merupakan bagian dari rencana keluar dari persembunyian mereka. Mereka merasa senang dan gembira seperti Andre karena rencana tersebut sukses dilakukan. Sergio, Elvano, Vina, dan Rubby bergabung dengan Andre dan Lisa. "Wah, bro, selamat, ya! Semoga acara ke depannya lancar seperti jalan tol bebas hambatan!" ucap Elvano sambil mengulurkan tangannya ke arah Andre. Andre tersenyum bahagia, dia tidak menyangka jika momen tersebut terlaksana juga. Andre pun menyambut uluran tangan Elvano. "Thanks, ya! Tanpa kalian acara lamaran ini mungkin tidak akan berjalan dengan lancar," ucap Andre. Sergio menepuk-nepuk pundak Andre dengan gembira. "Jadi, kita sudah tidak akan berebutan wanita lagi ya, Ndre. Semoga bahagia!" ucap Sergio dengan semangat. Andre mengalihkan pandangannya ke arah Sergio. "Thanks bro. Aku merasa bersyukur memiliki kalian," jawab Andre. Sergio dan Elvano pun memeluk tubuh Andre.
Vina, Rubby, Sergio, dan Elvano berjalan menuju taman yang akan mereka dekorasi untuk acara lamaran Andre dan Lisa. Mereka membawa berbagai peralatan seperti balon, lilin, bunga, dan spanduk bertuliskan "Will You Marry Me?"."Ayo, cepat-cepat! Kita harus selesai sebelum Andre dan Lisa datang. Ini adalah hari yang sangat penting bagi mereka," ucap Vina sambil menggenggam erat sejumlah balon warna-warni. Rubby menimpali dengan senyum ceria, "Tentu saja, Vina. Kita akan membuat taman ini menjadi tempat yang tak terlupakan bagi keduanya."Sergio membuka kotak berisi lilin-lilin indah. "Kita perlu menyusunnya dengan rapi. Lilin-lilin ini akan memberikan sentuhan romantis saat malam tiba," kata Sergio seraya meletakkan lilin-lilin di meja yang telah mereka siapkan.Elvano menggantungkan spanduk dengan hati-hati. "Semua harus terlihat sempurna. Andre dan Lisa pasti akan terkejut dan bahagia melihat usaha kita," ujarnya penuh semangat.Saat mereka sibuk merapikan dekorasi, Vina menyelipkan p
"Andre!" Lisa berteriak saat melihat kekasihnya itu menampar pipi Gina. Andre sudah cukup sabar menghadapi sikap Gina selama ini. Seumur hidup, baru kali ini Andre mendaratkan tangannya kepada wanita. Dada Andre tampak naik turun, sedangkan Gina, tertunduk memegangi pipinya yang terasa perih. Gina tidak menyangka jika dirinya akan mendapatkan tamparan dari Andre. "Gina, selagi aku masih punya kesabaran, tolong tinggalkan ruangan ini," ujar Andre. Gina mengangkat wajahnya, menatap Andre dengan mata berkaca-kaca. "Paman, kau lebih memilih wanita kanker itu daripada aku, hah?! Selama kita berhubungan, kau tidak sekasar ini! Kenapa kau menamparku?!" ujar Gina di sela tangisnya. Lisa, wanita yang terkena kanker otak itu pun mencoba untuk bangun, dia mengusap punggung Andre, pria yang kini sedang dilanda amarah. "Ndre, kuasai dirimu," bisik Lisa lemah. Andre memijat pelipisnya sebelum menjawab, "Gina, hubungan kita sudah berakhir." Andre pun berlutut di hadapan Gina. Hal tersebut me
Dua bulan kemudian..."Apakah Kamu sekarang merasa lebih baik?" tanya Andre ketika pria itu menemani Lisa di taman belakang rumah sakit. Setelah mengambil keputusan yang berat, akhirnya Lisa diterbangkan ke Jakarta. Setelah menjalani perawatan intensif dan mencari dokter kanker yang bagus, kondisi Lisa pelan-pelan membaik. Walaupun kini kepala wanita itu telah botak akibat kemo. Namun, kecantikannya masih bisa terpancar dari wajahnya yang pucat. Lisa tersenyum lebar, "Terima kasih, Andre. Aku memang merasa lebih baik sekarang."Andre mengambil tempat di samping Lisa dan mengamati wajahnya. Meskipun terlihat lelah, Lisa tetap terlihat cantik dengan alis mata yang rapi dan senyum manis di bibirnya."Apa kabar yang lain?" tanya Lisa sambil menatap Andre.Andre mengedarkan pandangannya ke sekitar taman, "Semua orang baik-baik saja." "Syukurlah jika mereka semua baik-baik saja." "Kamu jangan terlalu lama-lama di luar, ya. Nanti kalau kamu kena angin dan sakit lagi bagaimana?" ucap Andr