Dokter menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki ruang tunggu. Dia melihat Andre yang duduk di salah satu kursi, dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca. Dia mendekati Andre dan menepuk bahunya dengan lembut.Andre menoleh dan pria itu segera berdiri ketika melihat keberadaan Dokter. "Dokter, bagaimana keadaan Lisa?" tanya Andre dengan suara serak.Dokter menghela napas lagi. Dia tidak tega melihat penderitaan Andre. "Dokter Andre, saya minta maaf. Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi kanker otak yang diderita Lisa sudah terlalu parah. Kami tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kami hanya bisa memindahkannya ke ruang ICU," kata dokter dengan nada sedih."Dokter, tolong... tolong biarkan aku menemui Lisa. Aku ingin berbicara dengannya Dok. Apakah aku bisa berbicara dengan Lisa?" Andre memohon. Dokter mengangguk. "Dokter Andre mari ikut denganku," kata Dokter tersebut. Dokter itu membawa Andre ke ruang ICU. Sebelumnya, Dokter tersebut memberikan Andre pakaian steril dan masker, lal
"Apakah kamu yakin, Ndre? Membawa Lisa ke Jakarta dengan kondisi kritis seperti ini? Apalagi, sudah dua hari dia tidak sadar," kata Elvano membuka pembicaraan. Wajah Andre tampak lesuh. Seakan, beban yang dialaminya begitu berat ketika dirinya harus mengambil keputusan sesulit ini. Akan tetapi, Andre ingin memberikan perawatan terbaik untuk Lisa. "Haaa...!" Andre membuang nafas lelah, "Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya ingin yang terbaik untuk Lisa, Vano, Gio." Andre menutup wajah dengan kedua tangannya frustasi. Rubby dan Vina yang berada di sana merasa berempati melihat keadaan Andre. Tidak mungkin mereka tidak berempati ketika mereka tahu bagaimana perjalanan cinta yang Andre alami. Apalagi Vina, wanita yang menolak Andre demi memilih Sergio. "Ndre, kani tahu kecemasanmu. Tapi coba pikiran lagi, Lisa sekarang mungkin sedang di titik yang paling kita takutkan. Jika memaksa membawa Lisa dalam keadaan kritis dan koma, apakah tidak akan membahayakannya?" ucap Vina kali ini.
"Lisa, ayo bangun. Aku ingin melihat matamu dan senyumanmu lagi. Jangan tidur terus, ya," kata Andre sambil mengenggam tangan Lisa. Andre yang sudah masuk ke ruangan ICU kembali menatap Lisa dengan perih. Tidak tahu lagi harus bagaimana. Yang Andre tahu, dia benar-benar sedih dan Frustasi melihat keadaan Lisa seperti ini. Terbaring dan tak bergerak sama sekali. Keadaan Lisa, membuat Sergio, Elvano, Rubby dan Vina sampai harus mencari spesialis kanker yang bagus di daerah Bali. "Lisa, kau kuat. Ayo, buka matamu. Katanya, kau ingin hidup denganku dan ingin membuka hatimu kepadaku. Lantas kenapa kamu ingkari itu, Lisa?" Andre mengecup punggung tangan Lisa dengan punggung bergetar. Ya, pria itu menangis. Lisa terbaring lemah di tempat tidur ICU, matanya tetap tertutup rapat. Andre merasakan keputusasaan memenuhi hatinya. Dia tak bisa memahami mengapa Lisa terus tidur dalam keadaan ini. Dia ingin melihat senyuman dan matanya yang indah lagi.Andre hanya menundukkan kepala, merasakan ke
Dua bulan kemudian..."Apakah Kamu sekarang merasa lebih baik?" tanya Andre ketika pria itu menemani Lisa di taman belakang rumah sakit. Setelah mengambil keputusan yang berat, akhirnya Lisa diterbangkan ke Jakarta. Setelah menjalani perawatan intensif dan mencari dokter kanker yang bagus, kondisi Lisa pelan-pelan membaik. Walaupun kini kepala wanita itu telah botak akibat kemo. Namun, kecantikannya masih bisa terpancar dari wajahnya yang pucat. Lisa tersenyum lebar, "Terima kasih, Andre. Aku memang merasa lebih baik sekarang."Andre mengambil tempat di samping Lisa dan mengamati wajahnya. Meskipun terlihat lelah, Lisa tetap terlihat cantik dengan alis mata yang rapi dan senyum manis di bibirnya."Apa kabar yang lain?" tanya Lisa sambil menatap Andre.Andre mengedarkan pandangannya ke sekitar taman, "Semua orang baik-baik saja." "Syukurlah jika mereka semua baik-baik saja." "Kamu jangan terlalu lama-lama di luar, ya. Nanti kalau kamu kena angin dan sakit lagi bagaimana?" ucap Andr
"Andre!" Lisa berteriak saat melihat kekasihnya itu menampar pipi Gina. Andre sudah cukup sabar menghadapi sikap Gina selama ini. Seumur hidup, baru kali ini Andre mendaratkan tangannya kepada wanita. Dada Andre tampak naik turun, sedangkan Gina, tertunduk memegangi pipinya yang terasa perih. Gina tidak menyangka jika dirinya akan mendapatkan tamparan dari Andre. "Gina, selagi aku masih punya kesabaran, tolong tinggalkan ruangan ini," ujar Andre. Gina mengangkat wajahnya, menatap Andre dengan mata berkaca-kaca. "Paman, kau lebih memilih wanita kanker itu daripada aku, hah?! Selama kita berhubungan, kau tidak sekasar ini! Kenapa kau menamparku?!" ujar Gina di sela tangisnya. Lisa, wanita yang terkena kanker otak itu pun mencoba untuk bangun, dia mengusap punggung Andre, pria yang kini sedang dilanda amarah. "Ndre, kuasai dirimu," bisik Lisa lemah. Andre memijat pelipisnya sebelum menjawab, "Gina, hubungan kita sudah berakhir." Andre pun berlutut di hadapan Gina. Hal tersebut me
Vina, Rubby, Sergio, dan Elvano berjalan menuju taman yang akan mereka dekorasi untuk acara lamaran Andre dan Lisa. Mereka membawa berbagai peralatan seperti balon, lilin, bunga, dan spanduk bertuliskan "Will You Marry Me?"."Ayo, cepat-cepat! Kita harus selesai sebelum Andre dan Lisa datang. Ini adalah hari yang sangat penting bagi mereka," ucap Vina sambil menggenggam erat sejumlah balon warna-warni. Rubby menimpali dengan senyum ceria, "Tentu saja, Vina. Kita akan membuat taman ini menjadi tempat yang tak terlupakan bagi keduanya."Sergio membuka kotak berisi lilin-lilin indah. "Kita perlu menyusunnya dengan rapi. Lilin-lilin ini akan memberikan sentuhan romantis saat malam tiba," kata Sergio seraya meletakkan lilin-lilin di meja yang telah mereka siapkan.Elvano menggantungkan spanduk dengan hati-hati. "Semua harus terlihat sempurna. Andre dan Lisa pasti akan terkejut dan bahagia melihat usaha kita," ujarnya penuh semangat.Saat mereka sibuk merapikan dekorasi, Vina menyelipkan p
"Yey! Selamat untuk kalian berdua!"Setelah Andre selesai melamar Lisa, para sahabatnya yang merupakan bagian dari rencana keluar dari persembunyian mereka. Mereka merasa senang dan gembira seperti Andre karena rencana tersebut sukses dilakukan. Sergio, Elvano, Vina, dan Rubby bergabung dengan Andre dan Lisa. "Wah, bro, selamat, ya! Semoga acara ke depannya lancar seperti jalan tol bebas hambatan!" ucap Elvano sambil mengulurkan tangannya ke arah Andre. Andre tersenyum bahagia, dia tidak menyangka jika momen tersebut terlaksana juga. Andre pun menyambut uluran tangan Elvano. "Thanks, ya! Tanpa kalian acara lamaran ini mungkin tidak akan berjalan dengan lancar," ucap Andre. Sergio menepuk-nepuk pundak Andre dengan gembira. "Jadi, kita sudah tidak akan berebutan wanita lagi ya, Ndre. Semoga bahagia!" ucap Sergio dengan semangat. Andre mengalihkan pandangannya ke arah Sergio. "Thanks bro. Aku merasa bersyukur memiliki kalian," jawab Andre. Sergio dan Elvano pun memeluk tubuh Andre.
"Paman, apakah Andre dan Lisa akan bahagia? Atau ... Ada di antara satu yang akan menghilang di antara mereka?" tanya Rubby. Saat ini, Rubby dan Elvano sudah kembali ke kediaman setelah merayakan acara lamaran Andre dan Lisa. Rubby, mengelus-ngelus jakung suaminya itu dengan manja. Elvano yang sedang memainkan helaian rambut istrinya itu pun menjawab, "kita do'akan mereka yang terbaik. Semoga, saat Lisa menikah dengan Andre, penyakit Lisa diangkat oleh Tuhan." Rubby mengangguk, dia membenamkan wajahnya di dada Elvano. "Paman, apakah cintamu tetap utuh untukku?" tanya Rubby. Elvano medekap tubuh monster kecilnya semakin erat ke dalam pelukan. "Satu saja aku belum bisa membahagiakannya, bagaimana bisa cintaku dapat terbagi?"Rubby merasakan getaran baik dari tubuh Elvano dan mengabaikan gejolak dalam hatinya. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Elvano dengan mata sayu. "Terima kasih, paman. Aku merasa sangat beruntung memiliki paman sepertimu."Elvano tersenyum, menepuk ringan pipi