"Paman, turun aku, apa yang ingin kamu lakukan?"Ruby meronta di dalam gendongan Elvano. Saat pria itu membawa tubuh gadis kecilnya itu menuju ke atas ranjang. "Jangan terlalu banyak bergerak, tubuhmu akan sakit, Ruby," tegur Elvano. Pria itu membaringkan tubuh Istrinya di atas pembaringan. Ruby yang ketakutan akibat gempuran malam pertama yang Elvano berikan, membuat dirinya dengan cepat menyilangkan kedua tangannya. "Kau pikir aku ingin melakukan apa? Aku hanya menggodamu. Jangan berpikir yang lebih," ucap Elvano."Ya, aku juga hanya waspada dari orang tua mesum seperti Paman." "Tidak masalah, jika aku disebut orang tua, yang penting, orang tua ini sudah membuatmu menggelinjang dengan mulut yang terbuka," goda Elvano. Ruby yang malu mendengar ucapan Elvano pun membuang wajahnya ke arah berlawanan. "Cih, dasar Paman cabul," gumam Ruby menggerutu. Suara Ruby masih bisa didengar oleh Elvano. Elvano mengulum senyum melihat tingkah istri kecilnya itu. "Istirahat, yah karena nanti
"Great, tidak menyangka, jika seorang Elvano memiliki main yang cukup menggemaskan! Cantik, benar-benar cantik! Aku jadi menginginkan mainanmu, Elvano!" Seru Julio sembari bertepuk tangan.Ruby mendelik ia begitu terkejut dengan pengakuan Elvano. Jika dirinya hanya dianggap mainan. Merasa tidak terima, Ruby menoleh ke arah Elvano. Namun Elvano mengabaikan tatapan itu. Elvano, lebih fokus menatap lawan bicaranya yang berdiri di depannya. "Paman!" panggil Ruby sambil mencubit lengan Elvano. Sekali lagi, Elvano mengabaikan panggilan Ruby. Dengan wajah yang tampak serius, Elvano berkata, "kau bisa memilikinya. Jika kau mau." Wajah bersemangat Julio berikan. Ia menatap Ruby dengan takjub disertai hasrat yang sudah mencuat di dalam jiwa Julio. "Kau rekan yang sungguh pengertian, Elvano. Jika begini, aku tidak segan-segan menanam saham di perusahaan. Ruby mendengus. Hatinya tentu perih menyaksikan kenyataan jika sikap Elvano kepada dirinya hanyalah manipulasi. Ruby tidak tahu bagaimana
"All in!" Di sebuah kasino mewah yang berada di dalam kapal pesiar, terdapat dua tuan tampan, Elvano dan Julio, Mereka berdua tidak bisa menahan diri untuk tidak bersaing satu sama lain dalam permainan poker, dengan taruhan yang tidak lazim.Julio melempar chip poker ke tengah meja, "Elvano! Taruhlah tubuh Ruby di sini. Pemenang akan menjadi satu-satunya yang berhak menidurinya."Elvano memandang Julio dengan penuh keyakinan, "Terkadang, taruhan yang berani perlu dilakukan, untuk wanita ini."Julio menatap sinis ke arah Elvano sambil tersenyum sombong, "Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendapatkan wanita ini, Elvano. Karena mainanmu cukup menarik," Sedangkan Ruby, kini duduk tegang di tengah ruangan yang dipenuhi asap rokok dan suara tawa pria yang menggema. Di meja depannya, dua pria dengan wajah tegang sedang berkonsentrasi pada permainan poker yang sedang mereka mainkan. Dengan taruhan gila yang mereka sepakati.'Aku tidak bisa percaya aku terjebak dalam situasi ini. Bagai
"Paman, Aku masih sakit! Aku tidak mau!" Ruby menolak dengan keras kemauan Elvano. Mengingat kembali malam itu, membuat Ruby bergidik saat saat ini Elvano meminta Ruby melayaninya. Elvano yang merasa libidonya sudah naik ke ubun-ubun, membuat dirinya mengangkat tubuh Ruby dan menghempaskan tubuh itu di atas tempat tidur. "Layani aku malam ini!" Elvano menatap Ruby dengan birahi sambil dirinya melepaskan satu persatu kancing bajunya. Ruby beringsut mundur. Melihat Elvano yang seperti itu, membuat Ruby ketakutan. Kadang Ruby tidak pernah mengerti dengan sikap Elvano yang kadang manis dan kadang juga seperti jelmaan Iblis yang berbalut pria tampan. "Paman, tolong. Biarkan lukaku kering—""Aaaa!" Ruby berteriak saat Elvano menarik kakinya. Hingga tubuh Ruby ikut ketarik ke arah Elvano. Elvano yang sudah dikuasai birahi, membuka kedua paha Ruby yang mengenakan gaun selutut. Membuat Elvano dengan jelas dapat melihat gundukan di antara kedua pahanya. Elvano, menggosok-gosok gundukan di
"Mmm…!" Elvano mengerang saat ia membuka matanya. Di pagi itu, sinar matahari perlahan menyinari kamar dimana Elvano dan Ruby berada. Elvano menatap ke arah samping dan dia mendapati Ruby yang masih terlelap memeluk tubuhnya erat sambil wajah wanita itu ia benamkan di bawah ketiak Elvano dengan rambut wanita itu yang terurai di sekeliling bantal."Ahh… tubuh mungil ini, mengapa selalu membuatku menjadi agresif? Bisa-bisanya aku seliar ini dengan wanita ini," Elvano bergumam saat mengingat kejadian semalam. Pria itu memperhatikan punggung Ruby yang polos. Dilihatnya banyak bekas gigitan dan keunguan pada punggung putih itu. Elvano, mengelus punggung itu lembut. "Tubuh monster kecil ini tidak ada yang tahu jika tidak mencicipinya. Sampai-sampai, aku sendiri tidak dibuat gila oleh tubuh mungil ini," Elvano mengamati setia inci tubuh wanita masih tertidur itu dengan kagum. Ruby yang merasakan ada sentuhan di punggungnya, membuat kelopak matanya bergerak. Wanita itu membuka mata dan m
"Sialan, kemana anak itu pergi? Tidak ibu dan anak, sama-sama menjengkelkan!"Siang itu, Almero berjalan menelusuri gang sambil terus menggerutu. Hingga kakinya berhenti di sebuah rumah kumuh yang sangat suram."Emily! Buka pintunya!" Almero mengetuk pintu di hadapannya dengan kuat.Almero mengetuk pintu di hadapannya berulang kali saat ia mengetuk pintu tersebut, tidak ada tanda-tanda sang empu yang menempati rumah kumuh itu membuka pintu. "Emily! Buka atau ku dobrak!" untuk kesekian kalinya Almero berteriak nyaring. Selang beberapa menit, pintu di hadapan pria itu terbuka. Emily yang berdiri di ambang pintu itu mengernyitkan dahinya menatap Almero yang menatapnya penuh murka. "Apa yang kau lakukan disini, Almero?" tanya Emily dengan perasaan tidak enak."Dimana Rubby?" tanya Almero menekan. Emily sudah menduga jika Rubby memang melarikan diri akibat skandal yang terjadi. Karena 5 hari berturut-turut, sudah beberapa orang yang mendatangi Rumah Emily. "Bukankah kau Ayahnya? Dan ka
"Monster kecil, tolong tenang!" Elvano meraih tangan gadis kecilnya itu. Namun, Rubby dengan perasaan panik yang luar biasa segera turun dari mobil dan berlari terburu-buru ke dalam rumah sakit dimana Ibunya dirawat. "Tuhan..., semoga ibu tidak apa-apa."Dengan langkah berlusin bersama rasa cemas yang bersemayam di dalam dada, Rubby menuju ruang inap dengan wajah tegang dapat dilihat dari paras wanita itu.Saat mendengar Kabar tentang ibunya yang masuk rumah sakit menghancurkan hati Rubby. Elvano yang tidak ingin melihat monster kecilnya didera rasa cemas, saat itu juga memperoleh penerbangan. Dari kapal pesiar menaiki helikopter ke bandara dan mengudara selama 9 Jam hingga tiba di rumah sakit. Dengan nafas tersengal, Rubby memasuki ruangan yang menyeruak bau obat. Ya, bau khas rumah sakit. Di lihatnya sang Ibu terbaring dengan kepala di perban. "Ibu..." panggil Rubby lirih.Wanita paruh baya Emily, menoleh ke arah pintu di mana ia melihat Anaknya tersedu-sedu dengan tubuh bergetar
"Nona, tolong, Kecilkan suara Anda!"Pelayan di kediaman Andreson begitu panik. Saat melihat apa yang Rubby lakukan. Rubby memasabodo, 'kan pelayan yang mencoba menenangkannya. Rubby, menambah Volume pada suaranya agar lebih melengking saat wanita itu meneriaki nama Almero."Aduh, Nona tertua, tolong, jangan membuat keadaan semakin kacau." Pinta pelayan itu. Tap! Tap! Tap!Terdengar suara derap langkah kaki menuruni tangga. Pandangan Rubby menuju ke arah suara derap langkah kaki itu. Dan, di tangga itu, Almero, Soraya, dan Olivia turun ke lantai bawah menuju ke arah Rubby."Ada apa ribut-ribut?"Almero membuka percakapan ketika dia melihat kedatangan Rubby. Rubby dengan senyum smirk-nya terukir di bibir tipisnya ketika menyambut kedatangan Almero."Hello Dad, aku pikir kau sudah di giveaway ke Neraka karena penyakit jantungmu!" Rubby mencibir.Mendengar cibiran Rubby, Almero mengeram murka. Entah apa yang ada di pikiran anak sulungnya itu. Mengapa gadis seusianya begitu kurang ajar ke
Di ballroom hotel, Rubby, Elvano, Vina dan Sergio. Dua pasangan suami istri itu sedang menunggu dengan antusias. Mereka membawa anak-anak mereka, Amora dan Vincent, di gendongan mereka. Mereka ingin melihat Lisa dan Andre yang akan menikah tidak sabar melihat penampilan ratu dan raja untuk hari ini.Elvano, memeluk tubuh istrinya dari belakang. "Monster kecil, kita pernah melewati banyak halangan. Mulai dari sebuah ikatan kontrak hingga berjanji untuk bersama selamanya. Maaf, jika selama ini aku belum bisa membahagiakanmu," bisak Elvano ketika dia melihat dekorasi pernikahan Andre dan Lisa yang tampak begitu mewah. Rubby menggendong Amora yang sedang tertidur pun menjawab, "Kita sudah berkomitmen, Paman. Pernikahan yang kita lakukan di dekat pantai juga cukup manis dan berkesan untukku. Dan sekarang, aku bahagia memilikimu, Paman. Semoga kebahagiaan kita terus terjaga hingga akhir hayat kita." Elvano mengecup lembut pipi Monster Kecilnya. "Terima kasih, Monster Kecil. Karena sudah m
Pagi itu, matahari bersinar terang di langit biru. Di ballroom hotel, dekorasi pernikahan sudah siap. Bunga-bunga putih dan merah muda menghiasi meja dan kursi tamu. Di panggung, ada pelaminan yang megah dengan tirai-tirai putih dan lampu-lampu berkilau. Di sana, Andre dan Lisa akan mengucapkan janji suci mereka sebagai suami istri.Di ruang rias, Lisa duduk di kursi roda dengan gaun pengantin putih yang indah. Rambutnya yang pendek dihiasi dengan mahkota bunga. Wajahnya yang pucat tampak berseri-seri dengan senyum bahagia. Hari ini, ia akan menikah dengan Andre, dokter yang telah menemaninya selama ia menderita kanker otak. Andre adalah cinta pertama dan terakhirnya. Ia tidak peduli jika hidupnya tidak akan lama lagi. Yang penting, ia bisa merasakan cinta sejati dari Andre.Lisa menatap wajahnya di pantulan cermin dengan senyuman yang selalu terbit dibibirnya. "Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu. Aku akan menikah dengan Andre, pria yang paling aku cintai di dunia ini.
Rubby dan Vina berjalan masuk ke gedung pernikahan yang megah dan mewah. Mereka adalah sahabat dari Lisa, mempelai wanita yang akan menikah besok dengan Andre. Mereka datang untuk membantu mengurus persiapan acara, seperti dekorasi, catering, dan undangan."Wow, lihat itu!" Vina menunjuk ke langit-langit yang dipenuhi dengan balon berwarna-warni. "Ini pasti ide Lisa. Dia suka sekali balon.""Ya, dia memang anak kecil yang besar." Rubby tertawa. "Tapi aku suka dekorasinya. Simpel tapi manis. Seperti Lisa dan Andre.""Mereka memang pasangan yang serasi. Aku senang mereka akhirnya menemukan jodoh masing-masing." Vina menghela napas. "Aku harap mereka bahagia selamanya.""Amin." Rubby mengangguk. "Eh, tapi kita juga harus bahagia, lho. Kita punya suami yang sayang dan anak-anak yang lucu.""Iya, iya. Kita juga beruntung." Vina mengakui. "Tapi kadang aku kangen masa-masa kita masih single dan bebas.""Ha, ha. Kau masih ingat malam terakhir kita sebelum menikah?" Rubby mengingatkan. "Kita b
"Aku pasti bisa!" Seru Andre mencoba menyemangati dirinya sendiri. Andre menarik napas dalam-dalam sebelum menekan bel rumah Lisa. Dia merasa gugup dan deg-degan, karena hari ini Andre akan menemui orang tua Lisa untuk meminta restu pernikahan mereka. Setelah lamaran yang Andre lakukan beberapa hari yang lalu, Andre memutuskan untuk menemui orang tua Lisa menyampaikan perihal pernikahan yang akan dilangsungkan. Setelah mendapatkan izin, akhirnya Lisa hanya menjalani rawat jalan. Beberapa saat kemudian, pintu rumah terbuka, dan Andre disambut oleh seorang wanita paruh baya yang ramah. Dia adalah ibu Lisa. "Andre, selamat datang. Kami sudah menunggumu," kata ibu Lisa. Wanita paruh baya itu memeluk Andre erat. "Ayo, Nak. Masuk! Ayah Lisa sudah menunggu." wanita tersebut mengajak Andre masuk ke dalam rumah setelah melepaskan pelukannya. "Terima kasih, Bu. Maaf jika saya mengganggu," kata Andre sopan."Tidak mengganggu sama sekali. Ayo, masuk. Suamiku dan Lisa sudah menunggu di ruang
"Paman, apakah Andre dan Lisa akan bahagia? Atau ... Ada di antara satu yang akan menghilang di antara mereka?" tanya Rubby. Saat ini, Rubby dan Elvano sudah kembali ke kediaman setelah merayakan acara lamaran Andre dan Lisa. Rubby, mengelus-ngelus jakung suaminya itu dengan manja. Elvano yang sedang memainkan helaian rambut istrinya itu pun menjawab, "kita do'akan mereka yang terbaik. Semoga, saat Lisa menikah dengan Andre, penyakit Lisa diangkat oleh Tuhan." Rubby mengangguk, dia membenamkan wajahnya di dada Elvano. "Paman, apakah cintamu tetap utuh untukku?" tanya Rubby. Elvano medekap tubuh monster kecilnya semakin erat ke dalam pelukan. "Satu saja aku belum bisa membahagiakannya, bagaimana bisa cintaku dapat terbagi?"Rubby merasakan getaran baik dari tubuh Elvano dan mengabaikan gejolak dalam hatinya. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Elvano dengan mata sayu. "Terima kasih, paman. Aku merasa sangat beruntung memiliki paman sepertimu."Elvano tersenyum, menepuk ringan pipi
"Yey! Selamat untuk kalian berdua!"Setelah Andre selesai melamar Lisa, para sahabatnya yang merupakan bagian dari rencana keluar dari persembunyian mereka. Mereka merasa senang dan gembira seperti Andre karena rencana tersebut sukses dilakukan. Sergio, Elvano, Vina, dan Rubby bergabung dengan Andre dan Lisa. "Wah, bro, selamat, ya! Semoga acara ke depannya lancar seperti jalan tol bebas hambatan!" ucap Elvano sambil mengulurkan tangannya ke arah Andre. Andre tersenyum bahagia, dia tidak menyangka jika momen tersebut terlaksana juga. Andre pun menyambut uluran tangan Elvano. "Thanks, ya! Tanpa kalian acara lamaran ini mungkin tidak akan berjalan dengan lancar," ucap Andre. Sergio menepuk-nepuk pundak Andre dengan gembira. "Jadi, kita sudah tidak akan berebutan wanita lagi ya, Ndre. Semoga bahagia!" ucap Sergio dengan semangat. Andre mengalihkan pandangannya ke arah Sergio. "Thanks bro. Aku merasa bersyukur memiliki kalian," jawab Andre. Sergio dan Elvano pun memeluk tubuh Andre.
Vina, Rubby, Sergio, dan Elvano berjalan menuju taman yang akan mereka dekorasi untuk acara lamaran Andre dan Lisa. Mereka membawa berbagai peralatan seperti balon, lilin, bunga, dan spanduk bertuliskan "Will You Marry Me?"."Ayo, cepat-cepat! Kita harus selesai sebelum Andre dan Lisa datang. Ini adalah hari yang sangat penting bagi mereka," ucap Vina sambil menggenggam erat sejumlah balon warna-warni. Rubby menimpali dengan senyum ceria, "Tentu saja, Vina. Kita akan membuat taman ini menjadi tempat yang tak terlupakan bagi keduanya."Sergio membuka kotak berisi lilin-lilin indah. "Kita perlu menyusunnya dengan rapi. Lilin-lilin ini akan memberikan sentuhan romantis saat malam tiba," kata Sergio seraya meletakkan lilin-lilin di meja yang telah mereka siapkan.Elvano menggantungkan spanduk dengan hati-hati. "Semua harus terlihat sempurna. Andre dan Lisa pasti akan terkejut dan bahagia melihat usaha kita," ujarnya penuh semangat.Saat mereka sibuk merapikan dekorasi, Vina menyelipkan p
"Andre!" Lisa berteriak saat melihat kekasihnya itu menampar pipi Gina. Andre sudah cukup sabar menghadapi sikap Gina selama ini. Seumur hidup, baru kali ini Andre mendaratkan tangannya kepada wanita. Dada Andre tampak naik turun, sedangkan Gina, tertunduk memegangi pipinya yang terasa perih. Gina tidak menyangka jika dirinya akan mendapatkan tamparan dari Andre. "Gina, selagi aku masih punya kesabaran, tolong tinggalkan ruangan ini," ujar Andre. Gina mengangkat wajahnya, menatap Andre dengan mata berkaca-kaca. "Paman, kau lebih memilih wanita kanker itu daripada aku, hah?! Selama kita berhubungan, kau tidak sekasar ini! Kenapa kau menamparku?!" ujar Gina di sela tangisnya. Lisa, wanita yang terkena kanker otak itu pun mencoba untuk bangun, dia mengusap punggung Andre, pria yang kini sedang dilanda amarah. "Ndre, kuasai dirimu," bisik Lisa lemah. Andre memijat pelipisnya sebelum menjawab, "Gina, hubungan kita sudah berakhir." Andre pun berlutut di hadapan Gina. Hal tersebut me
Dua bulan kemudian..."Apakah Kamu sekarang merasa lebih baik?" tanya Andre ketika pria itu menemani Lisa di taman belakang rumah sakit. Setelah mengambil keputusan yang berat, akhirnya Lisa diterbangkan ke Jakarta. Setelah menjalani perawatan intensif dan mencari dokter kanker yang bagus, kondisi Lisa pelan-pelan membaik. Walaupun kini kepala wanita itu telah botak akibat kemo. Namun, kecantikannya masih bisa terpancar dari wajahnya yang pucat. Lisa tersenyum lebar, "Terima kasih, Andre. Aku memang merasa lebih baik sekarang."Andre mengambil tempat di samping Lisa dan mengamati wajahnya. Meskipun terlihat lelah, Lisa tetap terlihat cantik dengan alis mata yang rapi dan senyum manis di bibirnya."Apa kabar yang lain?" tanya Lisa sambil menatap Andre.Andre mengedarkan pandangannya ke sekitar taman, "Semua orang baik-baik saja." "Syukurlah jika mereka semua baik-baik saja." "Kamu jangan terlalu lama-lama di luar, ya. Nanti kalau kamu kena angin dan sakit lagi bagaimana?" ucap Andr