Gairah Cinta CEO dan Peramalnya

Gairah Cinta CEO dan Peramalnya

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-30
Oleh:  Aurelia RahmaniBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
71Bab
18Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Anya, seorang peramal tarot berusia 22 tahun, menjalani hari-harinya dengan penuh kejutan dari klien-kliennya, baik yang datang langsung maupun konsultasi online. Kehidupannya berubah ketika ia mengikuti event Imlek dan membuka booth tarot. Di sana, ia bertemu dengan El, seorang pria asal Singapura berusia 34 tahun. Setelah sesi konsultasi, El mencium tangannya dengan lembut dan berjanji akan kembali setelah urusannya selesai di Singapura. Momen itu begitu menggetarkan hati Anya, bahkan mendapatkan vision aneh. Setelah event berakhir, nomor asing mengiriminya WhatsApp—ternyata El, yang menemukan nomor Anya dari kartu nama di booth. Sementara itu, pekerjaannya sebagai peramal tarot semakin menarik ketika ia harus membaca kartu untuk kliennya. Namun, sebuah fakta mengejutkan muncul. Saat iseng mencari nama lengkap El di Google, Anya menemukan bahwa El pernah terlibat kasus hukum—dituduh menyiksa ART yang diduga meracuni minumannya. Hal ini membuatnya ragu, apakah perasaannya pada El hanya sebatas fantasi atau benar-benar sesuatu yang bisa ia harapkan. Di sisi lain, Reza, karyawan kafe yang sering menggodanya, semakin agresif mendekati Anya. Dia bahkan membayar untuk diramal secara profesional, menunjukkan keseriusannya. Godaan dari Reza semakin menjadi. Anya mulai bimbang. Apakah harus menunggu El, pria misterius dengan masa lalu yang meragukan? Ataukah ia harus memberi kesempatan pada Reza, pria yang nyata di hadapannya? Ketika seorang pria datang untuk konsultasi bisnis restoran keluarga dan fotografi, Anya malah ditawari membuka booth tarot di restoran ibunya. Selain tawaran ini, yang juga mengejutkan, Reza bukan sekadar barista biasa, melainkan anak pemilik restoran dan pewaris banyak perusahaan besar. Meskipun Anya mulai membuka diri, ia tetap dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa Reza ternyata tinggal di apartemen yang sama dengannya—hanya beda dua lantai! Kini, dengan semakin banyaknya keterikatan antara dirinya dan Reza, serta misteri yang masih menggantung soal El, apakah Anya siap menghadapi babak baru dalam kehidupannya? Setiap hari ada kisah seru dan terkadang menggairahkan dengan banyak klien yang berkonsultasi.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1: Sentuhan Yang Tak Terlupakan

Aku sudah pernah meramal nasib orang yang mau kawin tapi nggak jadi.

Aku juga pernah baca tarot buat bos besar yang takut ketahuan selingkuh.

Tapi aku belum pernah… dicium tangannya sama klien sendiri.

Dan bukan cuma dicium.

Tatapannya? Seperti bara api yang menyelinap ke dalam darahku.

Namaku Anya, 22 tahun, pembaca tarot profesional. Hari ini, aku jaga booth di event Imlek di sebuah mal besar di Jakarta. Biasanya, yang datang ke booth-ku antara dua: cewek-cewek galau yang mantannya nggak move on, atau ibu-ibu yang kepo kapan anaknya nikah.

Tapi dia… bukan dua-duanya.

Laki-laki itu muncul di depanku seperti aktor drama Korea yang kesasar ke dunia nyata. Usianya sekitar 34 tahun, tinggi, kulitnya terang khas orang Singapura, pakai kemeja biru yang entah kenapa bikin dia kelihatan makin mahal.

"Duduklah," aku menyapanya profesional. Tapi aneh, suaraku sendiri terdengar lebih pelan dari biasanya.

Dia duduk, tersenyum kecil. "Saya ingin membaca masa depan. Apakah perjalanan hidup saya masih panjang?"

Aku menelan ludah. "Hidup Anda masih panjang, kecuali kalau ada yang mencelakai Anda malam ini."

Dia tertawa. "Lucu sekali."

Aku mulai mengocok kartu, tapi tanganku agak gemetar. Entah kenapa ada hawa aneh yang melingkupi kami. Ketika kartu pertama terbuka—The Lovers—aku menatapnya.

"Kamu lagi jatuh cinta?" tanyaku spontan.

Dia tersenyum kecil. "Mungkin."

Tiap lembar kartu yang kubuka, semakin intens atmosfer di antara kami. Sampai akhirnya sesi selesai, dan dia berdiri. "Terima kasih, Anya."

Aku mengulurkan tangan untuk bersalaman. Tapi dia nggak sekadar menggenggam.

Dia… mencium tanganku.

Panas.

Bibirnya yang hangat menyentuh punggung tanganku, pelan, seolah waktu sedang melambat.

Lalu dia berbisik, "Aku akan ke Indonesia lagi, setelah pekerjaanku di Singapura selesai."

Aku menahan napas. Detik itu juga, aku mendapatkan vision.

Sebuah foto. Foto keluarga besar. Ada aku. Ada banyak orang. Dan di sampingku… dia.

Air mata menetes di pipiku.

Tapi sebelum aku sempat bilang apa pun, dia sudah pergi.

Dan aku, untuk pertama kalinya dalam hidup, merasa kehilangan seseorang yang bahkan belum sempat kutemukan.

Aku masih diam di tempat.

Tanganku yang tadi dicium masih terasa hangat, seolah bibirnya meninggalkan jejak tak kasatmata.

"Anyaaa~"

Suara cempreng itu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh, melihat Rina, kasir dari EO acara ini, menyeringai penuh arti.

"Gila, lo! Gue liat sendiri tadi!" Rina mencondongkan badan ke meja booth-ku. "Itu cowok Singapuranya… hadeuh! Udah ganteng, tajir, terus… ciuman tangan?!!"

Aku masih linglung. "Iya…"

"Iya? Iya?! IYAAA?! Lo sadar nggak sih tadi tuh kayak adegan drama yang dipotong sebelum episode abis?!" Rina melemparkan stroberi dari minuman boba-nya ke arahku.

Aku menangkap stroberi itu. "Rin…" Aku menghela napas. "Gue tadi dapet vision."

Rina mengunyah boba dengan slow motion, menatapku seperti aku habis bilang aku akan pindah ke planet Mars. "Vision? Vision kayak… 'Astagfirullah dia jodoh gue' gitu?"

Aku menggeleng. "Bukan. Lebih kayak… gue liat foto keluarga besar, dan dia ada di situ."

Mata Rina membulat. "Hah? Jadi lo bakal nikah sama dia?"

Aku garuk kepala. "Gue nggak tahu, Rin! Bisa jadi vision, bisa jadi… halu efek cowok cakep pertama yang nyium tangan gue dalam 22 tahun hidup!"

Rina ngakak. "Gue nggak nyalahin lo sih. Kalau gue di posisi lo, mungkin gue udah pesen tiket ke Singapura sekarang."

Aku menatap meja booth-ku yang sekarang terasa lebih kosong. Rasanya aneh. Seakan energi cowok tadi masih tertinggal di udara.

"Lo dapet namanya nggak?" Rina nanya.

Aku menggeleng.

Rina menepuk jidat. "Ya Tuhan, Anya! Lo tuh peramal, bukan admin restoran yang lupa nanya nomor pelanggan!"

Aku "Ya salah dia juga! Kan dia yang langsung pergi!"

"Fix. Ini skenario Tuhan biar lo penasaran." Rina menyeruput boba lagi. "Jadi sekarang pertanyaannya… Itu vision lo bakal kejadian beneran? Atau itu cuma… efek hormon kesepian?"

Aku menghela napas panjang.

Entah kenapa, untuk pertama kalinya dalam hidup, aku takut.

Takut kalau ini cuma halusinasi.

Takut kalau dia nggak akan balik lagi.

Dan lebih takut lagi… kalau dia benar-benar datang kembali.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
71 Bab
Bab 1: Sentuhan Yang Tak Terlupakan
Aku sudah pernah meramal nasib orang yang mau kawin tapi nggak jadi.Aku juga pernah baca tarot buat bos besar yang takut ketahuan selingkuh.Tapi aku belum pernah… dicium tangannya sama klien sendiri. Dan bukan cuma dicium.Tatapannya? Seperti bara api yang menyelinap ke dalam darahku.Namaku Anya, 22 tahun, pembaca tarot profesional. Hari ini, aku jaga booth di event Imlek di sebuah mal besar di Jakarta. Biasanya, yang datang ke booth-ku antara dua: cewek-cewek galau yang mantannya nggak move on, atau ibu-ibu yang kepo kapan anaknya nikah.Tapi dia… bukan dua-duanya.Laki-laki itu muncul di depanku seperti aktor drama Korea yang kesasar ke dunia nyata. Usianya sekitar 34 tahun, tinggi, kulitnya terang khas orang Singapura, pakai kemeja biru yang entah kenapa bikin dia kelihatan makin mahal."Duduklah," aku menyapanya profesional. Tapi aneh, suaraku sendiri terdengar lebih pelan dari biasanya.Dia duduk, tersenyum kecil. "Saya ingin membaca masa depan. Apakah perjalanan hidup saya m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya
Bab 2: Cinta Yang Terlarang Hadir Menyapa
Hari sudah sore ketika dua pria duduk di depanku.Yang satu berwajah tegas, dengan rahang kokoh dan mata tajam, seperti pria kantoran yang selalu rapi.Yang satunya lebih lembut, dengan kacamata bundar dan senyum yang sedikit gugup.Dari cara mereka duduk berdekatan, aku bisa menebak mereka bukan sekadar teman biasa.Aku tersenyum profesional. "Selamat sore. Mau baca tarot tentang apa?"Si pria berkacamata langsung menunduk, sementara yang berrahang tegas menatapku lurus. "Kami ingin tahu… apakah hubungan kami akan direstui keluarga?"Aku menatap mereka. Pertanyaan yang tidak mudah."Tolong acak kartunya, dan ambil tiga," kataku sambil menyodorkan dek tarot.Si pria berkacamata yang mengambil kartu. Jemarinya sedikit gemetar.Aku membuka kartu pertama: The Hierophant.Aku mengangguk. "Ini kartu tentang tradisi, aturan keluarga, dan restu dari figur yang lebih tua. Ini berarti… keputusan keluarga kalian punya pengaruh besar dalam hubungan ini."Si pria berkacamata menelan ludah. "Jadi…
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 3: Investigasi Cinta
Rina mendadak muncul di sampingku dengan ekspresi khasnya—kombinasi antara kepo, gosip, dan sedikit niat mengerjai aku."Anyaaa~ ada klien spesial buat lo!" katanya sambil menyenggol lenganku.Aku menatapnya curiga. "Spesial gimana?""Empat anak SMA. Kayaknya mereka mau investigasi cinta."Aku mengerutkan dahi. "Investigasi cinta?"Rina terkikik. "Mereka mau lo bacain tarot buat ngecek status hubungan cowok yang lagi populer di sekolah mereka. Punya pacar atau nggak."Aku menghela napas. "Astaga, ini booth tarot, bukan agensi detektif."Tapi sebelum aku bisa protes lebih lanjut, empat gadis berseragam putih abu-abu sudah berdiri di depanku. Wajah mereka penuh harapan dan sedikit… dramatis."Kaakkk… tolong bantuin kita!" salah satu dari mereka—yang sepertinya ketua geng—langsung merengek.Aku mengangkat alis. "Tolong bantuin apa?"Mereka langsung duduk berdesakan di depanku, mendekat seperti mau ngebongkar rahasia negara."Kami mau nanya soal Raka!" salah satu dari mereka berkata penuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 4: Rahasia Tak Terduga dari El
Aku merebahkan diri di sofa setelah seharian membaca tarot di booth. Ponselku tergeletak di atas meja, masih terbuka di chat terakhir dari El."Tetap semangat bekerja."Pesan singkat yang membuatku kepikiran berjam-jam.Kenapa dia bisa menemukan nomorku?Kenapa aku merasa ada sesuatu di antara kami, padahal baru sekali bertemu?Dan yang paling mengganggu… kenapa aku sampai menangis waktu dia mencium tanganku?Aku menghela napas.Tiba-tiba, otakku yang usil mendapat ide."Kenapa nggak cari tahu lebih jauh tentang dia?"Jari-jariku langsung mengetik namanya di Google.El*…* Singapore.*Aku menunggu hasil pencarian muncul di layar. Awalnya hanya LinkedIn dan beberapa berita bisnis. Tapi saat aku menggulir lebih jauh… mataku membelalak."Pengusaha Muda Singapura Tersandung Kasus Hukum: Diduga Menyiksa ART karena Tuduhan Racun di Minuman"Dadaku mencelos.Aku membaca lebih dalam. Tahun lalu, El dilaporkan ke polisi karena menuduh Asisten Rumah Tangga (ART)-nya meracuni minuman dingin yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 5: Godaan Tanpa Henti
Aku baru aja selesai beresin kartu tarot di meja ketika Rina tiba-tiba nyelonong masuk ke booth-ku dengan senyum jahilnya yang khas."Anyaaa~" katanya dengan nada menggoda.Aku melirik sekilas. "Apaan, Rin?"Dia langsung duduk di depanku, menyilangkan tangan di dagu dengan tatapan kepo maksimal. "Jadi… barista sebelah udah mulai bayar buat dapetin perhatian lo?"Aku menghela napas. "Bukan gitu. Dia beneran mau diramal."Rina tertawa kecil. "Iya, iya. Terus dia nanya apa? ‘Apakah perempuan yang gue suka bakal ngebuka pintunya buat gue?’"Aku langsung melotot. "Lo nguping?!"Dia ngakak. "Enggak sengaja dengar! Sumpah! Tapi… anjir, Nya, lo nggak sadar? Itu kode keras banget!"Aku pura-pura cuek. "Dia cuma klien."Rina menepuk meja. "Dengerin, ya. Cowok biasa nggak akan bayar buat tarot kalau mereka nggak beneran kepo atau… ya, pengen deket sama pembacanya!"Aku menggeleng. "Lo terlalu banyak nonton drama, Rin."Rina menyandarkan diri, menyilangkan kaki. "Oke, oke, gue kasih lo skenario l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 6: Tarot, Restoran, dan Tawaran Menggiurkan
Seorang pria duduk di depan meja baca tarotku. Namanya Rio. Umurnya sekitar 28 tahun, tinggi, rapi, dengan gaya santai khas anak konglomerat."Aku punya dua hal yang lagi aku jalani, nih," katanya sambil menyandarkan punggung di kursi. "Keluargaku baru buka restoran, dan aku baru mulai serius di fotografi. Aku mau tahu, mana yang lebih prospek?"Aku mengocok kartu sambil tersenyum tipis. "Kamu serius di dua-duanya, atau ada yang cuma ikut-ikutan?"Rio tertawa kecil. "Sejujurnya, restoran ini bisnis keluarga. Mamiku yang urus. Aku kebagian promosi dan branding. Fotografi? Itu passion dari dulu."Aku menarik tiga kartu dan meletakkannya di meja. The Emperor, The Star, dan The Hanged Man.Aku menatap kartu itu, lalu menatap Rio. "Oke. Kalau restoran, peluang suksesnya besar, tapi kamu bakal kehilangan banyak kebebasan. Ini bakal mengikat kamu ke bisnis keluarga, dan kamu mungkin nggak bisa seenaknya eksplorasi hal lain."Rio mengangguk pelan. "Dan kalau fotografi?"Aku menunjuk The Star.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 7: Restoran, Tarot, dan Godaan Reza
Malam itu, aku lagi rebahan di kasur, scrolling media sosial, menikmati hidup tanpa drama. Sampai tiba-tiba ponselku bergetar.Rio.Aku menatap layar sebentar, ragu mau angkat atau nggak. Aku menggeser layar. "Halo?"Suara Rio terdengar santai, tapi ada nada antusias. "Hei, peramal cantik. Lagi sibuk?" "Kalau rebahan dihitung sibuk, ya… sibuk banget."Rio tertawa. "Oke, gini. Aku baru ngobrol sama Mami, dan dia setuju soal booth tarot di restoran. Jadi, minggu depan kamu udah bisa mulai."Aku terdiam sebentar. "Serius? Mamimu nggak keberatan?""Bukannya keberatan, dia malah excited. Katanya, ini bisa jadi daya tarik unik buat restoran. Dia bahkan tanya kamu mau meja yang gimana."Aku mengangkat alis. "Wow. Aku kira bakal susah meyakinkan beliau."Rio terkekeh. "Mamiku itu open-minded, asal bisnisnya jalan. Oh, dan dia juga tanya… apakah pembacaan tarot bisa prediksi menu yang bakal laris?"Aku ngakak. "Bisa aja Mami kamu! Kalau gitu, tiap hari aku bakal bilang, 'Kayaknya hari ini ay
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 8: Bisikan dan Tatapan yang Menggoda
Motor melaju pelan di jalanan yang mulai lengang. Angin malam menyapu kulitku, tapi anehnya yang lebih terasa adalah panas yang merayap di telapak tanganku, karena aku masih memegang pinggang Reza. "Anya," suaranya tiba-tiba terdengar dalam, hampir berbisik. Aku menelan ludah. "Apa?"Dia nggak langsung menjawab. Motor sedikit melambat, memberi jeda yang bikin suasana makin intens. "Lo nyaman nggak?" Aku berkedip. "Maksud lo, naik motor?" Dia tertawa rendah. "Nggak. Pegang gue gitu."Aku langsung refleks mau melepas tangan, tapi Reza dengan cepat menaruh sebelah tangannya di atas tanganku, menekannya lembut agar tetap di sana. "Jangan," katanya pelan. "Gue suka." Jantungku berdetak lebih cepat. "Reza…"Dia menghela napas. "Udah lama gue pengen lo kayak gini. Deket. Bener-bener deket."Aku menggigit bibir, merasakan dadanya naik turun pelan. Suara knalpot motor yang bergetar di jalanan malam malah terasa kayak latar musik yang makin menguatkan atmosfer di antara kami. "Lo sadar n
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 9: Indigo yang Istimewa
Reza menyandarkan punggungnya ke bangku kayu sambil melirik ke arah tukang nasi goreng yang sibuk mengaduk wajan. Asap tipis mengepul, aroma bawang putih dan kecap semakin kuat.Dia menoleh ke arahku, sudut bibirnya terangkat. "Jadi, sejak kapan lo mulai baca tarot?"Aku menghela napas, menyilangkan tangan di atas meja. "Pertama kali sejak lulus SMA."Dia mengangkat alis. "Serius? Bukan dari kecil? Gue pikir lo dapet wangsit atau semacamnya."Aku terkekeh. "Nggak segitunya juga. Gue dapet kartu tarot pertama kali gara-gara hadiah dari majalah."Reza memiringkan kepala, jelas penasaran. "Majalah? Yang bener?"Aku mengangguk. "Iya. Ada promo gratis waktu itu. Iseng aja gue ambil. Pas mulai coba-coba baca, eh, kok kayaknya bener terus. Dari situ mulai serius belajar, mulai baca teman dan tetangga."Dia mengusap dagunya, matanya menatapku dengan intens. "Gue kira lo mulai karena keturunan indigo atau semacamnya."Aku menggeleng. "Nggak, gue cuma orang biasa yang kebetulan cocok sama kartu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Bab 10: Barista Warisan Sultan
Aku sedang mengaduk sisa es tehku ketika tiba-tiba ponsel Reza bergetar di meja. Dia melirik sekilas, lalu mengangkatnya dengan nada santai."Halo, Papi? Iya, aku lagi makan."Aku refleks menatapnya. Papi?"Udah, tenang aja. Aku tetap masuk kerja besok… Iya, iya, aku tahu aturannya."Reza menutup telepon, lalu mendesah pelan sambil menaruh ponselnya ke meja. Tatapannya beralih ke arahku yang jelas-jelas menunggunya bicara."Jadi… Lo manggil bokap lo ‘Papi’?" aku menahan tawa.Dia mendengus. "Ya, emang kenapa? Kebiasaan dari kecil."Aku mengangkat bahu. "Nggak nyangka aja. Gue kira lo anak indie yang berjuang dari nol, ternyata…"Dia menyeringai. "Ternyata apa?"Aku melipat tangan di dada. "Anak sultan?"Dia tertawa kecil. "Nggak juga. Bokap gue memang punya beberapa perusahaan. Tapi karena gue masih muda, belum boleh pegang yang gede-gede."Aku menaikkan alis. "Terus sekarang lo kerja di…""Barista."Aku hampir tersedak. "Lo bercanda?"Dia menggeleng. "Nggak. Kafe tempat gue kerja itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status