Abigail segera mengambil alih situasi untuk menghilangkan ketegangan yang ada. Sebab, kini semuanya sedang disiarkan secara langsung. Perlahan, suasana menjadi kembali kondusif. Wanita itu kemudian tersenyum canggung dan kembali membuka suara, "Wah, sepertinya acara reality show kali ini akan benar-benar menjadi tayangan yang ekslusif."
Abigail memberikan tepuk tangan ke arah kamera, "Apakah kalian selama ini memang sengaja menyembunyikan hubungan kalian yang ternyata sepasang kekasih?" tanya Abigail yang segera melakukan wawancara eksklusif.
Glenn tersenyum menyeringai, "Ya ... dia adalah milikku," jawab Glenn santai yang justru membuat netra cokelat Bella membeliak. Begitu juga dengan Abigail yang baru pertama mendengar hal semacam itu keluar dari mulut Glenn Lucas. Bahkan, Aurora juga tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya dengan raut wajah tidak suka yang terlihat jelas. Dan, entah ada berapa juta wanita yang kini sedang menjerit histeris di balik layar telev
Seorang wanita berambut pirang kemerahan membuka kelopak mata secara perlahan. Kepalanya masih terasa pening. Namun, tangan dan kakinya terikat dengan tali. Wanita itu duduk di atas bangku dengan keadaan kedua tangan terikat ke belakang sandaran kursi serta kaki yang terikat di bawahnya. Sementara mulutnya ditutup oleh kain.Ya, wanita itu adalah Aurora. Kenapa Aurora diikat? Apakah ia sedang diculik? Wanita itu perlahan memandang ke sekeliling ruangan yang remang-remang, akibat pencahayaan yang begitu minim. Namun, masih ada cahaya lampu jalan yang masuk melalui ventilasi panjang, terlihat jauh karena luasnya ruangan itu.Tiba-tiba suara tapak sol sepatu terdengar menggema diikuti dengan decit pintu yang terbuka. Silau lampu jalanan membuat siluet tubuh seseorang di depannya terlihat jelas.Aurora membatin, 'Terlihat seperti seorang pria?'Namun, wajah pria itu menunduk, tidak terlihat jelas. Pria itu lantas kembali menutup pintu, tanpa menyalakan
Berita yang sedang viral semakin lama justru semakin menjadi trending di media. Semakin hari, merebaknya berita itu justru semakin menjadi. Tentu saja, itu semua berasal dari berita yang masih menggegerkan tentang pernikahan yang akan dilangsungkan selebriti terkenal kita di Venesia. Siapa lagi jika bukan Glenn Lucas dan Bella Marlene? Bahkan, berita tersebut sampai mengalihkan berita hilangnya Aurora yang menjadi trending nomor dua. Ya, Aurora sampai saat ini masih belum ditemukan dan terus dicari. Tidak hanya orangtua artis tersebut yang berusaha mencari, Tuan Jhon juga dibuat pusing karena syuting terpaksa harus diundur. Sementara para penggemar Aurora terus saja meramaikan berita hilangnya wanita tersebut. Apakah itu hukuman yang pantas untuk Aurora? Di sisi lain, Bella yang kini sedang merebah santai di permukaan sofa apartemennya justru masih belum menyadari jika dirinya sebentar lagi akan segera menikah. Sebab, gadis itu juga masih tidak percaya dengan a
"Sayangnya, waktuku cukup berharga untuk melakukan hal kekanakan seperti bermain rumah-rumahan denganmu, Bella." Glenn tersenyum menyeringai seraya menumpahkan cairan red wine tua koleksinya ke dalam sloki di atas meja."T-tapi mengapa? Apa kau sungguh akan menikah denganku? M-maksudnya, mengapa kau harus menikah denganku? Dan mengapa juga aku harus menikah denganmu?" cecar Bella dengan wajah serius.Menyesap wine secara perlahan, Glenn justru menampilkan seraut wajah tenang, "Sebab kau adalah milikku, Bella Marlene," ujarnya dengan mata biru serupa lautan di langit malam yang kelam, berbahaya, dan menghanyutkan.Bella bergeming sejenak untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Namun, ia tidak dapat mengelak jika ia merasakan sebuah getaran kecil di hatinya. Jantungnya berdebar. Bella juga tidak bisa memungkiri jika Glenn yang selalu ada dan melindunginya, seolah pria itu memang dilahirkan sebagai perisai yang akan terus ada untuknya. "Apakah kau menyukaiku, Glenn
"Aku menyukaimu. Tidak akan kubiarkan kau pergi ke mana pun. Sebab, kau adalah milikku dan akan selalu menjadi milikku," ujar seorang pria yang sedang merebahkan tubuh di samping gadis berambut cokelat yang tertidur pulas.Namun, tunggu sebentar! Kamar itu ... tidak terlihat seperti kamar apartemen milik Glenn. Sepasang pria dan wanita itu berada di atas dipan bergaya Eropa klasik zaman dulu yang sudah sangat jarang ditemui di abad ini. Di setiap sudut dipan terdapat tiang kayu mahoni yang terukir indah dan menjulang tinggi.Sementara di sekeliling kamar: terlihat setiap detail ukiran marmer bergaya Romawi, koleksi pedang yang berjejer dan tertata rapi, lukisan-lukisan Yunani Kuno yang menggantung, serta patung Armor terbuat dari emas yang menggambarkan seorang prajurit menunggang kuda juga ada di sana. Sang empu kamar itu tentu memiliki sense of beauty yang tinggi.Lalu, siapa dua insan yang kini tengah merebah di atas dipan abad pertengahan itu? Dengan rambut
Bella menyapukan jari telunjuknya pada punggung-punggung buku yang berbaris rapi di sebuah rak yang menjulang tinggi. Gadis itu sedang fokus mencari buku yang akan ia baca.Sebuah bangunan perpustakaan bernuansa Eropa klasik zaman dulu yang dilengkapi ukiran-ukiran lukisan Romawi di langit-langit bagian atapnya, kini tengah melingkupi Bella. Ya, gadis itu sedang berada di sebuah toko buku sekaligus perpustakaan yang tidak jarang ia kunjungi—Libreria Lello.Namun, kini Bella tidak datang seorang diri. Seorang pria yang sedang bersandar pada rak buku seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada juga sedang menemaninya. Tentu saja pria tersebut adalah Glenn Lucas."Apa kau gemar membaca?" tanya Glenn masih pada posisinya yang bersandar dan menatap Bella."Ya, aku menyukainya. Apa aku tidak terlihat suka membaca buku?" tanya Bella masih dengan menyapukan jemarinya."Ehm, ya," jawab Glenn singkat."Apakah karena wajahku yang cantik
Meja kayu mahoni berbentuk bundar dan berukuran cukup besar yang terletak di lantai dua Libreria Lello, tengah menjadi tempat bagi Bella dan Glenn untuk membaca buku bersama. Beberapa puluh menit telah terlewati. Rasa kantuk mulai menyerang kala Bella menghabiskan hampir seperempat halaman buku yang ia baca.Menoleh ke samping, Bella mendapati Glenn yang sedang serius dengan buku yang ada di tangannya. Anehnya, dalam keadaan fokus dan diam mematung seperti itu, Glenn tetap terlihat menawan, bagaikan sebuah lukisan.Bella tidak dapat menampik jika pesona Glenn Lucas memang tidak terbantahkan. Gadis itu berpikir jika Tuhan terkadang tidak adil karena telah memberikannya wajah yang begitu rupawan ditambah kekayaan yang mungkin tidak bisa Bella bayangkan. Namun, sungguh adakah makhluk sesempurna itu? Ah! Bella hampir melupakan jika sikap pria arogan itu begitu menyebalkan."Aku baru tahu jika kau juga menyukai bacaan semacam itu, Glenn," celetuk Bella yang mem
Bella menyembulkan kepala cantiknya keluar dari dalam air saat sudah berada di tepi kolam. Gadis itu sedang berenang di kolam renang indoor apartemen super mewah Royal Luc Penthouse dengan atap kaca yang sangat tinggi dan barisan pohon palem lengkap dengan koral layaknya pantai sungguhan.Dengan bikini sexy berwarna hitam yang melekat di tubuhnya serta rambut tergerai yang basah, Bella menaiki tangga di pinggiran kolam untuk keluar dari kolam tersebut. Gadis itu berjalan dengan tubuh basahnya menuju kursi berjemur.Jemari lentik Bella kemudian menyambar sebuah handuk di punggung kursi berjemur di mana terdapat seorang gadis bertubuh mungil yang juga sedang bersantai di sana. Dia adalah Emma yang sedang merebahkan tubuh di kursi tersebut dengan bikini merahnya."Apa kau sungguh tidak ingin berenang, Emma?" tanya Bella seraya mengeringkan rambut dengan handuk di kedua tangan.Emma sedikit beranjak untuk setengah duduk kemudian menikmati orange juice sembari
"Apa yang sedang kau lakukan, Glenn?"Seorang pria berpakaian serba hitam yang sedang menadahkan pistol dan seorang pria dalam posisi jatuh terduduk itu menoleh bersamaan ke arah Bella.Ekspresi dingin tercetak jelas di raut wajah Glenn yang sedang membawa pistol, membuat siapapun yang kini melihatnya tanpa sadar bergidik ngeri entah mengapa.Sementara Aaron mulai beranjak berdiri, "Kau juga berada di sini, Bella? Tidak ada apa-apa. Hanya sebuah kesalahpahaman kecil saja," ujar Aaron yang berusaha menenangkan Bella seraya membersihkan celana dan jas hitamnya dari rumput yang menempel.Glenn yang sedang menadahkan pistol menghela napas panjang sebelum memasukkan kembali pistol tersebut ke dalam saku jasnya dengan santai. Pria itu kemudian berjalan ke arah Bella dan membawa gadis itu pergi. Menyisakan Emma dan Aaron yang masih berdiri di sudut taman."Apa kau sungguh tidak apa-apa, Aaron? Apakah ada yang terluka? Sudut bibirmu tampaknya b
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y