Glenn Lucas, seorang aktor papan atas yang begitu digilai di Venesia sekaligus pemeran utama dalam film ‘My Boss My Love’.
Dengan wajah rupawan, manik mata berwarna biru sebiru lautan, serta pemilik postur tubuh sempurna yang sering memenangkan ajang sayembara Top Model, sosok Glenn selalu mampu membuat para wanita yang melihatnya menjerit histeris.
Seperti saat ini, tidak hanya para aktris di meja bar yang terkesiap melihatnya, para wanita yang sebelumnya asyik menikmati irama musik yang menghentak juga tidak sedikit yang memusatkan perhatian pada Glenn. Pesona seorang Glenn Lucas memang tidak dapat dipandang sebelah mata.
Namun sayangnya, pria itu dikenal sebagai seseorang yang dingin. Dia enggan melakukan kontak fisik yang begitu intim dengan lawan mainnya meskipun hanya sekadar profesionalisme pekerjaan. 'Aktor alim' merupakan julukan yang diberikan para penggemar padanya.
"Dan sekarang, aku tidak tahu itu anugerah atau musibah untukmu, Bella. Ia tidak menyentuh sembarang wanita. Ia bahkan sempat menjadi trending karena menolak adegan berciuman di music video Tailor, penyanyi terkenal itu.” Emma melirik ke arah Bella, entah khawatir atau senang dengan penderitaan yang temannya dapatkan. “Kau yakin bisa mencium keningnya?"
"Hey, tapi mereka akan bermain sebagai pemeran utama, Emma.” Aurora, salah seorang aktris cantik yang juga akan berperan bersama dengan Bella dan Emma, terkekeh. “Selain itu, bukankah sikap pria seperti Glenn justru membuat wanita merasa gemas dan tertantang?" Dia melirik ke arah Bella, lalu menyenggol pinggang gadis itu. “Bukan begitu, Bella sayang?”
Kesal, Bella berseru, "Sudah cukup!” Bella seketika beralih menatap Emma, “Kini yang harus kulakukan hanya mencium keningnya bukan?” Gadis itu berdiri dari kursinya dengan wajah tak acuh. “Baiklah, aku akan segera menyelesaikan permainan ini!" Sembari menghampiri sosok Glenn, Bella tertawa dalam hati, ‘Tentu dengan caraku sendiri.’
Salah satu alasan Bella memutuskan untuk menerima tawaran bermain dalam film romansa ‘My Boss My Love’ didasari pada sikap Glenn Lucas yang dingin. Sifat Glenn yang pemilih dan enggan melakukan kontak fisik dengan lawan mainnya membuat Bella—yang memiliki ketakutan terhadap kontak fisik dengan pria—merasa aman. Sebagai aktor yang dihormati, sutradara pun pasti tidak akan memaksakan interaksi antara dirinya dan Glenn.
‘Kami aktor dan aktris, bukan?’ Bella tersenyum kecil penuh kemenangan. ‘Dengan begitu, kami pintar bersandiwara.’
Seiring jarak antara Bella dan Glenn menipis, aroma parfum maskulin pada pria itu menguar dengan lembut di indra penciuman Bella. Melihat sosok lelaki itu dari dekat, anehnya Bella justru merasa gugup. Tentu saja gadis yang terbiasa tidak acuh terhadap pria belum pernah merasakan hal demikian sebelumnya.
Sembari menelan ludah dengan susah payah, Bella pun akhirnya berniat untuk membuka suara. "Maaf, Glenn. Bisakah aku mengganggu waktumu sebentar?"
Hening.
Glenn hanya bergeming dan menatap datar gadis di hadapannya. Pancaran matanya seakan menunjukkan bahwa sosok Bella bukanlah seseorang yang akrab dengannya—yah, memang tidak salah.
Namun, Bella tidak menyerah dan juga tidak mudah hanyut dalam keheningan. "Emm ... apakah kau tidak mengenaliku? Aku Bella Marlene, yang akan bermain peran denganmu?" Gadis itu mencoba memperkenalkan diri dengan senyuman kering, sedikit ragu dengan kalimat perkenalannya sendiri. Tak disangka, Glenn justru menatap Bella lekat dengan tersenyum miring.
Sedikit salah tingkah dengan perubahan ekspresi pria itu, Bella menarik napas dalam-dalam dan bergegas menjelaskan tujuannya, "Jadi, sebenarnya aku hanya ingin meminta bantuanmu. Meskipun kita tidak dekat, bisakah aku minta tolong? Kami sedang melakukan permainan, dan sialnya aku yang terkena hukuman.” Bella menjelaskan rencananya kepada Glenn terkait sandiwara untuk mencium kening pria itu.
“Sebenarnya sahabat laknatku itu tadinya dengan tega menyuruhku untuk mencium bibir orang yang tidak kukenal, tapi untungnya aku berhasil menawar. Urgh, awas saja kau, Emma!" Bella tanpa sadar justru menggerutu panjang lebar mencurahkan kekesalannya pada seorang lelaki yang kemungkinan menganggap hal itu tidak penting.
"Baiklah," jawab Glenn singkat.
Bella sedikit terkejut karena Glenn dengan cepat menyetujui untuk membantunya. "Apa kau baru saja berkata ‘Baiklah’?" tanya Bella memastikan pendengarannya tidak bermasalah.
"Lakukan hukumanmu dengan benar," jawab Glenn dengan senyuman penuh arti.
"Astaga, ternyata kau pria yang sangat baik, Glenn. Sungguh berbeda dengan rumor buruk yang beredar.” Bella tanpa sadar membocorkan rumor tentang sikap Glenn yang arogan. “Tenang saja, aku hanya akan berpura-pura dan menyelesaikan semuanya dengan cepat," papar Bella dengan senyuman mengembang seolah telah berhasil memenangkan lotre.
Di detik berikutnya, Bella melangkah lebih dekat. Ia merapatkan tubuhnya pada sosok lelaki tampan di hadapan. Perlahan tangannya terulur dan mengalung di leher jenjang Glenn. Kedua kakinya yang mengenakan high heels mulai menjinjit karena tinggi tubuhnya yang hanya sebahu lelaki di depannya.
‘Ah, dia tinggi sekali,’ batin Bella yang sedikit kesulitan menghampiri kening pria itu.
Kini bibir Bella sudah berada dengan jarak satu jengkal di kening Glenn. Melihat hal itu, sorakan teman-teman Bella menjadi semakin heboh, bahkan Jacob juga ikut berteriak histeris meskipun ia tidak rela.
Setelah yakin dia telah menyelesaikan tantangannya, Bella mulai menjauhkan wajahnya seraya berbisik, "Terima kasih banyak, Glenn." Namun, saat Bella hendak mengakhiri sandiwara itu dan menarik kembali tubuhnya, sebelah tangan Glenn justru menarik pinggul gadis itu dan membenturkan tubuh keduanya hingga saling bersentuhan. Hal tersebut mengejutkan Bella, “Apa yang—!” Gadis itu membungkam ketika merasakan tangan Glenn yang lain menyentuh tengkuknya.
Selagi menatap lekat wajah Bella, Glenn berkata dengan suara rendah, "Bukankah aku menyuruhmu untuk melakukan hukumanmu dengan benar?"
Tanpa banyak basa-basi, pria itu mendaratkan bibirnya pada bibir ranum Bella. Yang lebih mengejutkan, pria itu memperdalam ciumannya, menautkan lidahnya seraya menikmati setiap inci gadis di hadapannya. Hal tersebut membuat Bella tercenung dengan bola mata membelalak lebar.
Itu adalah ciuman pertamanya.
Di sisi lain, suara sorakan yang tadinya begitu ramai sekejap menghilang. Semua itu digantikan keterkejutan dan suara terkesiap dari beberapa orang yang menyaksikan hal tersebut. Bola mata para penonton itu seakan ingin melompat keluar dari soketnya. Bahkan, Emma seketika menutup mulutnya yang ternganga dengan kedua tangan, tidak percaya dengan pemandangan yang sedang dia saksikan.
Glenn, si pria arogan, dan Bella, si gadis yang takut akan pria? Ayolah! Itu adalah pemandangan langka!
Setelah tersadar dari keterkejutannya, dengan kekuatan penuh kedua tangan Bella mendorong tubuh Glenn hingga lelaki itu mundur beberapa langkah ke belakang. Dengan wajah memerah yang entah karena malu atau karena marah, sebelah tangan Bella mengusap mulut dengan kasar, membersihkan sisa cairan beraroma mint yang masih menempel di mulutnya.
"Apa kau gila, Tuan Glenn?!" Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Bella. Kening gadis itu berkerut, dan amarah menggebu dalam dirinya.
"Tidak," jawab Glenn santai sembari menyeringai.
"Lalu apa yang baru saja kau lakukan? Apa kau tidak takut aku melaporkanmu atas tuduhan pelecehan?" Bella mendelik kesal.
"Aku hanya membantumu.” Glenn mengangkat kedua bahunya dengan sikap acuh tak acuh. “Bukankah kau sendiri yang datang padaku dan meminta bantuan? Jadi, siapa yang lebih pantas atas tuduhan pelecehan seksual itu, Nona?" kembali Glenn menjawab dengan begitu santai seraya memiringkan kepalanya sedikit dan menatap lekat gadis di hadapannya.
Dalam sekejap Bella terbungkam dan tidak bisa berkata-kata. "Bukankah aku meminta bantuanmu hanya untuk berpura-pura saja?! Apakah kau tahu kau baru saja mengambil ciuman pertam—” Bella tak mampu menyelesaikan ucapannya, malu untuk membongkar rahasianya. “Sialan!" maki Bella, tidak tahan lagi dengan sikap Glenn yang begitu menyebalkan.
Ini adalah pertama kali seorang Glenn Lucas mendengar sebuah kata makian yang ditujukan langsung untuknya. Namun, bukan wajah marah yang ditunjukkan lelaki itu, melainkan sebuah senyuman nakal.
Di detik berikutnya, Glenn justru berjalan beberapa langkah ke depan mendekati Bella, membuat gadis itu mundur beberapa langkah. Namun, manik sebiru lautan milik pria itu seakan menyihirnya untuk tetap diam di tempat. Bella seakan dibawa mengitari galaksi dengan beratus-ratus biliun bintang dari corak manik mata itu.
Setelah sampai di hadapan gadis itu, Glenn mendekatkan kepalanya. Bella dengan sigap menutup mulutnya dengan kedua tangan, lengkap dengan manik mata membulat. Ia berpikir jika Glenn akan menciumnya lagi.
"Dasar psikopat mesum! Apa lagi yang akan kau lakukan?" pekik Bella masih dengan kedua tangan yang bertengger di mulutnya.
Namun, sepertinya gadis itu harus kembali menahan malu karena ia sedang salah sangka. Kepala Glenn berbelok mendekat pada telinganya. Pria itu memang tidak sedang ingin menciumnya.
"Terima kasih," bisik Glenn lirih dengan senyuman menyeringai, kemudian melenggang pergi melewati tubuh mungil Bella. Pria itu berjalan menuju sekumpulan aktor dan aktris lain yang juga merayakan terbentuknya tim baru film kali ini.
Tentu saja Glenn juga berhak bergabung di dalamnya. Pasalnya, pria itu juga merupakan pemain yang akan berperan di dalam film itu. Yah, dia bahkan sang pemeran utama pria.
Sementara itu, seorang gadis cantik berambut cokelat yang masih berdiri memaku tengah mengerjap-ngerjapkan mata lentiknya sambil tercenung. Ia benar-benar tidak menyangka jika ia justru akan mendengar hal yang tidak terduga. 'Apakah aku sungguh tidak salah dengar? Terima kasih? Dia berkata terima kasih padaku?’ Sekejap ekspresi Bella berubah kesal. ‘Dasar psikopat mesum!'
Di sisi lain, Glenn masih memasang sebuah senyuman. Dia sedikit menggigit bibirnya untuk mengecap kembali rasa yang tertinggal dari Bella. ‘Manis ….’
~~~
‘Pria sialan!’ Bella menggemeratakkan giginya dengan mengepalkan sebelah tangannya erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia memutuskan untuk kembali bergabung di tempat duduk sebelumnya, tepatnya di meja bar dan di sebelah Emma.Suasana canggung karena kedatangan Glenn seketika terasa dan membuat semua menghentikan permainan. Apa yang baru saja terjadi merupakan sebuah pemandangan mengejutkan yang tidak pernah mereka lihat dari sosok Glenn sebelumnya. Sebagian wanita yang juga merupakan aktris yang terpilih membintangi film kini menatap kagum pada sosok Glenn.Lain halnya dengan para wanita itu, Bella justru menatap Glenn dengan sorot mata tajam penuh kekesalan. Gadis itu menenggak wine dengan kasar, masih dengan tatapan membunuh yang tidak lepas dari lelaki itu."Hei hentikan! Apa kau ingin bunuh diri dengan minum sebanyak itu?" bisik Emma lirih pada sahabatnya."Diamlah kau, Emma! Aku ingin mencuci mulutku dari kotoran kec
Seorang pria yang dipanggil Bella dengan sebutan Pangeran itu menghentikan kuda putihnya tepat di samping Bella. Dengan jubah hitam dan penutup kepala yang menutupi sebagian wajahnya, aura misterius terpancar dari pria tersebut. Sebelah tangan pria itu kemudian terulur dan menarik tubuh Bella agar bisa menaiki kuda yang ditungganginya. Bibir Bella melengkung membentuk senyuman. Ini adalah hari yang cukup lama ia tunggu-tunggu. Dengan cepat pria itu pun memacu kuda hingga berlari menjauh dari kediaman Bella. Sementara para dayang yang masih mengejar, sontak berhenti saat melihat Lady mereka tidak mungkin bisa dikejar lagi. "Apa kau senang?" bisik pria yang berada di belakang Bella. Jarak tubuh keduanya kini begitu dekat. "Tentu saja, Pangeran. Anda sudah berjanji akan membawa saya ke tempat yang menyenangkan bukan?" Bella tersenyum seraya menoleh ke belakang. Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, senyuman cerah terus terbit dari wajah cantik Be
Emma tengah menunggu kedatangan Bella di lobi kantor MBE Entertainment ditemani dengan segelas cappucino dan dua slice roti sandwich. Sudah hampir enam puluh menit, tetapi sahabatnya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.Emma kemudian berniat untuk mengambil gawai di dalam saku celana agar bisa kembali menghubungi Bella. Namun belum sempat jemari lentiknya mengusap layar benda pipih itu, sosok yang ia tunggu-tunggu sudah berdiri di ambang pintu.Melambaikan sebelah tangan ke atas, Emma segera memanggil Bella dengan suara sedikit meninggi. Bella yang sedang mengedarkan pandangan pun akhirnya menemukan Emma dan segera berjalan mendekat ke arah gadis imut dengan potongan rambut pendek sebahu itu."Duduklah!" pinta Emma seraya menepuk sebelah telapak tangan pada permukaan sofa."Mengapa kau masih di sini, Emma? Apakah rapatnya belum dimulai?" tanya Bella sambil mendudukkan bokong di sebelah Emma."Belum, mana
Kini Pablo berjalan beriringan bersama Bella di lorong yang sepi. Mereka hendak menuju kafetaria untuk membicarakan semua yang baru saja terjadi di ruang direktur. "Jadi, apa ini ada hubungannya dengan bayaran yang tiba-tiba naik menjadi 60% seperti yang kau bilang tadi? Aku bersedia menandatangani kontrak karena tidak ada adegan yang tidak kusukai sebelumnya, Pablo," tegas Bella sebelum Pablo memulai pembicaraan. Pablo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya tersenyum kering, "Kurasa hanya sedikit adegan yang ditambahkan. Menurutku film tanpa adegan adult juga kurang pas. Bagaikan sayur tanpa garam. Lagipula kau hanya akan berciuman seperti adegan yang ada di dalam film-film pada umumnya. Bukan adegan yang mengharuskanmu telanjang, Bella," cecar Pablo masih dengan berjalan di samping Bella. Bella tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tenggorokannya terasa tercekat, tidak mampu berkata-kata. Tentu saja gadis itu memiliki alasan mengapa ia begitu te
"Excuse me! Berapa totalnya?" Seorang wanita paruh baya melambaikan sebelah tangan di depan wajah Bella yang sedang melamun. Bella terkesiap dan dengan segera mengambil satu persatu barang di atas permukaan meja kasir berupa mie instan, soda, gula, dan yang lainnya untuk didekatkan pada barcode scanner. "Maafkan aku. Semua totalnya US$ 9, Nyonya Kelly." Ya, Bella memang mengenal sosok wanita paruh baya bernama Nyonya Kelly yang kini ada di hadapannya. Sebab, wanita dengan rambut putih penuh uban dan selalu digulung rapi itu sering datang ke minimarket tempat saat ini Bella berjaga. Suasana musim dingin di Veneto, Venesia saat ini membuat alam bawah sadar Bella terasa nyaman untuk mengelana. Meskipun telah terpasang penghangat ruangan di dalam minimarket, tetapi membaringkan tubuh di kasur dengan lilitan selimut tebal tentu saja terasa lebih menyenangkan bagi Bella. Terlebih, seharian ini Bella telah berada di MB
Sekitar satu tahun yang lalu di Veneto, Venesia. Musim semi membuat bunga-bunga tulip bermekaran dengan menawan. Bahkan, tidak sedikit penduduk yang sudah menyiapkan bunga tulip untuk dipamerkan di festival bunga pekan depan. Tentu saja, musim semi terasa membahagiakan bagi sebagian penduduk. Begitu juga dengan beberapa gadis yang kini juga sedang berbahagia dan berada di Teatro Ala Scalaa. Sebentar lagi akan ada pementasan pertunjukan drama teater mereka untuk pertama kalinya. Kini mereka tengah sibuk berdandan di ruang make up dan tentu saja salah satu dari mereka adalah Bella Marlene. "Bukankah gaun pelayan yang kita kenakan saat ini cukup unik, Emma?" ujar Bella seraya melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Gadis itu sedang mengenakan gaun panjang mengembang yang biasa dikenakan oleh para pelayan di Eropa abad pertengahan. "Ck, kau memang cocok mengenakannya, Bella. Tapi lihatlah bagian bawah gaun ini terlalu panjang untukku!"
Ini adalah saatnya. Hari pertama Bella melakukan syuting film 'My Boss My Love'. Para kru sedang berlalu lalang dan menyiapkan segala keperluan di lokasi syuting. Untuk scene awal akan diambil di dalam sebuah kamar hotel mewah. Pemeran utama wanita akan memergoki kekasihnya yang tengah berselingkuh dan memadu kasih bersama perempuan lain. "Apa kau mau minum coffee?" Aaron membawa dua cup coffee dan berdiri di samping Bella yang sedang duduk mempelajari naskah. "Terima kasih banyak, Aaron," jawab Bella seraya tersenyum tipis dan menerima satu cup coffee dari Aaron. "Apa aku boleh duduk di sebelahmu?" "Tentu saja, silakan!" Bella tersenyum ramah seraya sedikit menggeser bokong. "Apa kau sedang mempelajari naskahmu?" Aaron berbasa-basi untuk mencairkan suasana. "Ya, sebentar lagi giliranku syuting bersama Black dan Mona. Apa kau sudah mempelajari naskahmu? Kita akan berakting bersama s
"Hei, bukankah hari ini masih belum ada pengambilan adegan untuk Glenn?" "Sepertinya begitu. Giliran Glenn masih beberapa hari lagi. "Lalu mengapa ia datang? Bukankah kita selalu menunggu lama saat jadwal adegan Glenn dimulai karena dia selalu datang terlambat? Apa kau tidak merasa ada yang aneh?" "Entahlah, tetapi aku tetap merasa senang bisa melihat wajahnya yang tampan. Lihatlah penampakan bokong pemenang American Top Model itu! Kedua mataku seolah diberkati, ho-ho-ho." Masih terdengar suara riuh gaduh dari para kru yang sejak tadi berlalu lalang menyiapkan segala sesuatu di lokasi syuting. Bella yang duduk di sebelah Aaron, bahkan bisa mendengar bisikan mereka. Sementara diam-diam Aaron mengamati Bella yang menjadi tidak fokus pada lembaran naskah yang sebelumnya mereka baca bersama. Lelaki itu melihat Bella tercenung dengan tatapan kosong. "Apa kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Aaron secara tiba-tib
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y