Emma tengah menunggu kedatangan Bella di lobi kantor MBE Entertainment ditemani dengan segelas cappucino dan dua slice roti sandwich. Sudah hampir enam puluh menit, tetapi sahabatnya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Emma kemudian berniat untuk mengambil gawai di dalam saku celana agar bisa kembali menghubungi Bella. Namun belum sempat jemari lentiknya mengusap layar benda pipih itu, sosok yang ia tunggu-tunggu sudah berdiri di ambang pintu.
Melambaikan sebelah tangan ke atas, Emma segera memanggil Bella dengan suara sedikit meninggi. Bella yang sedang mengedarkan pandangan pun akhirnya menemukan Emma dan segera berjalan mendekat ke arah gadis imut dengan potongan rambut pendek sebahu itu.
"Duduklah!" pinta Emma seraya menepuk sebelah telapak tangan pada permukaan sofa.
"Mengapa kau masih di sini, Emma? Apakah rapatnya belum dimulai?" tanya Bella sambil mendudukkan bokong di sebelah Emma.
"Belum, manager kita masih membicarakan sesuatu dengan Pak Direktur film ‘My Boss My Love’. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi mungkin sebentar lagi kita akan dipanggil," papar Emma.
Bella mengangguk pelan seraya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Namun tiba-tiba terasa sesuatu yang menempel di depan bibirnya. Itu adalah satu slice sandwich.
"Makanlah dulu! Aku tahu kau pasti belum makan apa pun karena terburu-buru datang ke sini bukan?" ujar Emma dengan sebelah tangan yang masih terulur, menempelkan sandwich di permukaan bibir Bella.
Bella tersenyum tipis kemudian menggigit sandwich yang masih dipegang oleh Emma, "Kau memang yang terbaik, Emma. Aku sangat menyayangimu. Apa kau adalah jelmaan dari Ibu Peri?" kata Bella dengan mengedipkan sebelah mata seraya mengunyah sandwich.
"Hentikan omong kosongmu dan pegang sendiri sandwich-mu! Apa kau masih ingin disuapi seperti bayi?" desis Emma dengan wajah datar seraya memberikan sandwich di tangan Bella.
"Jika disuapi oleh Ibu Peri sepertimu tentu aku akan merasa diberkati, Emma." Bella masih tetap menggoda Emma sambil bergelayut manja di lengan sahabatnya itu. Sementara Emma hanya menanggapi dengan menggelengkan kepala. Namun sudut bibir Emma diam-diam terangkat dan mengulas senyuman kala melihat tingkah Bella. Ya, hubungan persahabatan di antara kedua gadis itu memang begitu dekat.
Beberapa menit kemudian, manager dari agensi yang menaungi Bella dan Emma keluar dari ruang direktur film dan berjalan menuju ke loby. Manager itu bernama Pablo—seorang lelaki dengan dandanan borjuis, rambut klimis, serta memiliki sikap yang gemulai. Pablo memamerkan senyuman cerah pada dua gadis yang kini sedang memakan sandwich. Wajahnya benar-benar sumringah.
"Heyhooo! Kalian tahu apa yang baru saja terjadi?" ucapnya dengan seraut wajah riang dan heboh.
"Tidak!" jawab Bella dan Emma serempak.
Mengibaskan rambut klimisnya, Pablo memasang senyuman satu juta dolar, "Kalian berdua sangat beruntung telah menandatangani kontrak film ini. Bayaran yang akan kalian terima tiba-tiba naik menjadi 60%. Bukankah itu sungguh menakjubkan?" celetuk Pablo dengan menggebu.
"Apa kau sedang bercanda? Bagaimana tiba-tiba bisa terjadi?" tanya Emma tidak percaya sambil menautkan kedua alisnya.
"Itulah yang dinamakan rezeki, Babe. Kita akan mendapatkan keuntungan besar. Oh Tuhan, akhirnya kau mengirimkan dua Dewi untuk menolong agensiku yang hampir bangkrut. Terima kasih banyak, Tuhan." Pablo berbicara sendiri dengan menangkupkan kedua tangannya seolah sedang berdoa dan bersyukur pada Tuhan.
"Sekarang kalian berdua harus segera masuk ke dalam ruang rapat untuk membahas naskah. Mereka semua sudah berkumpul. Cepat dan jangan malas!" ujar Pablo yang kemudian menarik tangan Bella dan Emma secara tiba-tiba.
Setelah sampai di ruang rapat, Bella dan Emma duduk berkumpul bersama pemain yang lainnya di sofa panjang yang melingkar. Semuanya telah berkumpul dan menunggu. Namun tentu tidak dengan satu orang. Yaitu, Glenn Lucas.
Lelaki itu memang biasa seenaknya dan bisa melakukan apa pun yang ia inginkan. Ia tidak ikut bergabung bersama para pemain film lainnya dan justru sedang duduk santai di ruangan privasi yang telah disediakan untuknya.
Pasalnya, tanpa bermain peran sebagai aktor sekali pun, Glenn mampu membeli bahkan menghancurkan sebuah agensi dengan begitu mudah bak menjentikkan jari. Sebab, Glenn merupakan satu-satunya yang akan mewarisi salah satu perusahaan paling moncer di Venesia yaitu LV Company.
Terbukti bahwa pemilik perusahaan itu sebelumnya adalah Old Master Lucas, orang tua Glenn yang berasal dari keluarga aristocrat dengan reputasi tak tercela. Perusahaan itu bergerak di bidang kosmetik dan menjadi merek unggulan para artis dan kaum borjuis. Image seorang Pangeran memang begitu pantas bagi seorang Glenn.
Namun lupakan perihal kekayaan yang dimiliki Glenn! Kembali pada para aktor dan aktris yang tengah memeriksa naskah di ruangan direktur film, Bella tiba-tiba mengernyitkan dahi kala membuka lembaran-lembaran skenario yang ada di tangannya.
"Ehm maaf, bagaimana bisa ada banyak adegan yang tiba-tiba berubah? Sebelum menandatangani kontrak isinya tidak begini?" protes Bella dengan mengangkat sebelah tangannya. Para pemain film yang sebelumnya terfokus menatap lembaran di tangan mereka sontak memusatkan perhatian pada Bella.
Tuan Jhon, seorang pria tambun berkepala botak yang tidak lain adalah direktur film itu hanya berdeham. "Ya, itu semua memang sedikit direvisi," ujarnya singkat.
"Apa? Perubahan naskah tentu harus melalui persetujuan pihak kedua juga bukan?" Bella terlihat tidak terima.
Bagaimana tidak? Berbagai adegan adult romance yang akan dilakukan bersama pemeran utama pria telah ditambahkan dalam sinopsisnya. Padahal, sebelumnya gadis itu bersedia menerima tawaran film dan menanda tangani perjanjian kontrak lantaran tidak ada adegan yang memang tidak disukai olehnya.
Terlebih baru kemarin ia mengalami kejadian tidak terduga bersama Glenn. Lelaki itu mengambil ciuman pertamanya bahkan di hari pertama mereka bertemu. Tentu saja hal itu membuat Bella merasa geram dan begitu membenci Glenn.
"Ck, sebagai aktris pendatang baru, bukankah kau kini sedang bersikap begitu sombong? Asal kau tahu, banyak artis yang lebih cantik dan profesional dibandingkan denganmu yang begitu menginginkan peran ini, Bella. Itu adalah adegan biasa jika kau memang benar-benar seorang aktris profesional. Mengapa kau tiba-tiba berlagak seperti seorang biarawati di hadapanku?" cecar Tuan Jhon dengan wajah merah padam.
Bella melebarkan mata tidak percaya. Ia juga tidak mampu membalas apa yang dikatakan Tuan Jhon karena memang benar adanya. Sebagai seorang aktris ia harus dituntut profesional. Namun yang membuatnya kesal perubahan naskah yang tiba-tiba di saat ia setuju menandatangani karena memang tidak ada adegan adult sebelumnya.
Sementara terdapat seorang gadis cantik dengan rambut pirang yang menatap Bella dengan sinis. Dia adalah Aurora yang sebelumnya juga ikut merayakan terbentuknya kru film di bar kemarin malam.
Aurora yang merupakan seorang aktris senior tentu saja merasa dikalahkan oleh Bella yang hanya pendatang baru dan justru mendapatkan peran utama. Ia tidak habis pikir bagaimana seseorang yang tidak berpengalaman dan tidak profesional seperti Bella mendapatkan peran itu.
"Baiklah, jika begitu … pilihlah aktris yang menurut Anda lebih cantik dan profesional itu untuk menggantikan saya, Tuan. Karena saya akan mengundurkan diri," cetus Bella seraya menatap lekat wajah direktur di hadapannya. Sementara Emma dan pemain lainnya begitu terkejut dengan apa yang dikatakan Bella.
Tuan Jhon yang sejak tadi berdiri dan bersandar di samping mejanya hanya mengembuskan napas pendek dan kasar, "Jika aku bisa aku pasti akan melakukannya dari awal," desisnya tajam dengan tangan terulur menekan tombol di telepon yang ada di atas mejanya.
Tak lama, Pablo datang dengan gerakan gemulai ke arah Tuan Jhon. "Ada apa Anda memanggil saya, Tuan?" tanyanya dengan senyuman pasta gigi.
"Bereskan anak buahmu ini dan bawa dia kembali setelah menyetujui semuanya!"
~~~
Kini Pablo berjalan beriringan bersama Bella di lorong yang sepi. Mereka hendak menuju kafetaria untuk membicarakan semua yang baru saja terjadi di ruang direktur. "Jadi, apa ini ada hubungannya dengan bayaran yang tiba-tiba naik menjadi 60% seperti yang kau bilang tadi? Aku bersedia menandatangani kontrak karena tidak ada adegan yang tidak kusukai sebelumnya, Pablo," tegas Bella sebelum Pablo memulai pembicaraan. Pablo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya tersenyum kering, "Kurasa hanya sedikit adegan yang ditambahkan. Menurutku film tanpa adegan adult juga kurang pas. Bagaikan sayur tanpa garam. Lagipula kau hanya akan berciuman seperti adegan yang ada di dalam film-film pada umumnya. Bukan adegan yang mengharuskanmu telanjang, Bella," cecar Pablo masih dengan berjalan di samping Bella. Bella tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tenggorokannya terasa tercekat, tidak mampu berkata-kata. Tentu saja gadis itu memiliki alasan mengapa ia begitu te
"Excuse me! Berapa totalnya?" Seorang wanita paruh baya melambaikan sebelah tangan di depan wajah Bella yang sedang melamun. Bella terkesiap dan dengan segera mengambil satu persatu barang di atas permukaan meja kasir berupa mie instan, soda, gula, dan yang lainnya untuk didekatkan pada barcode scanner. "Maafkan aku. Semua totalnya US$ 9, Nyonya Kelly." Ya, Bella memang mengenal sosok wanita paruh baya bernama Nyonya Kelly yang kini ada di hadapannya. Sebab, wanita dengan rambut putih penuh uban dan selalu digulung rapi itu sering datang ke minimarket tempat saat ini Bella berjaga. Suasana musim dingin di Veneto, Venesia saat ini membuat alam bawah sadar Bella terasa nyaman untuk mengelana. Meskipun telah terpasang penghangat ruangan di dalam minimarket, tetapi membaringkan tubuh di kasur dengan lilitan selimut tebal tentu saja terasa lebih menyenangkan bagi Bella. Terlebih, seharian ini Bella telah berada di MB
Sekitar satu tahun yang lalu di Veneto, Venesia. Musim semi membuat bunga-bunga tulip bermekaran dengan menawan. Bahkan, tidak sedikit penduduk yang sudah menyiapkan bunga tulip untuk dipamerkan di festival bunga pekan depan. Tentu saja, musim semi terasa membahagiakan bagi sebagian penduduk. Begitu juga dengan beberapa gadis yang kini juga sedang berbahagia dan berada di Teatro Ala Scalaa. Sebentar lagi akan ada pementasan pertunjukan drama teater mereka untuk pertama kalinya. Kini mereka tengah sibuk berdandan di ruang make up dan tentu saja salah satu dari mereka adalah Bella Marlene. "Bukankah gaun pelayan yang kita kenakan saat ini cukup unik, Emma?" ujar Bella seraya melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Gadis itu sedang mengenakan gaun panjang mengembang yang biasa dikenakan oleh para pelayan di Eropa abad pertengahan. "Ck, kau memang cocok mengenakannya, Bella. Tapi lihatlah bagian bawah gaun ini terlalu panjang untukku!"
Ini adalah saatnya. Hari pertama Bella melakukan syuting film 'My Boss My Love'. Para kru sedang berlalu lalang dan menyiapkan segala keperluan di lokasi syuting. Untuk scene awal akan diambil di dalam sebuah kamar hotel mewah. Pemeran utama wanita akan memergoki kekasihnya yang tengah berselingkuh dan memadu kasih bersama perempuan lain. "Apa kau mau minum coffee?" Aaron membawa dua cup coffee dan berdiri di samping Bella yang sedang duduk mempelajari naskah. "Terima kasih banyak, Aaron," jawab Bella seraya tersenyum tipis dan menerima satu cup coffee dari Aaron. "Apa aku boleh duduk di sebelahmu?" "Tentu saja, silakan!" Bella tersenyum ramah seraya sedikit menggeser bokong. "Apa kau sedang mempelajari naskahmu?" Aaron berbasa-basi untuk mencairkan suasana. "Ya, sebentar lagi giliranku syuting bersama Black dan Mona. Apa kau sudah mempelajari naskahmu? Kita akan berakting bersama s
"Hei, bukankah hari ini masih belum ada pengambilan adegan untuk Glenn?" "Sepertinya begitu. Giliran Glenn masih beberapa hari lagi. "Lalu mengapa ia datang? Bukankah kita selalu menunggu lama saat jadwal adegan Glenn dimulai karena dia selalu datang terlambat? Apa kau tidak merasa ada yang aneh?" "Entahlah, tetapi aku tetap merasa senang bisa melihat wajahnya yang tampan. Lihatlah penampakan bokong pemenang American Top Model itu! Kedua mataku seolah diberkati, ho-ho-ho." Masih terdengar suara riuh gaduh dari para kru yang sejak tadi berlalu lalang menyiapkan segala sesuatu di lokasi syuting. Bella yang duduk di sebelah Aaron, bahkan bisa mendengar bisikan mereka. Sementara diam-diam Aaron mengamati Bella yang menjadi tidak fokus pada lembaran naskah yang sebelumnya mereka baca bersama. Lelaki itu melihat Bella tercenung dengan tatapan kosong. "Apa kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Aaron secara tiba-tib
Lagi dan lagi kalimat mengejutkan keluar dari mulut Glenn dengan begitu santainya. Para kru dan artis lainnya sontak terkejut dengan ide yang mereka yakini tidak mungkin keluar dari mulut Glenn. Pasalnya, untuk sekadar berciuman, hanya di film ini Glenn bersedia melakukannya. Bagaimana mungkin kali ini ia ingin menambahkan adegan adult yang lainnya? Bella yang juga mendengar cetusan Glenn sontak terbelalak dan seketika menatap tajam lelaki tampan yang duduk di sebelah sutradara itu. Sementara sosok lelaki yang memberikan cetusan gila itu justru tersenyum culas serta memiringkan sedikit kepala melihat Bella. Senyuman jahat, tetapi memikat semakin terkembang saat ekspresi Bella berubah menjadi penuh keterkejutan. Kembali hidup Bella terporak porandakan oleh seorang Glenn Lucas. ~~~ Tuan Jhon seorang pria paruh baya dengan tubuh tambun berkepala botak tengah berada di dalam ruang kantornya. Pria itu merupakan direktur film 'My Boss My Love'. Namun kini
Sayup-sayup terdengar suara keributan yang memekakkan telinga. Berbagai macam jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang terdengar begitu mengerikan. Seorang gadis cantik membuka kelopak mata dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah kereta kuda abad pertengahan. Layaknya Cinderella, gadis itu keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca. Namun kini bukanlah pemandangan indah berupa istana sang Pangeran, seperti Cinderella yang akan berdansa hingga jam dua belas malam. Hal mengerikan justru ada di depan mata, yaitu para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Gadis itu melihat sosok pria yang tidak ia kenal berdiri di antara mayat para pengawal dan pelayannya dengan pedang yang masih mengucurkan darah segar. Netra mereka berdua bertemu. Pupil mata gadis itu sontak bergetar melihat tatapan mengerikan dari pria itu. Di detik berikutnya, pria itu menghampiri sang gadis. Gelenyar ketakutan semakin menyerang kala gadis itu men
Emma berdiri di ambang pintu ruangan dengan penampilan acakadul. Itu semua terjadi lantaran Emma berusaha menerobos dan bertarung dengan pengawal Glenn yang menjaga di depan pintu ruangan di mana Bella berada. Sementara sosok aktor papan atas itu sendiri sudah melenggang pergi terlebih dahulu meninggalkan ruangan Bella. "Apa kau tidak apa?" Emma berlari menghampiri Bella dengan rambut pendek yang berantakan dan baju kusut tidak karuhan. Bella seketika merengkuh tubuh Emma, "Aku takut." Kalimat singkat yang keluar dari mulut Bella. "Ya, aku tahu. Aku melihat tanganmu gemetar dan wajahmu yang pucat saat Aaron mulai mendekatimu." Bella menghela napas panjang, "Ya, itu selalu terjadi dan sebab itulah aku selalu menghindari pria. Tapi mengapa kau lama sekali? Apa mereka menyakitimu?" Bella melepas pelukannya dengan alis mata menukik menatap Emma. "Tidak, aku justru menoyor dan menjambak rambut mereka, tetapi mereka tetap tidak membiarkanku masuk. A
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y