Randy terdiam memikirkan apa yang sudah terjadi padanya. Dia sudah memutuskan untuk mendiri tanpa bantuan dari ibunya. Sekarang dia sudah paham dengan apa yang sudah terjadi.
"Aku akan paham jika memang sudah jadi yang terbaik." Randy mulai tinggal di rumah yang memang bisa dibilang sederhana. Dia melakukan ini demi memperjuangkan cintanya terhadap Windi. Randy mengambil ponselnya dan melihat ada pesan dari Windi yang meminta dia untuk bertemu. Tentu saja dia akan mengabulkan permintaannya. "Aku akan segera ke sana Windi." "Aku tunggu."Akhirnya Randy memutuskan untuk naik taksi dan dia memutuskan untuk bertemu dengan kekasihnya itu. Dia yakin dengan begini akan jadi lebih baik. Hingga tak berapa lama dia sudah berada di tempat yang memang dia ada dan entah kenapa dia bisa tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Randy kini sudah berada di depan rumah Windi dan dia mengetuk pintu rumah itu denganRandy memohon kepada Windy yang memang ingin membatalkan semuanya. Wanita itu tidak mau menikah secara sederhana. Apalagi sekarang Randy sudah tidak punya apapun juga."Aku tidak mau menikah dengan kamu!" Windy berkata dengan ketus ketika dia yang tau kalau Randy sudah jatuh miskin."Jangan harap kamu bisa menikah dengan anakku ketika kamu yang sudah jatuh miskin. Kamu pikir aku mau menikahkan anakku denganmu setelah kamu yang sudah tidak bisa menyuntikan dana untuk perusahaanku lagi," usir Mulani para Randy."Oh jadi selama ini Tante mau menikahkan Windy denganku hanya karena untuk suntikan dana ke perusahaan Tante saja?" marah Randy yang tidak terima atas senuanya.Dia sudah tau sekarang jika memang ibunya Windy hanya memanfaatkannya saja. Beruntung dia tidak jadi menikah dengan Windy."Kalau Iya kenapa hah? Kamu sudah tidak berguna lagi! Lebih baik sekarang kamu pergi dari ini!" usir Mulani pada Randy.
Virna berulang kali mencobanya dan entah kenapa dia sedikit takut untuk melihat hasilnya nanti. Semoga saja apa yang dia takutkan itu tidak benar. Pokonya dia akan membuktikan semuanya sendiri nanti. Dia bahkan tidak menyadari apa yang sudah terjadi dengan dirinya sekarang. Dia akan membuktikan semuanya sendiri nantinya. "Gak mungkin, aku pasti salah lihat." Virna menggelngkan kepalanya ketika dia yang membaca pesan ini dan entah kenapa dia sekarang malah merasa kesal. Dia tidak tau kenapa semuanya malah jadi ribet. "Kenapa harus garis dua." Virna harus menerima kenyataan sekarang, kenapa dia sampai ceroboh seperti ini. Sekarang dia harus melakukan apa? Randy pasti akan menikah dengan Windy dan pria itu juga tidak mungkin akan bertangung jawab pada dirinya. Sekarang dia yang malah merasa kesal sendiri jika sudah seperti ini. "Aku jadi kesal sendiri." Dia hanya bergumam dengan pelan dan tidak tau te
Virna berjalan menuju tempat di mana Tyas berada saat ini. Dia akan meminta izin untuk berhenti bekerja di tempat ini. Apalagi kedoknya sudah ketahuan oleh Gustav. Selama ini Virna yang sudah salah menuduh keluarga ini yang sudah membunuh ayahnya. Tapi ternyata bukan mereka. "Permisi Nyonya." Virna berbicara dengan sopan pada Tyas yang memang tidak jauh dari tempatnya berada. Semoga saja dia punya titik terang yang baik dan sekarang dia bisa menyelesaikan semuanya. "Iya, ada apa Virna?" tanya Tyas ketika melihat ada Virna datang padanya. Dia sendiri merasa heran dengan kehadiran Virna yang datang menghampiri dirinya. "Saya ingin meminta izin untuk berhenti berkerja di rumah ini." Tyas menatap Virna dengan pandangan yang sulit sekali untuk diartikan. Dia tersenyum dengan tipis lalu melihat ada sesuatu yang aneh. "Apa kamu keluar dari ini karena sudah tidak ada Randy lagi di sini?" Virna terd
Randy benar-benar kesal dengan Windi yang memang tidak memilih dirinya. Sekarang dia sudah sadar kalau memang Windy bukanlah wanita yang baik yang seperti dia kira. Randy bertekad akan meminta maaf kepada orangtuanya atas apa yang sudah dia lakukan. Dia berjalan menuju kearah rumah yang sejak kecil dia singgahi. "Untuk apa kamu datang ke sini lagi hah?" "Aku minta maaf Pah, mah, ternyata benar apa yang kalian katakan kalau memang Windi itu hanya ingin hartaku saja." Randy mengatakan itu setelah dia dicampakkan. Tyas yang mendengar itu malah tersenyum dengan menang, akhirnya anaknya akan sadar atas apa yang sudah terjadi sekarang. Dia sedikit merasa lebih lega. "Apa sekarang kamu sudah sadar kalau memang Windy itu bukan wanita yang baik untuk kamu," ketus Tyas. "Iya mah. Aku sudah sadar sekarang. Wanita itu hanya menginginkan hartaku saja." Randy menundukkan kepalanya menyesali. Apa yang sudah terja
Virna menemui Omawa dan dia ingin menceritakan semuanya pada pria itu. Dia sadar atas apa yang sudah terjadi sekarang ini. "Paman." Virna menghampiri Omawa yang tengah duduk santai di rumahnya. Dia melihat kearah pria itu dengan pandangan serius. "Duduk Virna." "Iya Paman." Omawa melihat Virna yang kini tengah duduk tenang, lalu pandangan matanya melihat kearah Virna yang sedikit terlihat pucat. "Katakan apa yang sudah terjadi sebenarnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna dengan pandangan seriusnya. "Jadi begini Paman, aku datang ke sini karena aku sudah menyerah untuk bekerja sebagai maid. Lagian Paman Gustav juga sudah mengetahui kalau itu adalah aku. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya dengan hal lain." Virna mengatakan itu pada Omawa. "Apa rencana mu selanjutnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna. "Aku belum tau pasti tentang hal itu. Tapi aku merasa yakin kalau Pam
Randy sarapan bersama dengan keluarganya. Entah kenapa dia malah terus saja memperhatikan para maid yang ada di sini. Tyas melihat kearah anaknya dan tersenyum. Sebenarnya Tyas tau apa yang saat ini sedang dicari oleh Randy. Tapi dia tidak akan mengatakan semuanya sebelum Randy yang akan bertanya sendiri. "Papah perhatian kamu malah melihat kearah para maid,. Apa apa sebenarnya Randy?" tanya Gustav pada anaknya. Randy jadi merasa malu ketika menanyakan sendiri yang menanyakan itu. Dia terlalu gengsi untuk menanyakan tentang Virna. "Tidak juga." Randy yang salah tingkah langsung menyuapkan nasi pada piringnya. Dia merasa ada sesuatu yang membuat dia malah merasa jadi aneh. "Kamu yakin?" tanya Tyas yang menggoda anaknya. "Jika kamu ingin bertanya tentang Virna, wanita itu sudah tidak lagi bekerja di sini." Gustav mengatakan itu pada Randy. Uhuk.. Randy hampir saja tersedak
Virna sudah mulai bekerja di perusahaannya. Omawa yang sudah memperkenalkan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. Banyak yang pro kontrak ketika dia yang menjadi pemimpin perusahaan."Apa kamu yakin wanita itu bisa memimpin perusahaan sebesar ini?" tanya seorang wanita."Aku sih tidak yakin. Kinerjanya pastj buruk. Masih bagus Pak Omawa.""Iya benar sekali."Virna masih mendengar percapakan orang yang merendahkan dirinya. Dia sebenarnya merasa kesal tapi dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Sudah jangan dengarkan apa yang mereka katakan."Omawa mengatakan itu lalu dia merangkul Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya bekerja saat ini. Dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Iya Paman.""Sekarang lebih baik kamu masuk ke dalam ruangan perusahaan kamu."Omawa mengatakan itu lalu dia menuntun Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya akan bekerja di tempat ini.&nbs
Randy sedang berada di kantornya, dia teringat dengan misinya kalau dia harus melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan yang dikatakan oleh Papahnya."Dodi!"Panggil Randy pada seorang sekerarang menjadi sekertaris dirinya. Dia memanggil pria itu untuk melakukan kerjasama."Iya Pak Randy," ucap orang tersebut dengan sopan."Aku ingin kamu mengatur kerjasama dengan Perusahaan Wijaya sekarang. Atur semua pertemuanku dengan pemilik perusahaan itu."Randy mengatakan itu dengan tagas. Dia akan melakukan hal yang terbaik untuk dirinya. Apalagi demi papahnya agar tidak marah lagi padanya. Soal mendekati anak pemilik Perusahaan Wijaya nanti, dia yang akan mengurusnya sendiri."Baik Pak Randy."Randy tersenyum tipis, sampai pada akhirnya ponselnya berdering tanda ada orang yang memang memanggil dirinya. Semua yang dia lakukan maka, akan jadi lebih baik."Hallo!""Siang Pak Randy, saya hanya ingin memberik
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
"Sekarang kamu sudah percaya padaku bukan?" jelas Randy sambil melirik kearah Virna. "Terimakasih banyak atas bukti ini." Virna hanya mengucapakan terimakasih saja pada Randy. Dia sama sekali tidak menyangka atas semuanya. Orang yang selama ini dia percaya ternyata sudah menghianatinya. "Apa sekarang kamu percaya padaku?" tanya Randy pada Virna. Virna melirik kearah Randy dengan sekilas lalu dia menganggukkan kepalanya. Dia percaya pada Randy yang sudah beruat baik padanya. "Tapi tetap saja kamu adalah pria berengsek di mataku!" ketus Virna ketika dia yang mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Randy ketika dirinya menjadi maid dulu. "Haha kalau itu memang benar adanya. Aku memang pria berengsek. Tapi aku berani mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi, termasuk dengan menikahimu," bisik Randy membuat Virna membulatkan matanya. Apa pria yang ada dihadapannya itu serius? Atau hanya bualan saja. Virna menggelengkan kepalanya, Randy pasti hanya ingin bermain-main saja
"Kamu senang kan Randy, melihat aku yang seperti ini?" maki Virna dengan kesal menatap kearah Randy. Randy menggelengkan kepalanya, selama ini Virna selalu salah paham dengan dirinya terus. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kalau Virna memang dikendalikan dulu oleh pamannya. "Kamu salah jika berpikir seperti itu Virna. Aku tulus padamu.""Terserah aku tidak peduli.""Kamu tinggal di apartemen ku untuk sementara bersama dengan Bi Inah." Randy mengatakan itu karena merasa kasian dengan Virna. Apalagi saat ini Virna sedang hamil anaknya juga. Randy tidak akan lari dari tanggung jawab nya. Apalagi ibunya sendiri yang memintanya untuk hal ini. "Aku tidak mau!" tolak Virna dengan mentah. Dia bisa punya tempat tinggal sendiri. Virna tau kalau semuanya akan jadi lebih baik. Virna tau kalau urusan ini pasti bisa dia selesaikan dengan baik. "Aku tidak terima penolakan Virna. Menurutlah padaku dan tinggal bersama denganku," mohon Randy mencoba untuk membujuk Virna. "Tidak!" Randy me
"Paman Omawa."Virna memanggil pamannya karena dia merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. menurutnya ini sedikit janggal. Ada hal yang aneh ketika Pamannya tidak membela dirinya tadi."Kenapa Virna?" tanya Omawa ketika melihat kearah Virna."Paman tidak membalaku tadi." "Untuk apa? bukannya sudah jelas. Kamu sudah tidak punya hak di perusahaan ini lagi, semua karyawan yang ada di sini juga sudah menganggap kinerjamu sangat buruk.""Apa maksud paman? aku ini keponakanmu paman?" protes Virna."Hahaha tapi sekarang tidak lagi, kamu sudah tidak punya apapun juga sekarang. untuk apa aku membelamu." jleb...Rasanya sakit ketika pamannya sendiri yang dia percaya malah membuang dirinya, sekarang dia bisa melihat kerakter dari pamannya yang memang licik. "Aku tidak menyangka ternyata paman sangat licik," ujar Virna memaki pamannya sendiri."Terserah." Virna lantas pergi dari tempat ini karena rasa kecewanya, dia bahkan tidak menyangka dengan sikap pamannya. Virna diam seje
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi