Randy sedang berada di kantornya, dia teringat dengan misinya kalau dia harus melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan yang dikatakan oleh Papahnya.
"Dodi!"
Panggil Randy pada seorang sekerarang menjadi sekertaris dirinya. Dia memanggil pria itu untuk melakukan kerjasama.
"Iya Pak Randy," ucap orang tersebut dengan sopan.
"Aku ingin kamu mengatur kerjasama dengan Perusahaan Wijaya sekarang. Atur semua pertemuanku dengan pemilik perusahaan itu."
Randy mengatakan itu dengan tagas. Dia akan melakukan hal yang terbaik untuk dirinya. Apalagi demi papahnya agar tidak marah lagi padanya. Soal mendekati anak pemilik Perusahaan Wijaya nanti, dia yang akan mengurusnya sendiri.
"Baik Pak Randy."
Randy tersenyum tipis, sampai pada akhirnya ponselnya berdering tanda ada orang yang memang memanggil dirinya. Semua yang dia lakukan maka, akan jadi lebih baik.
"Hallo!"
"Siang Pak Randy, saya hanya ingin memberik
Virna tersenyum ketika melihat dukumen kerjasama dengan Perusahaan Gustav. Sekaligus dia ingin mengetahui tentang kerjasama dulu yang secara tiba-tiba dibatalkan. Dia yakin kalau ada sesuatu yang aneh.Virna belum berdiskusi dengan pemannya tentang kerjasama ini. Lagian Virna yakin kalau Paman Omawa juga pasti akan setuju dengan keputusan yang dia ambil ini."Permisi Bu Virna, mereka sudah ada di depan."Virna tersenyum, pasti yang akan datang menemui dirinya adalah Paman Gustav, dia ingin melakukan hal yang baik untuk dirinya sendiri."Suruh mereka masuk ke sini saja!""Baik Bu Virna."Virna melihat sekertarisnya itu keluar untuk memanggil tamu. Virna sudah tidak sabar ingin menyambut mereka sekarang."Selamat da..." ucapan Virna tiba-tiba terhenti ketika melihat siapa orang yang masuk ke dalam ruangan ini, dia kira Paman Gustav yang akan datang ke sini, tapi dia salah ketika mengetahui kalau orang yang ada di
"Aku hanya bertanya saja Randy."Virna mengatakan itu dan Randy tersenyum manis."Ini kamu memanggilku tanpa ada embel-embel Tuan Muda lagi?" goda Randy.Virna yang digoda seperti itu langsung bersidekap dengan sangkuh. "Karena aku sudah bukan maid mu lagi."Randy malah merasa gemas dengan Virna yang menurut dia baik. Semua yang dia lakukan memang benar adanya."Kamu benar Virna. Apa kamu keluar karena aku keluar dari rumah?" tanya Randy.Virna terdiam, seketika dia jadi teringat dengan alasan yang sebenarnya dia keluar dari perusahaan ini. Dia langsung repleks memegangi perutnya. Mengingat Randy yang pasti sudah menikah dengan Windy malah membuat dadanya merasa sesak."Aku punya alasan lain kenapa aku keluar dari rumahmu!" ketus Virna."Yah tentu saja. Alasannya karena kamu akan menjadi seorang CEO di perusahaan ini bukan? Lalu untuk apa kamu menyamar jadi maid di rumahku hah!" ucap Randy ya
Virna menemui seseorang, dia hanya ingin memastikan data yang baru saja dia lihat sekarang. Entah kenapa dia merasa penasaran dengan masa lalu ayahnya."Desi bisa kau ceritakan tentang ini?"Desi adalah wanita berumur 45 tahun, wanita itu yang dulu bekerja sebagai sekertais ayahnya. Virna akan menyelidiki alasan kenapa perusahaan ayahnya waktu itu sempet bangkrut. Mungkin saja ini juga ada hubungannya dengan kematian ayahnya."Ini adalah perusahaan yang ikut bangkrut juga. Perusahaan ini sempat mendapatkan suntikan dana dari ayah anda. Mungkin karena mereka bisa dibilang pernah dekat," jelas Desi membuat Virna merasa aneh."Pernah dekat bagaimana maksud kamu?" tanya Virna yang belum juga paham."Aku gak bisa menceritakan semuanya padamu Virna. Karena ini memang bersifat privasi."Virna dibuat penasaran, "aku mohon.""Maaf Virna," ujar Desi."Apa perusahaan itu masih ada?" tanya Virna penasara
Omawa datang menemui Virna setelah mengetahui kalau perusahaan yang keluarga Wijaya ini malah bekerjasama dengan Perusahaan Gustav Stevanus."Kenapa kamu malah melakukan kerjasama dengan perusahaan itu hah!"Omawa terlihat marah sambil melihat kearah Virna. Dia baru pertama kalinya melihat pamannya begitu marah besar. Memangnya ada apa dengan semuanya ini."Duduk dulu paman, kita bebicara secara dingin."Virna mengatakan itu agar membuat pamannya bisa tenang. Lagian dia punya cara lain untuk menyelidiki semuanya."Bagimana bisa aku tenang? Gustav itu adalah musuh kita Virna! Kamu harus tau tentang hal itu.""Tapi aku melihat kalau Paman Gustav baik selama ini."Omawa menatap Virna dengan tajam. "kamu hanya melihat luarnya saja. Oh aku tau kenapa kamu bekerjasama dengan perusahaan itu, kamu suka dengan anaknya?"Virna terdiam ketika pamannya bertanya seperti itu padanya. Apa dia mempunyai perasaan dengan
Virna melihat alamat yang ada di tangannya, dia hanya ingin menastikan kalau alamat yang diberikan oleh Pamannya memang benar.Virna harus bertemu dengan Mulani karena wanita itu pasti tau semuanya. Atau mungkin wanita itu yang sudah menbuat ayahnya bangkrut.Virna melihat pada kaca spion mobilnya ketika merasa sedang diikuti oleh seseorang."Dia tidak pernah puas untuk terus saja mengangguku."Virna sedikit merasa kesal setelah tau kalau hal ini akan terjadi padanya. Entah kenapa dia malah ingin melakukan hal yang baik.Virna mengencanngkan laju mobilnya karena kesal. Rupanya Randy malah mengikutinya dari belakang."Untuk apa kamu mengikutiku hah!"Virna mengatakan itu ketika kaca mobilnya sengaja dia buka karena memang ingin berbicara dengan Randy."Kamu sendiri tidak mau aku antar bukan! Jadi jangan salahkan aku jika aku mengikutimu."Randy mengatakan itu dengan santai dan tanpa beban apa
"Virna tunggu!"Randy menganggil Virna ketika wanita itu keluar dari rumah milik Windy. Randy hanya ingin meminta penjelasan dari wsnita itu saja.Walaupun dia sempat mendengarkan perkataannya hanya sedikit saja tapi, Randy mau Virna yang menjelaskan semua masalahnya.Randy jadi yakin kalau ini yang dimaksud oleh Papahnya untuk menjaga Virna. Wanita itu mempunyai hubungan dengan Mulani ibunya Windy."Kamu mengikutiku?" Kesal Virna ketika dia melihat Randy juga datang ke tempat ini."Bukannya sudah aku bilang kalau aku akan mengikuti kamu kemanapun kamu pergi," ujar Randy tersenyum dengan santai."Bodo amat!"Virna terlihat acuh dan dia langsung berjalan menuju ke dalam mobilnya. Dia hanya ingin melakukan sesuatu yang baik untuk dirinya saja."Kita harus bicara Virna!"Randy mengajar Virna sampai ke dalam mobilnya. Tapi Virna memang terlihat enggan untuk berbicara dengan Randy. Dia lang
Virna sudah sampai di kediaman rumah yang memang dia tempati. Dia melihat kearah kaca spion mobilnya dan melihat masih ada Randy yang mengikutinya."Pria itu tidak punya kerjaan selain menguntitnya."Randy mengatakan itu karena memang dia merasa kesal. Dia tidak tau harus berkata apalagi setelah ini. Pria itu yang sudah membuat dia malu.Virna turun dari mobilnya dan dia berusaha untuk mengabaikan Randy. Dia berjalan dengan begitu saja dan Randy malah terus saja menghalanginya."Aku akan tetap mengikutimu sampai kamu mau berbicara denganku!"Virna membulatkan matanya dengan kesal, kenapa juga wanita itu malah jadi seperti ini."Aku cape! Kenapa kamu malah terus saja menghalangiku!"Randy benar-benar sudah dibuat kesal. Dia tidak bisa melakukan apapun juga sekarang ini. Dia tidak paham dengan apa yang sudah terjadi saat ini."Aku tidak akan pergi!"Virna berpikir sejenak, Randy orang ya
"Kenapa Virna?"Virna melihat kearah jam tangannya. Dia harus menghindar dari pertanyaan Randy barusan."Waktunya sudah habis! Terimakasih atas informasinya Pak Randy. Anda boleh keluar dari rumah saya!"Virna kembali dengan bahasa formalnya ketika Randy yang malah mencecarnya dengan banyak pertanyaan yang menyudutkan dirinya."Kamu belum menjawab pertanyaanku.""Keluar, atau saya akan panggilkan satpam!""Okeh aku keluar, plis jangan berbicara formal ketika kita hanya berdua seperti ini saja," pinta Randy."Keluar!"Virna malah berteriak, Randy yang melihat itu malah merasa tidak tega dengan Virna dan akhirnya dia sendiri yang memilih untuk mengalah keluar dari rumah milik Virna."Okeh baiklah jika itu yang kamu mau. Aku akan keluar dari rumahmu."Randy tidak punya pilihan lain dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah Virna. Dia hanya memastikan saja kalau saat ini Virna dalam ke
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
"Sekarang kamu sudah percaya padaku bukan?" jelas Randy sambil melirik kearah Virna. "Terimakasih banyak atas bukti ini." Virna hanya mengucapakan terimakasih saja pada Randy. Dia sama sekali tidak menyangka atas semuanya. Orang yang selama ini dia percaya ternyata sudah menghianatinya. "Apa sekarang kamu percaya padaku?" tanya Randy pada Virna. Virna melirik kearah Randy dengan sekilas lalu dia menganggukkan kepalanya. Dia percaya pada Randy yang sudah beruat baik padanya. "Tapi tetap saja kamu adalah pria berengsek di mataku!" ketus Virna ketika dia yang mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Randy ketika dirinya menjadi maid dulu. "Haha kalau itu memang benar adanya. Aku memang pria berengsek. Tapi aku berani mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi, termasuk dengan menikahimu," bisik Randy membuat Virna membulatkan matanya. Apa pria yang ada dihadapannya itu serius? Atau hanya bualan saja. Virna menggelengkan kepalanya, Randy pasti hanya ingin bermain-main saja
"Kamu senang kan Randy, melihat aku yang seperti ini?" maki Virna dengan kesal menatap kearah Randy. Randy menggelengkan kepalanya, selama ini Virna selalu salah paham dengan dirinya terus. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kalau Virna memang dikendalikan dulu oleh pamannya. "Kamu salah jika berpikir seperti itu Virna. Aku tulus padamu.""Terserah aku tidak peduli.""Kamu tinggal di apartemen ku untuk sementara bersama dengan Bi Inah." Randy mengatakan itu karena merasa kasian dengan Virna. Apalagi saat ini Virna sedang hamil anaknya juga. Randy tidak akan lari dari tanggung jawab nya. Apalagi ibunya sendiri yang memintanya untuk hal ini. "Aku tidak mau!" tolak Virna dengan mentah. Dia bisa punya tempat tinggal sendiri. Virna tau kalau semuanya akan jadi lebih baik. Virna tau kalau urusan ini pasti bisa dia selesaikan dengan baik. "Aku tidak terima penolakan Virna. Menurutlah padaku dan tinggal bersama denganku," mohon Randy mencoba untuk membujuk Virna. "Tidak!" Randy me
"Paman Omawa."Virna memanggil pamannya karena dia merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. menurutnya ini sedikit janggal. Ada hal yang aneh ketika Pamannya tidak membela dirinya tadi."Kenapa Virna?" tanya Omawa ketika melihat kearah Virna."Paman tidak membalaku tadi." "Untuk apa? bukannya sudah jelas. Kamu sudah tidak punya hak di perusahaan ini lagi, semua karyawan yang ada di sini juga sudah menganggap kinerjamu sangat buruk.""Apa maksud paman? aku ini keponakanmu paman?" protes Virna."Hahaha tapi sekarang tidak lagi, kamu sudah tidak punya apapun juga sekarang. untuk apa aku membelamu." jleb...Rasanya sakit ketika pamannya sendiri yang dia percaya malah membuang dirinya, sekarang dia bisa melihat kerakter dari pamannya yang memang licik. "Aku tidak menyangka ternyata paman sangat licik," ujar Virna memaki pamannya sendiri."Terserah." Virna lantas pergi dari tempat ini karena rasa kecewanya, dia bahkan tidak menyangka dengan sikap pamannya. Virna diam seje
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi