Virna berjalan menuju tempat di mana Tyas berada saat ini. Dia akan meminta izin untuk berhenti bekerja di tempat ini. Apalagi kedoknya sudah ketahuan oleh Gustav.
Selama ini Virna yang sudah salah menuduh keluarga ini yang sudah membunuh ayahnya. Tapi ternyata bukan mereka.
"Permisi Nyonya."
Virna berbicara dengan sopan pada Tyas yang memang tidak jauh dari tempatnya berada. Semoga saja dia punya titik terang yang baik dan sekarang dia bisa menyelesaikan semuanya.
"Iya, ada apa Virna?" tanya Tyas ketika melihat ada Virna datang padanya. Dia sendiri merasa heran dengan kehadiran Virna yang datang menghampiri dirinya.
"Saya ingin meminta izin untuk berhenti berkerja di rumah ini."
Tyas menatap Virna dengan pandangan yang sulit sekali untuk diartikan. Dia tersenyum dengan tipis lalu melihat ada sesuatu yang aneh.
"Apa kamu keluar dari ini karena sudah tidak ada Randy lagi di sini?"
Virna terd
Randy benar-benar kesal dengan Windi yang memang tidak memilih dirinya. Sekarang dia sudah sadar kalau memang Windy bukanlah wanita yang baik yang seperti dia kira. Randy bertekad akan meminta maaf kepada orangtuanya atas apa yang sudah dia lakukan. Dia berjalan menuju kearah rumah yang sejak kecil dia singgahi. "Untuk apa kamu datang ke sini lagi hah?" "Aku minta maaf Pah, mah, ternyata benar apa yang kalian katakan kalau memang Windi itu hanya ingin hartaku saja." Randy mengatakan itu setelah dia dicampakkan. Tyas yang mendengar itu malah tersenyum dengan menang, akhirnya anaknya akan sadar atas apa yang sudah terjadi sekarang. Dia sedikit merasa lebih lega. "Apa sekarang kamu sudah sadar kalau memang Windy itu bukan wanita yang baik untuk kamu," ketus Tyas. "Iya mah. Aku sudah sadar sekarang. Wanita itu hanya menginginkan hartaku saja." Randy menundukkan kepalanya menyesali. Apa yang sudah terja
Virna menemui Omawa dan dia ingin menceritakan semuanya pada pria itu. Dia sadar atas apa yang sudah terjadi sekarang ini. "Paman." Virna menghampiri Omawa yang tengah duduk santai di rumahnya. Dia melihat kearah pria itu dengan pandangan serius. "Duduk Virna." "Iya Paman." Omawa melihat Virna yang kini tengah duduk tenang, lalu pandangan matanya melihat kearah Virna yang sedikit terlihat pucat. "Katakan apa yang sudah terjadi sebenarnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna dengan pandangan seriusnya. "Jadi begini Paman, aku datang ke sini karena aku sudah menyerah untuk bekerja sebagai maid. Lagian Paman Gustav juga sudah mengetahui kalau itu adalah aku. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya dengan hal lain." Virna mengatakan itu pada Omawa. "Apa rencana mu selanjutnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna. "Aku belum tau pasti tentang hal itu. Tapi aku merasa yakin kalau Pam
Randy sarapan bersama dengan keluarganya. Entah kenapa dia malah terus saja memperhatikan para maid yang ada di sini. Tyas melihat kearah anaknya dan tersenyum. Sebenarnya Tyas tau apa yang saat ini sedang dicari oleh Randy. Tapi dia tidak akan mengatakan semuanya sebelum Randy yang akan bertanya sendiri. "Papah perhatian kamu malah melihat kearah para maid,. Apa apa sebenarnya Randy?" tanya Gustav pada anaknya. Randy jadi merasa malu ketika menanyakan sendiri yang menanyakan itu. Dia terlalu gengsi untuk menanyakan tentang Virna. "Tidak juga." Randy yang salah tingkah langsung menyuapkan nasi pada piringnya. Dia merasa ada sesuatu yang membuat dia malah merasa jadi aneh. "Kamu yakin?" tanya Tyas yang menggoda anaknya. "Jika kamu ingin bertanya tentang Virna, wanita itu sudah tidak lagi bekerja di sini." Gustav mengatakan itu pada Randy. Uhuk.. Randy hampir saja tersedak
Virna sudah mulai bekerja di perusahaannya. Omawa yang sudah memperkenalkan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. Banyak yang pro kontrak ketika dia yang menjadi pemimpin perusahaan."Apa kamu yakin wanita itu bisa memimpin perusahaan sebesar ini?" tanya seorang wanita."Aku sih tidak yakin. Kinerjanya pastj buruk. Masih bagus Pak Omawa.""Iya benar sekali."Virna masih mendengar percapakan orang yang merendahkan dirinya. Dia sebenarnya merasa kesal tapi dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Sudah jangan dengarkan apa yang mereka katakan."Omawa mengatakan itu lalu dia merangkul Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya bekerja saat ini. Dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Iya Paman.""Sekarang lebih baik kamu masuk ke dalam ruangan perusahaan kamu."Omawa mengatakan itu lalu dia menuntun Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya akan bekerja di tempat ini.&nbs
Randy sedang berada di kantornya, dia teringat dengan misinya kalau dia harus melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan yang dikatakan oleh Papahnya."Dodi!"Panggil Randy pada seorang sekerarang menjadi sekertaris dirinya. Dia memanggil pria itu untuk melakukan kerjasama."Iya Pak Randy," ucap orang tersebut dengan sopan."Aku ingin kamu mengatur kerjasama dengan Perusahaan Wijaya sekarang. Atur semua pertemuanku dengan pemilik perusahaan itu."Randy mengatakan itu dengan tagas. Dia akan melakukan hal yang terbaik untuk dirinya. Apalagi demi papahnya agar tidak marah lagi padanya. Soal mendekati anak pemilik Perusahaan Wijaya nanti, dia yang akan mengurusnya sendiri."Baik Pak Randy."Randy tersenyum tipis, sampai pada akhirnya ponselnya berdering tanda ada orang yang memang memanggil dirinya. Semua yang dia lakukan maka, akan jadi lebih baik."Hallo!""Siang Pak Randy, saya hanya ingin memberik
Virna tersenyum ketika melihat dukumen kerjasama dengan Perusahaan Gustav. Sekaligus dia ingin mengetahui tentang kerjasama dulu yang secara tiba-tiba dibatalkan. Dia yakin kalau ada sesuatu yang aneh.Virna belum berdiskusi dengan pemannya tentang kerjasama ini. Lagian Virna yakin kalau Paman Omawa juga pasti akan setuju dengan keputusan yang dia ambil ini."Permisi Bu Virna, mereka sudah ada di depan."Virna tersenyum, pasti yang akan datang menemui dirinya adalah Paman Gustav, dia ingin melakukan hal yang baik untuk dirinya sendiri."Suruh mereka masuk ke sini saja!""Baik Bu Virna."Virna melihat sekertarisnya itu keluar untuk memanggil tamu. Virna sudah tidak sabar ingin menyambut mereka sekarang."Selamat da..." ucapan Virna tiba-tiba terhenti ketika melihat siapa orang yang masuk ke dalam ruangan ini, dia kira Paman Gustav yang akan datang ke sini, tapi dia salah ketika mengetahui kalau orang yang ada di
"Aku hanya bertanya saja Randy."Virna mengatakan itu dan Randy tersenyum manis."Ini kamu memanggilku tanpa ada embel-embel Tuan Muda lagi?" goda Randy.Virna yang digoda seperti itu langsung bersidekap dengan sangkuh. "Karena aku sudah bukan maid mu lagi."Randy malah merasa gemas dengan Virna yang menurut dia baik. Semua yang dia lakukan memang benar adanya."Kamu benar Virna. Apa kamu keluar karena aku keluar dari rumah?" tanya Randy.Virna terdiam, seketika dia jadi teringat dengan alasan yang sebenarnya dia keluar dari perusahaan ini. Dia langsung repleks memegangi perutnya. Mengingat Randy yang pasti sudah menikah dengan Windy malah membuat dadanya merasa sesak."Aku punya alasan lain kenapa aku keluar dari rumahmu!" ketus Virna."Yah tentu saja. Alasannya karena kamu akan menjadi seorang CEO di perusahaan ini bukan? Lalu untuk apa kamu menyamar jadi maid di rumahku hah!" ucap Randy ya
Virna menemui seseorang, dia hanya ingin memastikan data yang baru saja dia lihat sekarang. Entah kenapa dia merasa penasaran dengan masa lalu ayahnya."Desi bisa kau ceritakan tentang ini?"Desi adalah wanita berumur 45 tahun, wanita itu yang dulu bekerja sebagai sekertais ayahnya. Virna akan menyelidiki alasan kenapa perusahaan ayahnya waktu itu sempet bangkrut. Mungkin saja ini juga ada hubungannya dengan kematian ayahnya."Ini adalah perusahaan yang ikut bangkrut juga. Perusahaan ini sempat mendapatkan suntikan dana dari ayah anda. Mungkin karena mereka bisa dibilang pernah dekat," jelas Desi membuat Virna merasa aneh."Pernah dekat bagaimana maksud kamu?" tanya Virna yang belum juga paham."Aku gak bisa menceritakan semuanya padamu Virna. Karena ini memang bersifat privasi."Virna dibuat penasaran, "aku mohon.""Maaf Virna," ujar Desi."Apa perusahaan itu masih ada?" tanya Virna penasara
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
"Sekarang kamu sudah percaya padaku bukan?" jelas Randy sambil melirik kearah Virna. "Terimakasih banyak atas bukti ini." Virna hanya mengucapakan terimakasih saja pada Randy. Dia sama sekali tidak menyangka atas semuanya. Orang yang selama ini dia percaya ternyata sudah menghianatinya. "Apa sekarang kamu percaya padaku?" tanya Randy pada Virna. Virna melirik kearah Randy dengan sekilas lalu dia menganggukkan kepalanya. Dia percaya pada Randy yang sudah beruat baik padanya. "Tapi tetap saja kamu adalah pria berengsek di mataku!" ketus Virna ketika dia yang mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Randy ketika dirinya menjadi maid dulu. "Haha kalau itu memang benar adanya. Aku memang pria berengsek. Tapi aku berani mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi, termasuk dengan menikahimu," bisik Randy membuat Virna membulatkan matanya. Apa pria yang ada dihadapannya itu serius? Atau hanya bualan saja. Virna menggelengkan kepalanya, Randy pasti hanya ingin bermain-main saja
"Kamu senang kan Randy, melihat aku yang seperti ini?" maki Virna dengan kesal menatap kearah Randy. Randy menggelengkan kepalanya, selama ini Virna selalu salah paham dengan dirinya terus. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kalau Virna memang dikendalikan dulu oleh pamannya. "Kamu salah jika berpikir seperti itu Virna. Aku tulus padamu.""Terserah aku tidak peduli.""Kamu tinggal di apartemen ku untuk sementara bersama dengan Bi Inah." Randy mengatakan itu karena merasa kasian dengan Virna. Apalagi saat ini Virna sedang hamil anaknya juga. Randy tidak akan lari dari tanggung jawab nya. Apalagi ibunya sendiri yang memintanya untuk hal ini. "Aku tidak mau!" tolak Virna dengan mentah. Dia bisa punya tempat tinggal sendiri. Virna tau kalau semuanya akan jadi lebih baik. Virna tau kalau urusan ini pasti bisa dia selesaikan dengan baik. "Aku tidak terima penolakan Virna. Menurutlah padaku dan tinggal bersama denganku," mohon Randy mencoba untuk membujuk Virna. "Tidak!" Randy me
"Paman Omawa."Virna memanggil pamannya karena dia merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. menurutnya ini sedikit janggal. Ada hal yang aneh ketika Pamannya tidak membela dirinya tadi."Kenapa Virna?" tanya Omawa ketika melihat kearah Virna."Paman tidak membalaku tadi." "Untuk apa? bukannya sudah jelas. Kamu sudah tidak punya hak di perusahaan ini lagi, semua karyawan yang ada di sini juga sudah menganggap kinerjamu sangat buruk.""Apa maksud paman? aku ini keponakanmu paman?" protes Virna."Hahaha tapi sekarang tidak lagi, kamu sudah tidak punya apapun juga sekarang. untuk apa aku membelamu." jleb...Rasanya sakit ketika pamannya sendiri yang dia percaya malah membuang dirinya, sekarang dia bisa melihat kerakter dari pamannya yang memang licik. "Aku tidak menyangka ternyata paman sangat licik," ujar Virna memaki pamannya sendiri."Terserah." Virna lantas pergi dari tempat ini karena rasa kecewanya, dia bahkan tidak menyangka dengan sikap pamannya. Virna diam seje
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi