Ekspresi Tiffany menjadi kacau. “Kau…. bagaimana kau bisa… itu bukan ponselku!”Barulah Jackson menyadari kalau itu bukan ponselnya, karena ponsel mereka berwarna sama…Tanya keluar dari kamar mandi dan kembali duduk. Dia bingung saat melihat Jackson dan Tiffany… “kenapa kau ada disini?”Tiffany menatap pada Jackson. Dia lalu mengembalikan ponsel itu pada Tanya. “Ini ponselmu. White Moonlight baru saja mengirim pesan…. Dan… bukan aku yang membalasnya!”Jackson mengangkat alisnya. Dia lalu memutuskan untuk pergi dari sana. “Aku kesini untuk mengambil sesuatu. Aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa!”Tanya memeriksa pesan dari Hush. wajahnya langsung merah. Tiffany merasa sangat gugup. Tanya biasanya bisa menahan amarahnya dan jarang sekali marah. Tapi justru itulah yang membuat Tiffany gugup sekarang.“Ini… Jackson mengira kalau ini adalah ponselku. Maafkan aku, aku akan menjelaskannya pada Hush!”Tanya menatapnya dengan bingung. “Tidak apa-apa. Aku sudah memutuskan untuk tidak be
Tiffany tentu saja hanya mengatakan itu di dalam hatinya. “Aku tidak penasaran, tetapi aku menanyakan ini demi kepentinganku sendiri. Tidakkah kau pikir beta frustasinya aku memikirkan sesuatu yang tidak jelas? Setelah memikirkannya cukup lama, aku masih tidak bisa mengerti kenapa kau mendatangiku dari awal. Ini sangat aneh. Aku juga tahu bahwa orang kaya hanya menghabiskan waktu dengan orang kaya lainnya. Itu karena mereka memiliki status yang sama, sehingga mereka bisa saling menguntungkan. Sedangkan kita tidak dari status yang sama, aku pernah kaya dulu, jadi aku paham dengan logika dibalik semua itu. Seperti yang kita tahu, segala hal terjadi karena suatu alasan…Alejandro hanya diam disisi lain telepon. “Saat bunganya mekar, aku akan memberitahukan soal itu padamu.”Tiffany berseru dalam hatinya.’Bunga itu lagi!’ siapa yang tahu apakah bunga itu akan mekar atau tidak? Bagaimana kalau ini hanya semacam rumput tak berbunga? Apakah dia sedang mencoba membodohiku?’Dia mulai mengge
Jackson adalah orang terakhir yang ingin dia lihat ada dirumahnya!Jackson mengenakan celemek dan sedang fokus memasak. Dia bahkan tidak menoleh ke arahnya. “Mark menelpon hari ini dan bilang kalau Arianne tidak nafsu makan. Dia memintaku untuk masak sesuatu dan mengirimnya ke rumah sakit. Kita tak ada pilihan lain. Dia sedang hamil. Selain itu, aku tidak punya bahan masakan dirumah. Aku tahu kalau ibuku mengirim banyak bahan makanan. Lagipula rumahmu sangat dekat dari rumah sakit dibandingkan dari rumahku. Makanya aku langsung kesini dan masak untuk Arianne. Aku melakukan ini untuk sahabatmu, apa kau ada masalah tentang itu?”Tiffany hanya diam. Dia lalu menarik nafas dalam dan menganggap kalau Jackson tidak ada disana. Dia membuka kulkas dan mengambil masker wajah. Saat dia berbalik. Dia menabrak dada Jackson. “Apa yang kau lakukan sekarang? Kenapa kau berdiri dibelakangku seperti ini?”Jackson menatap ke arahnya dalam diam. Tiffany mulai panik dan mundur. Tidak lama, dia di sud
Setelah itu, Tiffany mengganti pakaiannya dan keluar dari kamar. Tanya sudah mengurung diri di kamarnya dan biasanya dia tidak akan keluar lagi. Dia pasti yang membukakan pintu untuk Jackson! Tiffany merasa canggung. Dia tidak mau ditinggal berduaan dengan Jackson saja!Tiffany diam-diam mengirim pesan pada Tanya: ‘Keluarlah kau! Apa yang kau lakukan di kamarmu? Kau jelas tahu kalau hubunganku dengan Jackson sedang dalam masa yang canggung!’Tiffany membalas: ‘Aku tidak mau keluar! Aku dengar apa yang kalian lakukan di dapur. Akan canggung bagiku jika aku keluar juga! Aku tidak mau jadi orang ketiga! Anggap saja aku sudah tidur. Aku tidak bisa membantumu!’Tiffany merasa kecewa.Tiba-tiba, suara Jackson terdengar dari dapur. “Tiffany Lane, bantulah aku. Mark ini sudah menyuruhku buru-buru.”Tiffany memasang wajah datar dan berjalan ke dapur. “Apa yang kau perlukan?”Jackson menunjuk pada sayuran di wastafel. “Potong sayuran itu. Mark bilang harus ada keseimbangan antara daging da
Tiffany merasa kesal dan murung entah kenapa.Ini semua salah Jackson, dia seharusnya tidak membuatnya kesal tadi.…Setelah tinggal di rumah sakit selama hampir satu bulan, Arianne yakin kalau dia akan tetap tinggal dirumah sakit hingga dia melahirkan. Itu membosankan, tapi dia tidak ada pilihan lain.Demi untuk menggugah nafsu makan Arianne, Mark meminta Jackson untuk memasak untuknya setiap hari. Walaupun hanya satu makanan per hari, Arianne masih merasa tidak enak soal itu.Saat Jackson mengirim makanan nya,, dia bertanya. “Jackson, tidakkah ini merepotkan buatmu? Kau bekerja siang hari dan sekarang kau harus masak juga dan mengantar makanan untukku pada malam hari…”Jackson menyeringai. “Tidak usah sungkan. Ini kan situasi yang berbeda. Aku akan terus memasakan makanan untukmu selama kau akan melahirkan bayi itu dengan selamat. Kalian para wanita pasti melalui masa yang sulit saat hamil. Aku khawatir melihat keadaanmu yang pucat.”Pada saat itu, dia teringat pada Tiffany,
Seperti yang bisa ditebak, Arianne menikmati masakan Jackson. Selera makannya sudah membaik di bulan ini, dan setiap makanan yang Jackson kirim akan selalu habis. Jackson mengemasi kotak makanannya saat dai melihat kalau Arianne sudah selesai makan. “Aku akan pergi kalau begitu. Aku akan datang lagi besok.”Arianne mengangguk dan bertanya. “Apakah kau menghubungi Tiffie akhir-akhir ini?”Jackson kaget. Lalu dia menjawab. “Tidak, kau tahu seperti apa dia. Tidak ada gunanya menghubunginya.”Jackson belum menghubunginya sejak hari itu. Selain itu, dia sudah mencoba untuk mengesampingkan egonya. Dan yang dia terima hanyalah penolakan.Mark membantu Arianne berbaring setelah Jacksen pergi. “Apa kau lelah? Tidurlah jika kau lelah.”Arianne menggelengkan kepalanya. “Aku belum mengantuk. Aku sudah terlalu banyak tidur. Jackson tampak aneh saat aku menyebutkan nama Tiffie. Aku dengar dari Tiffie kalau mereka pernah bertemu tanpa sengaja dan itu bukan hanya sekali…”Mark tidak mau repot
Helen akhirnya mengangguk. “Baiklah… aku akan menemuinya. Aku akan langsung pergi jika dia kesal.”Mary menutup pintu saat Helen masuk kedalam untuk memberikan privasi untuk ibud an anak itu.Arianne masih bangun. Dia langsung duduk saat melihat Helen. “Apa yang kau lakukan disini di jam segini?”Helen menghampirinya. “Aku...Aku kebetulan sedang lewat saka, maka aku pikir aku akan mampir untuk melihatmu. Apakah aku mengganggu tidurmu? Kau tidak perlu bangun. Berbaringlah…”Mereka berdua tidak tau harus mengatakan apa. Suasana pun menjadi dingin.Helen berdiri sesaat, lalu meletakkan beberapa kotak plum asam dari tasnya. “”Aku tidak tahu apakah kau suka makanan asam, maka aku akan meninggalkan ini saja disini. Kau bisa makan satu atau dua sesekali. Kediaman Tremont memiliki segalanya, jadi aku bingung mau membawakan apa..”Arianne membuka kotak dan mengambil satu plum asam kemulutnya. “Lumayan enak. Aku sebelumnya selalu mau makan makanan pedas dan asam, sekarang sepertinya aku le
Arianne sangat berbakat dalam merancang busana. Walaupun dia telah berhenti dari industrinya, tetapi kegemarannya dalam dunia fesyen tidak pernah padam. Saat dia melihat tema utama untuk kompetisinya--- pakaian musim panas --- dia merasa kalau itu adalah pekerjaan gampang. “Buatlah sesuatu yang trendy, maka kalian akan menang. Cobalah pikirkan sesuatu yang baru. Pergi dan lihatlah toko-toko; kalian bahkan bisa melihat pakaian yang sedang trend di online. Tapi jangan mengikuti orang-orang, kau harus tampak lebih modern dan berinovasi dibandingkan pasaran.”Tiffany merasa sangat bingung mendengar saran dari Arianne. “Aku tahu kalau merancang busana membutuhkan inovasi, tapi otakku… kau tahu seperti apa. Makanya aku kesini. Kau sudah tidak di industri desain lagi. Bisakah aku meminta bantuanmu? Kumohon… aku punya draft. Bisakah kau memberikan sedikit sentuhanmu? Sketsa yang kau kerjakan untukku tempo hari di kantor sangat luar biasa. Sungguh!”Arianne mengulurkan tangannya. “Biarkan ak