Dia berkata tegas dan jelas. Jackson pasti bodoh sekali jika dia tidak memahaminya. Ada sekilas kekesalan di bawah matanya saat dia mencoba tak peduli. “Tentu, apapun yang terbaik untuk kalian. Ingat untuk berpamitan denganku, seseorang dari masa lalu kalian, sebelum kalian pergi.”Mengira dia bercanda, Arianne terkekeh. Namun Tiffany dan Jackson merasa berbeda. Satu membuat keputusan sementara lainnya menghormati keputusan itu.Setelah makan malam, kedua perempuan itu mulai mencuci. Jackson menambahkan. “O ya, Arianne, bukankah kau memintaku untuk meminta Mark kucing itu? Dia bilang tidak akan memberikannya.”Arianne seketika menjadi kesal. “Kenapa tidak? DIa melarangku menyimpan kucing itu sebelumnya. Dia bahkan tidak menyukainya. Mengapa dia tidak mau mengembalikannya padaku?!”Jackson dengan cepat menjawab, “Jangan marah padaku, aku hanya perantara. Dia hanya berkata tidak mau memberikannya. Dia tidak berkata apa-apa lagi. Mana aku tahu alasannya mengapa? Jangan khawatir, jika kau
”Sengaja memilih waktu untuk kembali ketika aku tidak disini.... Apa kau begitu ingin untuk menghindariku? Jika kau mau pergi, setidaknya berpamitan.”Sulit baginya untuk mengenali emosi dari nada suaranya, tetapi dibalik ketenangannya dia terasa menderita. Arianne tidak berbalik, karena dia tidak yakin bagaimana menghadapi Mark. Bagaimana bisa dia bicara sesungguhnya pada Mark, bersikap seakan tidak ada yang terjadi?Setelah hening sesaat, Mark membawakan koper Arianne ke bawah. Ini mengejutkan bagi Arianne. DIa mengira bahwa Mark akan menghentikannya pergi, menghalanginya dengan berbagai cara, seperti orang gila dahulu, dan memaksanya tetap tinggal. Dia takut hal itu terjadi, jika dia jujur. Namun, tak disangka, Mark sepertinya sangat tenang. Dia menghela nafas lega. Setidaknya, dia bisa mengucapkan beberapa kata-kata baik pada Mark. Arianne merapikan rambutnya ke belakang telinga saat dia mengikuti Mark menuruni tangga. Seraya menundukan kepalanya, dia bergumam, “Aku hanya
Setibanya mereka di kota baru, Arianne dan Tiffany menghabiskan separuh hari mencari tempat baru untuk tinggal. Lalu mereka menghabiskan sisanya untuk mendekorasi rumah kecil mereka. Ketika keduanya merebahkan diri di atas tempat tidur baru mereka karena kelelahan, senyuman puas tersungging dari keduanya. Arianne menolehkan kepala, melihat ke arah Tiffany seraya bertanya, “Kau sungguh tidak apa meninggalkan ibumu sendiri?”Tiffany terdiam merenung dan berkata, “Aku sedikit khawatir, tetapi tidak apa selama kita masih berkabar. Kita pindah cukup jauh dan menemukan sebuah kota yang tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Ibuku tidak tertarik mengunjungiku. Aku telah mengatakan padanya bahwa aku disini untuk memulai bisnis dan menjelajahi dunia, jadi dia tidak terganggu olehku. Kau, disisi lain… Apa kau pikir Mark akan mengirimkan orang untuk mengawasimu?” Sekarang setelah Tiffany menyebutkannya, Arianne percaya ini sangat mungkin terjadi karena Mark sepertinya terlalu tenang ketika A
Helen tersenyum, “Kau salah paham. Aku hanya disini untuk bisnis selama dua hari. Aku dengar kau membuka sebuah toko dan aku sedang lapar. Aku tidak bisa memutuskan mau makan apa, jadi aku kemari untuk melihat. Tidak apa jika kau tutup, aku akan pergi.”Hatinya melunak, Arianne bertanya, “Apa yang mau kau makan?” Helen mendekati meja kasir dan mengambil menu. Dia membacanya dan memilih dua kue dan secangkir latte, “Itu saja. Aku harap aku tidak mengambil banyak waktumu. Dibungkus saja.” Arianne tidak menjawab. Dia hanya mengenakan celemeknya dan berjalan masuk ke dapur. Tiffany dengan cepat membuat latte untuk Helen dan mengemasnya. Setelah kuenya selesai, Helen pergi setelah membayar pesanannya. Dia tidak berkata apapun lagi pada Arianne. “Ari, aku punya firasat ibumu benar disini untuk perjalanan bisnis. Perlakukan saja dia seperti pelanggan biasa. Kau selalu tersenyum pada orang asing, coba untuk sedikit… lebih ramah pada ibumu. Oke?” Tiffany menyarankan, tidak dapat menah
Arianne telah berhasil mengendalikan emosinya kembali normal saat dia tiba di toko. Tanya Anderson, pegawai yang bertanggung jawab untuk pengiriman, menyapanya kikuk, “Aku terlalu lambat, Ari?”Arianne terkaget. Butuh beberapa saat ketika dia menyadari apa yang Tanya maksud. “Tidak, aku sedang punya waktu luang saja, jadi aku membantumu mengirimkan pesanan. Tidak apa, kembali bekerja. Aku akan pergi ke dapur.” Tanya lahir dan besar di kota ini. Kondisi ekonomi keluarganya tidak terlalu bagus, jadi dia tidak dapat melanjutkan studinya setelah masuk ke universitas. Dia memilih untuk mulai bekerja lebih awal. Dia memiliki kakek yang sudah uzur di rumah dan sangat ramah. Dia berpenampilan cantik dan manis, meskipun kulitnya sedikit gelap karena terus-menerus bepergian. Tanya jauh lebih giat dibandingkan pegawai yang lain, Regina McKaren, yang bertugas menyajikan pesanan. Regina bahkan tidak menyelesaikan SMA dan telah hidup di jalanan sejak kecil. Dia tidak pernah benar-benar memperka
Tiffany malas bertengkar dengannya di depan pintu masuk toko. Itu akan mempengaruhi bisnisnya. Dia mengeluarkan gajinya dan menghitung di depannya seraya berkata, “ini, total gajimu.”Namun, Regina tidak puas dengan ini. “Ini saja? Kau bercanda? Ini pasti tidak benar!” Tiffany menarik absen harian dan mendorongnya ke depan Regina, “Lihat baik-baik. Aku menyebutkan ini ketika kau pertama kali bergabung, keterlambatan akan memotong gaji. Kau telah konsisten terlambat, setiap hari. Aku bahkan tidak menagih untuk kue-kue dan minuman yang kau ambil gratis dari kita. Ada lagi yang kau rasa tidak sesuai? Jika kau mau aku memberikan perhitungan yang lebih rinci, kau harus membayar ganti rugi padaku!” Regina benar-benar marah, “Banyak makanan tersisa disini dan kau memilih membuangnya cuma-cuma dibandingkan membiarkan pegawaimu memakannya? Apa saja yang aku makan?” Tiffany tidak pernah bertemu orang yang begitu tidak tahu malu seperti wanita ini, dia menjawab berang, “Makanan sisa biasan
Arianne belum memperluas visinya sampai tahap itu. Dia masih merasa haru dengan keadaan sekarang. Hidup yang damai dan tenang seperti ini adalah yang terbaik. “Kita lihat nanti. Lagipula, Natal akan segera tiba. Kita harus punya sejenis promosi dan saling bertukar kado kecil untuk menarik pelanggan baru dan menghargai para pelanggan tetap.”Tiffany menepuk dadanya sendiri, “Serahkan padaku! Aku bisa melakukannya. Promosi ini hal yang bagus, terlebih karena mereka tidak membuat kita rugi banyak. Ngomong-ngomong, ada yang perlu aku katakan padamu, tetapi aku tidak yakin.” Arianne menatapnya, “Hmm? Ada apa?” Tiffany termangu sesaat sebelum berkata, “Kau perlu berjanji dulu tidak akan marah.” Arianne menyimpulkan bibirnya, “Hidup kita cukup baik sekarang dan aku sedang cukup senang. Tidak ada yang mungkin membuatku marah, kecuali jika bisnis kita merugi. Katakan saja.” “Mark dan Jackson membuat kerjasama dan memulai perusahaan finansial di gedung perkantoran di seberang jalan!” Ti
Toko itu tutup sementara selama musim Natal. Lynn dan Tanya kembali ke rumah mereka masing-masing untuk menghabiskan Natal bersama keluarga mereka, tetapi Arianne dan Tiffany hanya punya satu sama lain. Ini kali pertama mereka menghabiskan Natal di kota lain. Di malam Natal, Tiffany menghubungi Lillian selama satu jam. Arianne menatap keluar di malam Natal yang dingin. Tiba-tiba, ponsel Arianne berdering. Dia mengira itu hanyalah pesan ucapan Natal sederhana dan dia tidak terganggu. Dia meraih ponsel itu dan melihatnya, lalu menyadari pesan itu dari Helen. Pesan yang tertulis mungkin sebuah ucapan, tetapi ada notifikasi pengiriman uang dari bank sebesar 1500 dolar ke akun bank Arianne. Tampaknya, ini adalah hadiah Natal, untuk menebus semua hutan hadiah ketika Arianne masih muda.Dia tidak merasakan apapun dan hanya membalas Helen dengan dua kata: Selamat Natal. Helen sedang berdiri di depan jendela ketika dia menerima pesan itu lalu tersenyum. Hujan salju turun begitu lebat di l