Helen tersenyum, “Kau salah paham. Aku hanya disini untuk bisnis selama dua hari. Aku dengar kau membuka sebuah toko dan aku sedang lapar. Aku tidak bisa memutuskan mau makan apa, jadi aku kemari untuk melihat. Tidak apa jika kau tutup, aku akan pergi.”Hatinya melunak, Arianne bertanya, “Apa yang mau kau makan?” Helen mendekati meja kasir dan mengambil menu. Dia membacanya dan memilih dua kue dan secangkir latte, “Itu saja. Aku harap aku tidak mengambil banyak waktumu. Dibungkus saja.” Arianne tidak menjawab. Dia hanya mengenakan celemeknya dan berjalan masuk ke dapur. Tiffany dengan cepat membuat latte untuk Helen dan mengemasnya. Setelah kuenya selesai, Helen pergi setelah membayar pesanannya. Dia tidak berkata apapun lagi pada Arianne. “Ari, aku punya firasat ibumu benar disini untuk perjalanan bisnis. Perlakukan saja dia seperti pelanggan biasa. Kau selalu tersenyum pada orang asing, coba untuk sedikit… lebih ramah pada ibumu. Oke?” Tiffany menyarankan, tidak dapat menah
Arianne telah berhasil mengendalikan emosinya kembali normal saat dia tiba di toko. Tanya Anderson, pegawai yang bertanggung jawab untuk pengiriman, menyapanya kikuk, “Aku terlalu lambat, Ari?”Arianne terkaget. Butuh beberapa saat ketika dia menyadari apa yang Tanya maksud. “Tidak, aku sedang punya waktu luang saja, jadi aku membantumu mengirimkan pesanan. Tidak apa, kembali bekerja. Aku akan pergi ke dapur.” Tanya lahir dan besar di kota ini. Kondisi ekonomi keluarganya tidak terlalu bagus, jadi dia tidak dapat melanjutkan studinya setelah masuk ke universitas. Dia memilih untuk mulai bekerja lebih awal. Dia memiliki kakek yang sudah uzur di rumah dan sangat ramah. Dia berpenampilan cantik dan manis, meskipun kulitnya sedikit gelap karena terus-menerus bepergian. Tanya jauh lebih giat dibandingkan pegawai yang lain, Regina McKaren, yang bertugas menyajikan pesanan. Regina bahkan tidak menyelesaikan SMA dan telah hidup di jalanan sejak kecil. Dia tidak pernah benar-benar memperka
Tiffany malas bertengkar dengannya di depan pintu masuk toko. Itu akan mempengaruhi bisnisnya. Dia mengeluarkan gajinya dan menghitung di depannya seraya berkata, “ini, total gajimu.”Namun, Regina tidak puas dengan ini. “Ini saja? Kau bercanda? Ini pasti tidak benar!” Tiffany menarik absen harian dan mendorongnya ke depan Regina, “Lihat baik-baik. Aku menyebutkan ini ketika kau pertama kali bergabung, keterlambatan akan memotong gaji. Kau telah konsisten terlambat, setiap hari. Aku bahkan tidak menagih untuk kue-kue dan minuman yang kau ambil gratis dari kita. Ada lagi yang kau rasa tidak sesuai? Jika kau mau aku memberikan perhitungan yang lebih rinci, kau harus membayar ganti rugi padaku!” Regina benar-benar marah, “Banyak makanan tersisa disini dan kau memilih membuangnya cuma-cuma dibandingkan membiarkan pegawaimu memakannya? Apa saja yang aku makan?” Tiffany tidak pernah bertemu orang yang begitu tidak tahu malu seperti wanita ini, dia menjawab berang, “Makanan sisa biasan
Arianne belum memperluas visinya sampai tahap itu. Dia masih merasa haru dengan keadaan sekarang. Hidup yang damai dan tenang seperti ini adalah yang terbaik. “Kita lihat nanti. Lagipula, Natal akan segera tiba. Kita harus punya sejenis promosi dan saling bertukar kado kecil untuk menarik pelanggan baru dan menghargai para pelanggan tetap.”Tiffany menepuk dadanya sendiri, “Serahkan padaku! Aku bisa melakukannya. Promosi ini hal yang bagus, terlebih karena mereka tidak membuat kita rugi banyak. Ngomong-ngomong, ada yang perlu aku katakan padamu, tetapi aku tidak yakin.” Arianne menatapnya, “Hmm? Ada apa?” Tiffany termangu sesaat sebelum berkata, “Kau perlu berjanji dulu tidak akan marah.” Arianne menyimpulkan bibirnya, “Hidup kita cukup baik sekarang dan aku sedang cukup senang. Tidak ada yang mungkin membuatku marah, kecuali jika bisnis kita merugi. Katakan saja.” “Mark dan Jackson membuat kerjasama dan memulai perusahaan finansial di gedung perkantoran di seberang jalan!” Ti
Toko itu tutup sementara selama musim Natal. Lynn dan Tanya kembali ke rumah mereka masing-masing untuk menghabiskan Natal bersama keluarga mereka, tetapi Arianne dan Tiffany hanya punya satu sama lain. Ini kali pertama mereka menghabiskan Natal di kota lain. Di malam Natal, Tiffany menghubungi Lillian selama satu jam. Arianne menatap keluar di malam Natal yang dingin. Tiba-tiba, ponsel Arianne berdering. Dia mengira itu hanyalah pesan ucapan Natal sederhana dan dia tidak terganggu. Dia meraih ponsel itu dan melihatnya, lalu menyadari pesan itu dari Helen. Pesan yang tertulis mungkin sebuah ucapan, tetapi ada notifikasi pengiriman uang dari bank sebesar 1500 dolar ke akun bank Arianne. Tampaknya, ini adalah hadiah Natal, untuk menebus semua hutan hadiah ketika Arianne masih muda.Dia tidak merasakan apapun dan hanya membalas Helen dengan dua kata: Selamat Natal. Helen sedang berdiri di depan jendela ketika dia menerima pesan itu lalu tersenyum. Hujan salju turun begitu lebat di l
Tiffany akhirnya menyadari, “Oh… aku rasa aku tahu siapa yang mengirim ini. Kalau begitu, aku juga tidak mau. Aku akan meninggalkan punyaku di sini juga.” Banyak kios di pasar tidak buka selama perayaan Natal. Arianne sudah sering berbelanja bahan-bahan makanan di sini, dan seorang pemilik toko yang dia kenal kebetulan ada di sekitar sana. Setelah memilih barang dan ingin melakukan pembayaran, pemilik toko tiba-tiba mengeluarkan kantong plastik hitam, “Ambilah ini, pasti sulit bagi dua gadis muda untuk sendirian selama musim liburan. Anak saya membawa ini pulang dari negara lain. Ini hadiahku untuk kalian.” Arianne awalnya berpikir bahwa itu mungkin bukanlah sesuatu yang mahal. Setelah menolak beberapa kali, dia akhirnya menerimanya. Setelah mereka membayar dan pergi, Tiffany berbalik dan melihat sekeliling mereka lagi. “Ini aneh. Semuanya berkemas untuk pulang setelah kita selesai membayar.” Arianne berbalik untuk melihat juga. Benar juga. Ini masih pagi, tapi pemilik toko yan
Arianne dengan hati-hati memeriksa ulasan buruk itu. Tidak lama setelah itu, dia berkata,, “Ada yang tidak beres. Ini adalah ulasan yang sangat berbahaya. Meskipun kebanyakan dari mereka mengeluh atau mengklaim bahwa produknya meragukan, atau rasanya tidak enak, ada satu ulasan yang mengejek standar kebersihan restoran kita. Ulasan ini membahas tentang betapa berantakan dan kotornya dapur kita. Tidak seorang pun kecuali staf kita yang bisa melihat dapur. Tapi, Tanya jelas-jelas selalu membersihkan dapur setiap hari, cangkir serta peralatan makan semuanya selalu dibersihkan. Ini bukan ulasan biasa, ini sudah terlalu pribadi!” Tiffany membelalakkan matanya, “Aku yakin Regina ada di balik semua ini! Lihat! Tanggal paling awal dari ulasan ini adalah pada hari setelah dipecatnya Regina. Setelah itu, kita menerima beberapa ulasan seperti ini setiap hari, rata-rata tiga sampai enam. Aku yakin bahwa Regina pasti meminta bantuan dari teman-temannya. Dia sudah kelewatan!” Meskipun halaman u
Di meja makan, Tiffany hanya fokus dengan makanannya. Ada begitu banyak hal yang harus dilakukan di restoran, sehingga dia dan Arianne biasanya tidak pernah sempat duduk untuk makan enak, dan mereka jarang memasak makanan sendiri. Makanan ini adalah makanan langka, Tiffany akhirnya merasa kenyang sebelum makan banyak. Arianne dan Jackson, sebaliknya, baru saja mulai makan. Jackson terkejut saat melihat Tiffany meletakkan pisau dan garpunya, “Apakah rasanya tidak enak? Tidak banyak bumbu di dapur kalian jadi aku memasak dengan bumbu yang seadanya. Kalau kurang enak, aku akan membeli semua bahan yang diperlukan dan memasak semua ini lagi lain kali.” “Selera makannya sudah tidak besar lagi,” ucap Arianne mewakili Tiffany. “Dia biasanya memang makan segini akhir-akhir ini. Tidak perlu khawatir.” Jackson tidak menggoda Tiffany seperti yang dia lakukan di masa lalu. Anehnya, dia merasa tidak enak, “Aku melihat bahwa kau hanya memiliki empat orang di toko kalian. Apakah kau tidak lelah?