Secara naluriah, Arianne tidak akan bertanya lebih lanjut pada Mark, karena dia tampak enggan untuk membicarakannya.Setelah Ethan menyebutkan makan malam bersama, dia segera memutuskan untuk makan bersama mereka malam itu.Ekspresi Mark berubah menjadi lebih buruk ketika dia menerima pesan itu. “Kita akan ke Teluk Air Putih untuk makan bersama malam ini.”Arianne tanpa sadar mengira Ethan yang mentraktir mereka makan. “Apakah Ethan mengundang kita?”Mark jelas terlihat enggan, tetapi dia masih mengangguk. Dia bahkan membenarkan dasinya kesal. Ini membuat Arianne lebih bingung. Mengapa dia bertingkah seakan dia diancam seseorang? Dia tahu seperti apa Arianne. Jika dia tidak mau, pastinya tidak ada yang bisa memaksanya untuk melakukan apapun.Ekspresi wajahnya menjadi lebih baik ketika dia menyadari Arianne sedang menatapnya. “Aku sangat sibuk, tetapi aku masih perlu berurusan dengannya. Menyebalkan…”Dia tetap diam. Lalu dia mengeluarkan kacangnya dan mulai memakannya dengan suar
TIffany memegangi ujung bajunya di bawah meja dengan satu tangannya. Sepertinya dia sedang sedang dilingkupi stres yang tak kasat mata, dan itu menghalanginya dari melihat ke arah Jackson.Keheningan ini berlangsung beberapa detik, tetapi terasa seperti abadi baginya. Jackson melirik ke arah Tiffany sebelum mengambil segelas anggur merah dari Ethan. “Tentu.”Walaupun dia mungkin tidak begitu mengerti tentang hubungan antara lelaki dan perempuan, Arianne dapat merasakan ada yang salah. Dia melihat dan memperhatikan ekspresi wajah dari semua laki-laki yang ada. Mark masih terlihat dingin dan jauh. Di sisi lain, baik Jackson dan Ethan terlihat sopan dengan satu sama lain. Dia sungguh tidak bisa melihat ada yang salah.Tiffany akhirnya lega setelah Jackson pergi. Dia belum makan banyak, tetapi dia merasa sudah kenyang. Dia menaruh garpu dan sendok. “Aku sudah kenyang. Lanjutkan makan kalian pelan-pelan. Aku akan pergi jalan-jalan di luar.”Arianne juga berdiri dan berkata, “Aku juga se
Setelah makan malam, Mark dan Arianne langsung pulang ke kediaman Tremont.Saat Ethan mengantar Tiffany pulang, dia mengeluarkan cincin itu lagi. “Tiffie, bisakah kau memberiku jawaban sekarang?”Tiffany merasa gelisah. “Ethan… maafkan aku, aku masih belum memutuskannya.”Ethan mengerutkan alis dan menggeserkan cincinnya ke samping, “Kau bilang padaku kalau kau akan memberikan jawabannya setelah aku keluar dari rumah sakit. Apakah sulit untukmu membuat keputusan? Apakah kau sudah jatuh cinta pada orang lain selama kita putus?”Tiffany membuka jendela mobil dan menarik nafas dalam. “Tidak… aku.. Aku hanya khawatir kalau ibuku akan marah, kau tahu bagaimana dia. Dia sulit dihentikan saat dia sedang mengamuk…” pada saat seperti ini, dia hanya bisa menggunakan ibunya sebagai alasan. Walaupun dia tidak tahan dengan ucapan manis Ethan, menerima lamarannya begitu saja tampak tidak benar baginya…Ethan menggertakan giginya dan menarik nafas. “Jika ibumu adalah satu-satunya hal yang kau kh
Tentu saja, Ethan tidak akan mengaku sebagai anak tidak sah dari keluarga Tremont. Dia menutupi rasa dingin di matanya dan tersenyum pada Lillian. “Tidak ada banyak orang yang tahu tentang itu. Jika kau tidak percaya padaku, kau bisa bertanya pada Tiffie atau hubungi kakaku. Ngomong-ngomong, aku membawa surat perjanjian untuk tanah itu. Kau bisa memastikannya.” Ethan mengeluarkan surat perjanjiannya.Lillian memeriksanya dan barulah dia percaya dengannya setelah itu. “Kau bilang…. Sesuatu tentang Tiffie tadi? Apa kalian berdua sudah balikan?”Ethan mengangguk. “Ya, aku kecelakaan beberapa hari lalu dan Tiffie sudah mengurusku. Aku memiliki alasan sendiri kenapa aku memutuskan hubunganku dengannya waktu itu. Sekarang semuanya sudah selesai, aku ingin menikahi Tiffie. Tapi, dia masih belum memberikan jawaban padaku karena dia khawatir kalau kau tidak akan setuju. Makanya aku mengunjungimu hari ini tanpa memberitahunya. Tampaknya aku sampai terlalu awal. Apakah dia masih tidur?”Lillia
Senyuman di wajah Tiffany menghilang. Kenapa Ethan memilih kafe White Water Bay dari semua tempat? Atau apakah dia sengaja karena itu milik Jackson? Dia ingin sekali menjelaskan padanya kalau tidak ada apapun diantara Jackson dan dia, tapi dia selalu saja tidak bisa mengatakannya pada Ethan.Saat Lillian pergi untuk mengganti bajunya, Tiffany tidak bisa menahan dirinya lagi. “Ethan, kau tidak perlu melakukan itu. Tidak ada apa-apa diantara aku dan Jackson.”Tatapan Ethan berubah. “Jika memang begitu, maka tidak masalah kan jika kita makan disana? Kau harus membuktikan padaku kalau memang tidak ada apapun di antara kalian berdua. Kesabaranku ada batasnya. Karena aku sudah sejauh ini, kau harus mempertimbangkan untuk memberikan jawaban secepatnya padaku. Aku benar-benar ingin menikahimu.”Tiffany menggigit bibirnya. Kenapa dia tidak pernah merasa tidak nyaman seperti ini dengan Ethan waktu itu? Sekarang saat dia memikirkannya, Ethan tidak pernah peduli jika dia menyukai orang lain wak
Tiffany menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Jackson. “Hmm?”“Apa kau yakin? Apakah mungkin untuk bersatu kembali dengan mantan? Bisakah kau menyukai seseorang seperti dulu lagi setelah kalian putus?”Jackson sudah lama tidak menanyakan masalah pribadi pada Tiffany, jadi dia agak terkejut dengan pertanyaanya. Dia merenung sejenak dam menjawab. “Kita pernah menjalin hubungan selama tiga tahun, dan aku memakai hati dan jiwaku ke dalam hubungan itu, jika kita masih saling menyukai, maka mungkin saja jika kita ingin kembali bersama. Dan karena aku sudah memutuskan untuk kembali menjalin hubungan dengannya, maka aku harus benar-benar serius.”Jackson tersenyum lega. “Kau bukanlah pekerja yang mencolok di kantor jadi pengunduran dirimu bukanlah suatu kehilangan bagiku. Jangan khawatir, aku akan menandatangani surat itu nanti.”Tiffany memelototinya. “Haruskah aku turut bahagia untukmu karena kau akhirnya bisa menyingkirkan pekerja sepertiku dari perusahaanmu? Baiklah, aku akan per
Tiffany langsung tersipu, bukannya memarahinya, dia malah meminum segelas wine dengan gugup. “Kau ini benar-benar cabul…”Reaksi Tiffany mebuat Jackson tertegun selama dua detik. Dulu, setiap kali mereka bercanda seperti ini, Tiffany akan membalasnya dan bukannya tersipu seperti sekarang…Tiba-tiba, ponsel Tiffany berdering dari dalam tasnya. Tiffany menjawab telepon itu di depan Jackson tanpa ragu. “Ethan? Aku sedang makan diluar. Kenapa? Aku hanya dengan teman. Apa? Bertemu? Akan sudah malam saat aku selesai makan, bisakah kita bertemu besok saja? Ngomong-ngomong aku sudah mengundurkan diri. Aku akan punya banyak waktu besok. Baiklah, aku akan menutup teleponnya.”Setelah Tiffany menutup teleponnya, dia melanjutkan makan dan tidak menyadari ekspresi dingin pada wajah Jackson. Setelah minum beberapa gelas wine lagi, wajah Tiffany semakin merah. Dia biasanya bisa minum banyak, tapi tidak lagi karena sudah lama dia tidak minum sebanyak ini, karena dia minum terlalu cepat tadi, alkoho
Arianne tidak meragukan Mary maka dia dengan patuh membawa bukunya ke atas. “Baiklah, disini sangat gelap, hati-hati saat kau melepaskan lampunya.”Mary tersenyum. Mark jarang pulang lebih awal. Mary tidak akan membiarkan Arianne membuang kesempatan ini begitu saja.Saat Mark kembali ke kamar, dia duduk didepan jendelanya sambil membolak-balik halaman buku. Buku yang sedang dia baca berbeda dengan buku Arianne. Semua buku itu ditulis dalam bahasa asing. Arianne tidak terlalu mahir dalam bahasa asing, dan dia akan sakit kepala saat memikirkan untuk mengartikannya.Karena baru jam sembilan malam, Arianne berbaring di ranjang dan melanjutkan membaca. Sebelum dia selesai membaca, Mark menegurnya. “Siapa yang mengajarimu untuk membaca sambil berbaring? Apa kau mau matamu rusak? Baca sambil duduklah, kalau tidak, tidurlah.”Arianne meletakkan bukunya dan mencoba untuk tidur.Lampu kamar tidak lama dimatikan. Mark melepaskan pakaiannya dan menaiki ranjang juga.Arianne tahu kalau dia ti