Dia membawa kotak makan itu ke ruangan Jackson, dan bertanya, “Apakah kau benar-benar akan membuatkanku makan siang setiap hari?”Jackson sedang mengerjakan sesuatu, dia melirik pada Tiffany dan menjawab. “Kenapa? Apakah tidak enak?”Tiffany meletakkan kotak makan itu di meja dan berkata , “Bukan begitu, aku hanya ingin tahu kenapa kau melakukan ini. Jangan bilang padaku soal bos yang peduli pada karyawannya. Ada banyak wanita hamil di kantor ini dan aku tidak pernah melihatmu melakukan ini pada mereka. Dan jangan bilang kalau ini karena aku teman Arianne, atau kau melakukan ini untuk Mark. karena aku tahu itu adalah kebohongan.”Jackson meletakkan pekerjaannya dan menatapnya sambil bercanda, “Yang benar saja, kita sudah tidur bersama kan? Setelah semua itu, kau tidak perlu khawatir tentang hal kecil seperti ini, bukan begitu?”Tiffany sedang tidak mood untuk bercanda. “Kau tidak mungkin memiliki perasaan padaku kan?”Jackson terkejut, dia mengalihkan pandangannya dan dengan cangg
Jackson menghela nafas lega. “Tidak apa-apa. Makan saja makanannya. Lain kali kalau aku kebetulan bangun pagi dan aku punya waktu luang, aku bisa membuatkanmu makanan dan membawakannya untukmu. Kau tidak perlu merasa merepotkanku.”Tiffany juga menghela nafas lega. Dia mengambil kotak makannya dan pergi.Di Tremont Tower.Lillian mengipasi dirinya dengan selebaran brosur sambil menatap ke arah gedung besar. Lalu dia berjalan masuk menuju resepsionis. “Nona, bisakah kau panggilkan CEO mu untukku? Katakan padanya bahwa aku adalah ibu dari Tiffany Lane dan aku ingin memberitahukan sesuatu padanya. Istri dari CEO mu tinggal dirumahku.”Resepsionis itu mengangkat telepon setelah mendengar perkataan Lillian. “Baiklah, tunggu sebentar.”Teleponnya tersambung. Resepsionis itu dengan hati-hati berkata, “Pak Tremont, ada orang yang ingin menemuimu. Dia bilang dia adalah ibu dari Tiffany Lane.“Suruh dia keatas,” suara dingin Mark terdengar dari sisi lain telepon.Setelah teleponnya ditutu
Ari sedang hamil. Aku sudah melihat laporan kesehatannya, usia kandungannya 12 minggu. Sekitar tiga bulan. Dia harus bekerja lembur hingga larut malam akhir-akhir ini. Dia selalu terlihat pucat dan kelelahan saat dia pulang kerja, dan semua itu hanya demi gaji yang tidak seberapa. Sedih sekali melihatnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua. Dia mungkin tidak mau memberitahukan ini padamu karena dia tidak mau pindah kembali ke rumahmu. Biar bagaimanapun, dia sedang hamil. Penting baginya untuk selalu merasa bahagia dan nyaman. Aku hanya ingin kau tahu tentang ini saja. Yang terbaik tetaplah untuk membiarkannya tinggal dimanapun dia mau. Bagaimana menurutmu?” Ucap Lillian dengan hati-hati sambil mencoba membaca ekspresi Mark.Dia hamil lagi? Pikirannya langsung teringat pada hari dimana Arianne harus dirawat dirumah sakit, karena pendarahannya. Dia juga ingat dengan apa yang dokter katakan-- peluang bagi Arianne untuk hamil lagi sangat tipis... setelah itu, mereka h
Setelah mengantar Arianne dan memastikan dia sudah memasuki lift, Brian mengeluarkan ponselnya dan menelpon, “Tuan, aku sudah mengantar nyonya Tremont pulang. Apa kau mau aku mengantarnya setiap hari? Bukankah dia akan curiga? Sekali dua kali bisa dianggap kebetulan.. Dia tidak akan mudah tertipu jika itu terjadi lebih dari itu…”“Carilah cara sendiri,” Ucap Mark dengan dingin dan jelas.Brian merasa bingung. “Aku tidak bisa… tuan, bagaimana kalau kau bilang padanya kalau aku akan mengantar jemput dia mulai sekarang? Atau… kau bisa memberikan mobil pada Tiffany dan meminta dia untuk mengantar jemput nyonya?”Brian tidak mendapat jawaban dari Mark karena Mark sudah langsung teleponnya.Di kediaman Tremont, Mark berdiri didepan jendela di kamarnya dan menelpon Jackson. “Pikirkanlah cara untuk memberikan mobil pada Tiffany jadi dia bisa mengantar jemput Arianne ke dan dari kantor.”Jackson tertawa geli. “Aku kira kau tidak tahu. Aku agak ragu haruskah aku memberitahumu atau tidak. Di
Arianne merasa khawatir dan berkata, “Tiffie, jujurlah padaku. Bagaimana sebenarnya hubunganmu dengan Jackson? Kau tidak boleh menyerah hanya karena uang. Tidak masalah jika kalian memang saling menyukai dan berencana untuk menikah, tapi kalau kau bermain-main hanya demi uang atau pakaian atau sebuah mobil, jangan lakukan itu. Aku takut kau akan berakhir terluka. Aku tahu, aku berpikir terlalu jauh; tapi tidak ada pria yang akan memberikanmu mobil dan membawakanmu makan siang tanpa mengharapkan sesuatu!”Tiffany tidak tahu harus mengatakan apa. Dia takut kalau dia akan tidak sengaja mengungkapkan bahwa Mark sudah mengetahui soal kehamilannya, dan pastinya dia tidak mau memberitahu Arianne bawah Mark lah yang memberikan mobil ini padanya. Selain itu, Tiffany mencurigai Lillianlah yang ada dibalik semua ini… Tiffany takut kalau dia mungkin tidak akan bisa menyembunyikan ini lagi jika Arianne terus saja memberikan pertanyaan padanya. Dia bukanlah orang yang bisa menyimpan rahasia, jadi
Tiffany menyesalinya. Itu benar, dari semua pertengkarannya dengan Lillian, ini adalah pertama kalinya dia merasa kalau dia telah salah. Dia hanya mengatakan semua hal itu karena emosi, dia tidak bisa menahan dirinya. Namun, Lillian juga sudah kelewat batas. Tiffany harus mengklarifikasi masalah ini sebelum mengakui kesalahannya. Dia menahan rasa sakit yang dia rasakan, menarik nafas dalam dan berkata. “Apakah Mark akan memberikanmu uang tanpa alasan? Uang yang dia berikan padamu itu untuk Ari kan? Tidakkah kau pikir kalau kau sudah keterlaluan dengan menggunakan uang itu untuk dirimu sendiri?”Lillian menyeringai, “Ini bukan apa-apa. Uang ini hanyalah setetes air saja bagi Mark. tidakkah kau pikir mengurus Si Putih dan Arianne sepadan dengan uang ini? Dia tinggal dirumah kita juga. Kau juga banyak membantunya di sekolah waktu itu. Mari kesampingkan semua itu. Dia adalah wanita tanpa keluarga. Kau lah orang terdekatnya, maka itu berarti kitalah keluarganya. Dia menumpang dirumah orang
Hati Arianne seolah tenggelam perlahan saat Mary berjalan ke atas. Dia tidak pernah menyangka kalau kehamilannya akan diketahui secepat ini. Bagaimana Mark akan bereaksi ketika dia melihatnya?Dia tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir sebelum Mary tiba di lantai bawah. “Ari, tuan menyuruhmu untuk ke atas. Dia baru bangun.”Arianne menatap Tiffany lalu bangun dari sofa dan menuju ke lantai atas. Saat dia berjalan masuk ke kamar mereka, dia merasakan deja vu. Kamar itu penuh dengan aroma Mark. entah kenapa, aroma itu membuat hatinya tidak terasa berat lagi.Mark tidak ada di tempat tidur, tapi Arianne bisa mendengar suara air dari kamar mandi. Sepertinya dia sedang mencuci mukanya.Dia berdiri menunggu di depan jendela bergaya perancis. Sepuluh menit kemudian, Mark keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan piyamanya. Rambutnya agar berantakan tidak seperti biasanya.Mark melirik ke arahnya dengan acuh tak acuh, lalu berjalan ke sisi tempat tidur dan mengesap teh yang suda
Arianne juga tidak mengerti apa yang Mark pikirkan. Dia juga terkejut karena Mark tidak membahas tentang bayi di kandungannya. Mengingat sifatnya yang dingin, itu masuk akal. Bagaimana mungkin pria seperti dia mau menyibukkan dirinya dengan hal seperti itu? Mark pernah mengatakan kalau dia mencintainya, apakah itu sebuah kesalahan? Atau.. apa itu hanyalah masa lalu?Tiffany melampiaskan frutasinya pada mobil Audi itu saat mereka keluar dari kediaman Tremont, “Jika aku memiliki banyak uang aku pasti sudah menolaknya dan aku tidak akan mengendarai mobil ini lagi. Mengapa Mark memiliki banyak sekali uang? Di waktu seperti ini, kita tidak punya pilihan lain selain menundukan kepala kita padanya. Ngomong-ngomong, ibuku pasti akan membuat masalah lainnya jika kau terus saja tinggal dirumahku. Dengan begitu kita tidak akan bisa membereskan masalah yang telah dia buat. Aku akan membantumu mencari apartemen dua hari lagi. Kau lebih baik pindah. Aku akan sering mengunjungimu dan mengantar jempu