Tiffany menyesalinya. Itu benar, dari semua pertengkarannya dengan Lillian, ini adalah pertama kalinya dia merasa kalau dia telah salah. Dia hanya mengatakan semua hal itu karena emosi, dia tidak bisa menahan dirinya. Namun, Lillian juga sudah kelewat batas. Tiffany harus mengklarifikasi masalah ini sebelum mengakui kesalahannya. Dia menahan rasa sakit yang dia rasakan, menarik nafas dalam dan berkata. “Apakah Mark akan memberikanmu uang tanpa alasan? Uang yang dia berikan padamu itu untuk Ari kan? Tidakkah kau pikir kalau kau sudah keterlaluan dengan menggunakan uang itu untuk dirimu sendiri?”Lillian menyeringai, “Ini bukan apa-apa. Uang ini hanyalah setetes air saja bagi Mark. tidakkah kau pikir mengurus Si Putih dan Arianne sepadan dengan uang ini? Dia tinggal dirumah kita juga. Kau juga banyak membantunya di sekolah waktu itu. Mari kesampingkan semua itu. Dia adalah wanita tanpa keluarga. Kau lah orang terdekatnya, maka itu berarti kitalah keluarganya. Dia menumpang dirumah orang
Hati Arianne seolah tenggelam perlahan saat Mary berjalan ke atas. Dia tidak pernah menyangka kalau kehamilannya akan diketahui secepat ini. Bagaimana Mark akan bereaksi ketika dia melihatnya?Dia tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir sebelum Mary tiba di lantai bawah. “Ari, tuan menyuruhmu untuk ke atas. Dia baru bangun.”Arianne menatap Tiffany lalu bangun dari sofa dan menuju ke lantai atas. Saat dia berjalan masuk ke kamar mereka, dia merasakan deja vu. Kamar itu penuh dengan aroma Mark. entah kenapa, aroma itu membuat hatinya tidak terasa berat lagi.Mark tidak ada di tempat tidur, tapi Arianne bisa mendengar suara air dari kamar mandi. Sepertinya dia sedang mencuci mukanya.Dia berdiri menunggu di depan jendela bergaya perancis. Sepuluh menit kemudian, Mark keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan piyamanya. Rambutnya agar berantakan tidak seperti biasanya.Mark melirik ke arahnya dengan acuh tak acuh, lalu berjalan ke sisi tempat tidur dan mengesap teh yang suda
Arianne juga tidak mengerti apa yang Mark pikirkan. Dia juga terkejut karena Mark tidak membahas tentang bayi di kandungannya. Mengingat sifatnya yang dingin, itu masuk akal. Bagaimana mungkin pria seperti dia mau menyibukkan dirinya dengan hal seperti itu? Mark pernah mengatakan kalau dia mencintainya, apakah itu sebuah kesalahan? Atau.. apa itu hanyalah masa lalu?Tiffany melampiaskan frutasinya pada mobil Audi itu saat mereka keluar dari kediaman Tremont, “Jika aku memiliki banyak uang aku pasti sudah menolaknya dan aku tidak akan mengendarai mobil ini lagi. Mengapa Mark memiliki banyak sekali uang? Di waktu seperti ini, kita tidak punya pilihan lain selain menundukan kepala kita padanya. Ngomong-ngomong, ibuku pasti akan membuat masalah lainnya jika kau terus saja tinggal dirumahku. Dengan begitu kita tidak akan bisa membereskan masalah yang telah dia buat. Aku akan membantumu mencari apartemen dua hari lagi. Kau lebih baik pindah. Aku akan sering mengunjungimu dan mengantar jempu
Mark menggertakan giginya. Dia tidak pernah memikirkan tentang alasan kenapa Arianne meninggalkan kediaman Tremont sebelumnya. Setelah lebih dari sepuluh tahun Arianne tidak pernah sekalipun meninggalkan kediaman Tremont. Tapi sekarang, dia tiba-tiba pergi. Sebelumnya, Mark tidak pernah mau pusing memikirkan mengapa, dan dia juga tidak pernah berusaha meminta Arianne untuk tidak pergi. Dia akhirnya mengerti setelah mendengarkan perkataan Aery. apakah Arianne benar-benar meninggalkan kediaman Tremont sebagai pembalasan atas Will?Aery tampak senang melihat ekspresi Mark yang bingung. “Baiklah Mark. tidak usah kau pikirkan itu lagi. Cobalah kue ini. Ini sangat enak. Aku suka kue ini sejak masih kecil. Aku akan tinggal disini dan menunggumu selesai bekerja, lalu kita bisa makan bersama oke?”Mark tidak menolak kue yang Aery suapi ke mulutnya. Namun, kue yang seharusnya manis terasa tawar di mulutnya.—-Helen dan Jean Kinsey keluar dari kantor urusan sipil.“Apakah ini.. benar-benar
Helen mengeluarkan akta properti dan sebuah kartu kredit dari tasnya. “Ini adalah tabunganku selama bertahun-tahun. Perceraianku dan Jean berjalan baik. Perusahaan dan rumah menjadi miliknya dan aku mendapatkan 80% dari tabungan dan juga dua properti. Aku memberikanmu salah satu dari propertinya dan setengah dari uang tabungan itu, aku berencana untuk memulai perusahaan sendiri dengan sisa uangnya. Dan saat aku meninggal, maka perusahaannya akan menjadi milikmu. Keluarga Kinsey sedang dalam masa yang agak sulit sebelumnya, walaupun kita berhasil bertahan dengan bantuan perusahaan Mark, jadi aku tidak mendapatkan aset sebanyak itu. Terimalah ini, kau membutuhkannya.”Arianne menatap pada akta dan kartu debit di tangan Helen tapi dia tidak langsung menerimanya. Properti itu setidaknya seharga beberapa ratus dolar dan kartu debitnya juga berisi jumlah yang sama. Jika keluarga Kinsey tidak mengalami krisis keuangan, jumlahnya pasti akan dua kali lipat dari itu, hal ini akan sangat berguna
Arianne menggoda Tiffany, “Kenapa tidak kau saja yang menikahinya. kau akan bisa makan sepuasmu dan menjadi kaya juga.”Tiffany tiba-tiba tertawa, “Haha…perutku sudah menjadi tawanannya sekarang. Aku sempat berpikir untuk memacarinya juga. Dia tinggi,tampan,kaya dan pintar memasak, Dimana lagi kau bisa mendapatkan pria seperti itu? dan terkadang aku membayangkan tentang… hehe… dia bertelanjang. Dia sangat modis saat dia berpakaian, dia pasti memiliki tubuh yang bagus saat dia melepaskan pakaiannya! untung aku hanya tergila-gila sedikit saja padanya. kalau tidak, dia mungkin sudah 'aku makan' sejak lama!”Arianne merasa merinding. “Ah.. dasar kau ini. baiklah, aku akan menutup teleponnya. Makan siang dulu sana!”Setelah menutup teleponnya, Tiffany merasa seperti ada seseorang dibelakangnya saat dia masih tersenyum setelah pembicaraan di telepon tadi. Lalu ketika Tiffany menoleh kebelakang dan melihat Jackson sedang menatapnya dengan mulut ternganga, Tiffany merasa panik. Jackson mend
Brian agak bingung. “Baik tuan, silahkan masuk. Aku akan mengantarmu sekarang juga.”Merekapun tiba di apartemen Arianne, Brian membantu Mark yang sedang mabuk dan tiba di depan kamar Arianne. Brian tidak berani mengetuk pintu terlalu keras dan dia dengan pelan memanggil, “Nyonya, tuan ada disini…”Tidak ada suara dari dalam. Mark mengetuk pintunya dengan keras dan berkata. “Buka pintunya!”Brian langsung menghentikannya. Arianne sedang hamil. Dia akan terkejut mendengar teriakan seperti itu tengah malam begini. Arianne yang terbangun karena ketukan pintu memeriksa dengan hati-hati dari lubang intip di pintu. Dia bernafas lega saat dia melihat kalau Mark dan Brian lah yang ada di pintu; Dia membuka pintunya. Sebelum Arianne bicara, Mark menerkam dan memeluknya erat-erat sambil menggumamkan sesuatu yang tidak Arianne pahami.“Aku akan pergi dulu nyonya.” Ucap Brian.Arianne belum sempat merespon saat Brian menutup pintunya dan pergi. Dia bisa melihat kalau Mark sedang mabuk. kare
Arianne menyerah untuk berjuang. Tidak peduli seberapa keras dia berjuang, Mark akan tetap bersikeras untuk melakukan apa yang sudah diputuskannya…Sikap Mark sama menakutkannya seperti petir yang memekakkan telinga saat itu, pada akhirnya membuat Arianne mulai menangis terisak. Hujan deras akhirnya perlahan-lahan berhenti di satu waktu malam itu, matahari yang terbit ditemani dengan rintik gerimis hujan yang tersisa keesokan harinya, membuat udara pagi terasa sangat hangat. Arianne sangat ketakutan sepanjang malam, hampir membuat dirinya tidak bisa tidur. Dia memastikan bahwa bayi dalam kandungannya baik-baik saja, walaupun dia masih menyimpan dendam padanya. Arianne tidak bisa tenang saat dia mandi. Kelelahan dan rasa mual di pagi hari menghabiskan semua energinya yang tersisa, sedemikian rupa sehingga bahkan dirinya sudah tidak memiliki tenaga untuk membungkuk dan mengambil cangkir yang jatuh dari lantai. Sebelumnya Arianne tidak pernah merasakan gejala pusing dan mual karena