Mark menggertakan giginya. Dia tidak pernah memikirkan tentang alasan kenapa Arianne meninggalkan kediaman Tremont sebelumnya. Setelah lebih dari sepuluh tahun Arianne tidak pernah sekalipun meninggalkan kediaman Tremont. Tapi sekarang, dia tiba-tiba pergi. Sebelumnya, Mark tidak pernah mau pusing memikirkan mengapa, dan dia juga tidak pernah berusaha meminta Arianne untuk tidak pergi. Dia akhirnya mengerti setelah mendengarkan perkataan Aery. apakah Arianne benar-benar meninggalkan kediaman Tremont sebagai pembalasan atas Will?Aery tampak senang melihat ekspresi Mark yang bingung. “Baiklah Mark. tidak usah kau pikirkan itu lagi. Cobalah kue ini. Ini sangat enak. Aku suka kue ini sejak masih kecil. Aku akan tinggal disini dan menunggumu selesai bekerja, lalu kita bisa makan bersama oke?”Mark tidak menolak kue yang Aery suapi ke mulutnya. Namun, kue yang seharusnya manis terasa tawar di mulutnya.—-Helen dan Jean Kinsey keluar dari kantor urusan sipil.“Apakah ini.. benar-benar
Helen mengeluarkan akta properti dan sebuah kartu kredit dari tasnya. “Ini adalah tabunganku selama bertahun-tahun. Perceraianku dan Jean berjalan baik. Perusahaan dan rumah menjadi miliknya dan aku mendapatkan 80% dari tabungan dan juga dua properti. Aku memberikanmu salah satu dari propertinya dan setengah dari uang tabungan itu, aku berencana untuk memulai perusahaan sendiri dengan sisa uangnya. Dan saat aku meninggal, maka perusahaannya akan menjadi milikmu. Keluarga Kinsey sedang dalam masa yang agak sulit sebelumnya, walaupun kita berhasil bertahan dengan bantuan perusahaan Mark, jadi aku tidak mendapatkan aset sebanyak itu. Terimalah ini, kau membutuhkannya.”Arianne menatap pada akta dan kartu debit di tangan Helen tapi dia tidak langsung menerimanya. Properti itu setidaknya seharga beberapa ratus dolar dan kartu debitnya juga berisi jumlah yang sama. Jika keluarga Kinsey tidak mengalami krisis keuangan, jumlahnya pasti akan dua kali lipat dari itu, hal ini akan sangat berguna
Arianne menggoda Tiffany, “Kenapa tidak kau saja yang menikahinya. kau akan bisa makan sepuasmu dan menjadi kaya juga.”Tiffany tiba-tiba tertawa, “Haha…perutku sudah menjadi tawanannya sekarang. Aku sempat berpikir untuk memacarinya juga. Dia tinggi,tampan,kaya dan pintar memasak, Dimana lagi kau bisa mendapatkan pria seperti itu? dan terkadang aku membayangkan tentang… hehe… dia bertelanjang. Dia sangat modis saat dia berpakaian, dia pasti memiliki tubuh yang bagus saat dia melepaskan pakaiannya! untung aku hanya tergila-gila sedikit saja padanya. kalau tidak, dia mungkin sudah 'aku makan' sejak lama!”Arianne merasa merinding. “Ah.. dasar kau ini. baiklah, aku akan menutup teleponnya. Makan siang dulu sana!”Setelah menutup teleponnya, Tiffany merasa seperti ada seseorang dibelakangnya saat dia masih tersenyum setelah pembicaraan di telepon tadi. Lalu ketika Tiffany menoleh kebelakang dan melihat Jackson sedang menatapnya dengan mulut ternganga, Tiffany merasa panik. Jackson mend
Brian agak bingung. “Baik tuan, silahkan masuk. Aku akan mengantarmu sekarang juga.”Merekapun tiba di apartemen Arianne, Brian membantu Mark yang sedang mabuk dan tiba di depan kamar Arianne. Brian tidak berani mengetuk pintu terlalu keras dan dia dengan pelan memanggil, “Nyonya, tuan ada disini…”Tidak ada suara dari dalam. Mark mengetuk pintunya dengan keras dan berkata. “Buka pintunya!”Brian langsung menghentikannya. Arianne sedang hamil. Dia akan terkejut mendengar teriakan seperti itu tengah malam begini. Arianne yang terbangun karena ketukan pintu memeriksa dengan hati-hati dari lubang intip di pintu. Dia bernafas lega saat dia melihat kalau Mark dan Brian lah yang ada di pintu; Dia membuka pintunya. Sebelum Arianne bicara, Mark menerkam dan memeluknya erat-erat sambil menggumamkan sesuatu yang tidak Arianne pahami.“Aku akan pergi dulu nyonya.” Ucap Brian.Arianne belum sempat merespon saat Brian menutup pintunya dan pergi. Dia bisa melihat kalau Mark sedang mabuk. kare
Arianne menyerah untuk berjuang. Tidak peduli seberapa keras dia berjuang, Mark akan tetap bersikeras untuk melakukan apa yang sudah diputuskannya…Sikap Mark sama menakutkannya seperti petir yang memekakkan telinga saat itu, pada akhirnya membuat Arianne mulai menangis terisak. Hujan deras akhirnya perlahan-lahan berhenti di satu waktu malam itu, matahari yang terbit ditemani dengan rintik gerimis hujan yang tersisa keesokan harinya, membuat udara pagi terasa sangat hangat. Arianne sangat ketakutan sepanjang malam, hampir membuat dirinya tidak bisa tidur. Dia memastikan bahwa bayi dalam kandungannya baik-baik saja, walaupun dia masih menyimpan dendam padanya. Arianne tidak bisa tenang saat dia mandi. Kelelahan dan rasa mual di pagi hari menghabiskan semua energinya yang tersisa, sedemikian rupa sehingga bahkan dirinya sudah tidak memiliki tenaga untuk membungkuk dan mengambil cangkir yang jatuh dari lantai. Sebelumnya Arianne tidak pernah merasakan gejala pusing dan mual karena
Arianne bertanya dengan santai, “Siapa yang mengirimkan semua makanan ini?”Gadis itu menjawab apa pun yang ditanyakan oleh Arianne, "Dia bilang dari Brian."Brian? Arianne tiba-tiba merasakan sakit kepala ringan. Sikap Mark ketika dia berbicara dengannya bukanlah yang terbaik. Dia tidak berharap jika Mark yang meminta Brian untuk mengirimkan sarapan. Jika bukan Mark yang memintanya, Brian tidak akan berani melakukannya. Arianne benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya Mark pikirkan.Cuaca saat ini panas dan semua makanan ini hanya bisa bertahan sepanjang hari. Dia tidak akan bisa menghabiskan semuanya. Setelah menimbang sejenak, Arianne berkata, "Aku hanya akan mengambil beberapa. Bagikan sisanya untuk kalian. Jika tidak, hanya akan menjadi sampah."Gadis yang duduk di meja depan berseberangan dengan Arianne, melakukan apa yang diperintahkan dengan senang hati dan menyimpan beberapa yang terlihat paling lezat untuk Eric secara khusus. Ketika Eric melihat stiker label di kotak m
Melihat bagaimana Arianne memeluk erat Rice Ball yang terlihat sekarat, Mark merasakan emosinya bercampur. Tampaknya hanya dia yang tidak berperasaan kepadanya.. Wanita itu bahkan bisa sangat menghargai seekor kucing...Arianne tidak berani masuk ke mobilnya, mengetahui bahwa Mark sangat sensitif terhadap hewan berbulu dan khawatir bulu Rice Ball akan rontok dan mengotori interior mobil. “Kamu sebenarnya tidak harus terburu-buru ke sini… Pengobatan untuk hari ini sudah selesai, hanya saja aku nanti tidak bisa memberinya obat sendirian di rumah… Dia juga harus kembali besok untuk pengobatan harian dengan dokter hewan.”Mark melompat keluar dari mobil dan membawa tas hewan peliharaan yang di dalamnya menampung Rice Ball sebelum melemparkannya ke dalam mobilnya. "Aku tidak punya waktu untuk omong kosongmu. Cepat masuk."Arianne pun terkejut, khawatir akan terjadi sesuatu pada Rice Ball dari penanganan kasar Mark, namun tidak berani membantahnya. Cuaca yang panas dan kering tak pelak me
Arianne tidak menutup pintu kamar tidur saat dia tidur. Dengan cara ini, AC yang menyala di kamar tidur bisa sedikit banyak menurunkan suhu ruangan di ruang tamu. Kalau tidak, Mark tidak akan bisa tidur.Kelelahan dua hari ini membuat Arianne tertidur lelap hingga keesokan paginya. Jika dia tidak terbangun karena panggilan alam, dia bahkan tidak akan repot-repot meninggalkan tempat tidurnya. Berjalan ke kamar mandi dengan keadaan mengantuk, Arianne tertegun ketika dia masuk. Mark sedang menggunakan toilet! Dan pria itu bahkan tidak menutup pintu! Meskipun dia berdiri dengan punggung menghadapnya, Arianne bisa mendengarnya dengan jelas.Arianne menutup matanya secara naluriah dan berbalik. “Bisakah kamu menutup pintu saat menggunakan toilet?”Tidak bisa, udara terlalu panas. Mark acuh tak acuh, marah karena kurang tidur.Apakah suhu gerah di kamar mandi akan membunuhnya saat dia buang air kecil? Arianne tidak bisa berkata-kata. Pada saat yang sama, dia berdoa agar Mark dengan cepat