Tiffany menundukan kepalanya karena takut Jackson menyadari riasan wajahnya. “Tidak perlu. Aku akan pergi ke arah sana karena masih ada yang perlu aku urus. Kau duluan saja.”Jackson tidak bodoh. Biasanya wanita hanya menenteng tas kecil yang cukup untuk membawa ponsel dan kosmetik untuk bekerja. Tapi, Tiffany akhir-akhir ini membawa tas besar ke kantor. Jackson merasa penasaran tentang kemana dia selalu pergi setelah bekerja. Dia menuruti perkataan Tiffany tapi dia meminta sopirnya untuk menghentikan mobilnya di perempatan, dia memandangi Tiffany saat dia menaiki taksi dan menyuruh sopirnya untuk mengikutinya. Sopir itu merasa agak bingung. “Tuan, bukankah kau harus pulang untuk makan malam bersama Nyonya hari ini? Kau mau kemana? Kita akan terlambat…”Jackson mengerutkan dahi, “Beritahu ibuku kalau aku tidak akan makan malam dirumah hari ini. Ada hal lain yang perlu aku urus.” Dia mengikuti Tiffany hingga taksi Tiffany berhenti didepan sebuah klub malam. Setelah ragu-ragu beberapa
Pria itu tetap diam.Tiffany mengutuk dalam hati. Kenapa dia bersikap pendiam begini padahal dia ada di tempat hiburan hiburan? Karena Tiffany memang baru terjun ke dunia malam seperti ini. Dan saat suasananya agak canggung dia tidak tahu harus melakukan apa.Dia mengingat ajaran mami di tempat ini dan menebak kalau pria didepannya ini pasti lebih suka dengan tipe yang lebih bersemangat dan agresif. Saat memikirkan tentang dompetnya yang kosong dan uang 1200 dolar yang baru saja Lillian habiskan pagi ini, dia menggertakan giginya dan menempelkan dirinya ke lengan pria itu. “Kenapa kau diam saja tuan? Maaf. aku baru bekerja disini, dan aku belum lihai dalam menyenangkan pengujung. Apakah kau mau memanggil beberapa gadis lagi untuk bersenang senang bersama?”Namun, Tiffany panik saat pria itu meraih tangannya. Apakah pria ini seorang cabul? Lalu, tidak lama kemudian, pria itu melepaskan tangannya dan berkata, “Apa kau benar-benar kekurangan uang?”Tiffany terkejut. Dia tidak menyangk
Suara Tiffany sedikit tercekik. Untuk bisa menahan air matanya, dia menuangkan wine untuknya sendiri dan meneguknya adalam satu kali tegukan. Untungnya, dia tidak asing dengan wine dan sudah terbiasa meminumnya waktu dulu. Dengan begitu tidak terlalu sulit baginya untuk bekerja di klub malam seperti ini.Jackson juga merasa kalau dia mulai emosional malam ini. Dia menarik nafas panjang dan melembutkan suaranya. “Kau bisa memperlakukanku sebagai orang asing dan beritahu aku apapun yang ingin kau katakan.”Tiffany meminum minuman Jackson dan bergumam, “Baiklah, aku akan mengatakannya jika kau mau mendengarnya. Memang benar kalau keluargaku tidak perlu lagi membayar hutang sekarang, tapi aku masih saja miskin. Setelah mantan pacarku putus denganku, dia mengembalikan semua uang yang aku habiskan saat kita berpacaran. Kurang lebih 300.000 dolar. Itu adalah jumlah yang banyak bagiku. Aku berharap untuk bisa menabung cukup uang dan membeli rumah di lokasi yang bagus, tapi ibuku menghabiskan
Tiffany terus saja merasa kalau ada yang tidak beres. Kenapa pria ini menolongnya? Dia berdiri dan tiba-tiba merasa seolah bumi sedang berputar. Dia pasti terlalu banyak minum tadi. Jackson menangkapnya tepat waktu. Tiffany merasakan telapak tangannya yang lembut dan tanpa sadar bersandar di dadanya. Jackson merasa sesuatu yang lembut menempel di dadanya sebelum aroma harum memasuki hidungnya.Jackson mengambil jasnya dan meletakkan ya ditubuh Tuffany. Barulah dia sekarang tahu apa yang ada didalam tas besar yang Tiffany bawa setiap hari; itu adalah dress yang dia pakai sekarang. Desainnya sangat mencolok dan terbuka.Mereka keluar, dan angin yang dingin berhembus, Tiffany terhuyung ke pinggir jalan dan muntah. Jackson memberikan tisu padanya. “Apa kau baik-baik saja? Aku melihatmu minum setengah botol besar vodka. Kau pasti mual sekarang…”Walaupun Tiffany sedang pusing, dia tidak tuli. “Kenapa kau tidak memberitahuku tadi? Aku belum pernah meminum vodka seperti itu sebelumnya!”
Eric merasa tertantang saat dia menyadari kalau Mark mencoba mengejarnya. Mereka berdua mulai balapan satu sama lain hingga mereka berpisah di perempatan. Walau begitu, Mark tidak memperlambat laju mobilnya, jantung Arianne berdetak sangat cepat dan dia berpegangan pada sabuk pengamannya. “Apa yang kau lakukan? Aku takut....! Jalannya cukup gelap dan licin, bisakah kau memperlambat mobilnya?”Mark menginjak rem tepat saat mobilnya tiba di perumahan mewah. Tidak ada banyak mobil di jalananan ini pada jam segini dan tidak ada polisi yang akan menilang mereka. Arianne menepuk-nepuk dadanya sendiri untuk menenangkan dirinya. “Kenapa kau menjemputku? Aku bisa pulang sendiri…”“Pulang sendiri? Apa maksudmu pulang dengan diantar Eric?” ada kecemburuan dalam suaranya.“Aku biasanya naik taksi sendiri. Eric hanya mengantar aku kalau aku lembur saja. Apa yang salah dengan itu? Kau bisa langsung saja mengatakan padaku jika aku membuatmu kesal. Jangan menggunakan cara ekstrim seperti itu untuk
Nina melihat Arianne buru-buru menuruni tangga dengan wajah memerah dan Nina menggodanya. “Tampaknya Mark bergairah sekali… ini belum lama sejak kau keluar dari rumah sakit…”Arianne merasa malu setengah mati. “Apa yang kau bicarakan…? Bukan begitu... Aku lelah. Aku akan mandi dan tidur.”Mary memelototi Nina. “Jangan ikut campur urusan orang lain nona muda! Tidakkah kau malu? Urus saja urusanmu sendiri!”Nina tidak setuju dengan Mary. “Kita semua orang dewasa disini, apa yang kau khawatirkan? Melihat mereka tadi, aku kira mereka akan melakukan sesuatu. Tampaknya aku salah. Mereka berdua biasanya tampak “menahan keinginan” mereka. Apakah tidak penasaran juga dengan bagaimana hubungan mereka akan berkembang?”“Kau sendiri tahu kalau nyonya sedang dalam keadaan yang tidak fit. Tuan sangat pengertian terhadapnya. Kau saja yang menebak-nebak sembarangan. Aku rasa kau terlalu bosan.” ucap Mary.Arianne mendengarkan percakapan mereka di kamar mandi. Dia semakin merasa malu untuk melihat
“Kau bilang tidak ada yang terjadi di antara kita, tetapi mengapa kau tidur di ranjang yang sama denganku? Gunakanlah otakmu bahkan saat kau berbohong. Aku orang dewasa dan dapat bertanggung jawab atas tindakanku sendiri, tetapi aku tidak tahan melihat orang-orang seperti dirimu yang tidak bertanggung jawab atas tindakanmu! " Tiffany sangat kesal. Tidak peduli bagaimana dia melihat semua ini, tidak seperti tidak terjadi apa-apa.“Maaf? Kau yang tidak ingin pulang ke rumah atau memberikanku alamat rumahmu. Aku tidak punya pilihan selain membawamu kesini karena aku tidak bisa mengantarkanmu pulang. Aku tidak mempersiapkan kasur di kamar yang lain. Hanya ini satu-satunya ruangan dimana kita bisa tidur di rumah ini dan aku tidak akan tidur di sofa. Lagipula, aku sangat kelelahan dari mengurusmu semalaman. Dimana lagi aku akan tidur kalau bukan di ranjang?” Jackson menjulurkan kepalanya dari kamar mandi sembari menggosok gigi saat dia mengeluh pada Tiffany atas sikapnya yang berlebihan.T
Hampir waktu makan siang ketika Jackson menghubungi departemen desain. Atasannya berseru keras, “Tiffany Lane, pak West mencarimu! Cepat ke ruangannya!”Kepala Tiffany serasa mau pecah mendengar nama Jackson. “Baik!”Di pertengahan jalan, dia terus berpikir tentang apa yang Jackson akan lakukan padanya di dalam ruangan. Mungkinkan dia ingin melanjutkan apa yang yang terhenti semalam? Jika tidak, mengapa dia tiba-tiba mencarinya?Dia berjalan pelan ke ruangannya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu. Dia telah mengambil keputusan. Jika Jackson akan meminta bantuannya, dia tidak akan pernah mengiyakan. Ini bukanlah yang bisa dilakukan manusia berhati nurani...“Ayo masuk,” suara Jackson terdengar dari dalam.Tiffany menenangkan dirinya dan mendorong pintunya terbuka. Dia menjaga jarak antara mereka dan berdiri di depan pintu. “Ada apa?” Jackson mengambil sebuah dokumen tanpa mengangkat kepalanya. “Kirimkan ini pada Glide. Karena Arianne ada disana juga, kalian bisa makan