Tangan Mark dengan tulang yang kuat mencubit dagu Arianne saat dia melangkah maju dengan ekspresi mengejek. “Aku...tidak pernah menganggapmu sebagai keluarga. Bahkan sejak kau masih kecil, aku tidak pernah lupa dengan balas dendam ku. Tiap kali aku melihatmu, aku ingin membunuhmu. Ketika kau beranjak remaja, aku menyadari kau pun tumbuh, terlihat lebih baik dimataku. Kau paham maksud ku? Aku menunggumu mencapai delapan belas tahun sebelum aku memilikimu, tetapi Will Sivan mengambilmu dariku. Apa yang menjadi milikku ternoda. Apa yang kau pikir akan aku lakukan?” Dia lanjut berkata, “Bagaimana bisa kau begitu bodoh untuk menganggapmu sebagai keluarga? Aku orang yang telah menunggu untuk mengambil nyawamu. Aku hanya menjadikanmu sebagai mainanku. Mengapa kau pikir aku melarangmu untuk berinteraksi dengan pria lain? Itu karena, seperti sebuah benda, kau adalah milikku. Aku tidak ingin orang lain menyentuhmu. Aku tidak mencintaimu, dan tidak akan pernah. Aku juga tidak peduli jika kau tid
Arianne tersenyum miris. “Dia selalu seperti itu padaku. Kadang-kadang aku iri pada kalian semua, karena dapat menjadi orang yang mendapatkan kebaikannya. Aku sudah bersamanya lebih dari sepuluh tahun, tetapi aku tidak pernah…”Nina tidak berniat untuk menggodanya. Sebaiknya dia merasa agak simpatik. “Seingatku tentang dirinya, aku rasa dia hanya mengatakan kata-kata itu karena marah. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kalian berdua. Namun, menurut insting perempuanku, aku tidak merasa dia jujur. Awalnya, aku tidak percaya dia menyukaimu. Aku bahkan mengira kau memaksa dirinya untuk menikahimu dengan berpura-pura hamil dan menggunakan trik yang biasa orang lakukan di dalam drama. Namun, aku percaya sekarang. Bukankah dia bersikeras menikahimu?”Arianne tidak memahami ucapan Nina. “Apa maksudmu? Setelah mendengar apa yang ia katakan, kau masih mengira kita memiliki hubungan semacam itu?”Nina menatap ke atas langit yang dipenuhi titik-titik bintang. Dia merenungkan kata-katanya sebe
Nina mengangkat bahu. “Kalau aku tidak mendengar kata-katanya tadi dan melihatnya mengamuk karenamu hari ini, aku tidak akan percaya kalau dia menyukaimu. Kalau dia tidak menyukaimu, aku pasti akan berusaha mendapatkan hatinya. Tapi, sekarang berbeda. Aku tidak pernah suka merebut pasangan orang lain. Kau sangat luar biasa, kau bisa merubah pria yang lembut seperti malaikat menjadi seorang iblis. Aku akan memberikanmu dua jempol.”Saat ini, Mary tiba-tiba muncul. “Oh kalian sedang mengobrol disini! Kemarilah, makan buah-buahan ini.” karena dia mendengar perkataan Nina tadi, sepertinya prasangka Mary terhadap Nina juga sudah hilang.Nina bisa merasakan perubahan dalam sikap Mary dan dengan senang hati menerima buah-buahannya. “Baiklah, letakkan saja disini Mary.”Mary meletakkan buah-buahannya dan melihat ke arah Arianne. “Ari, tuan sangat kesal. Kenapa kau tidak… tidak usah lah! Aah... Tidak ada gunanya bicara padamu. Kau dan tuan, sama-sama keras kepala. Dalam hal ini, kalian berdu
Arianne berpura-pura tidak mendengar apa-apa dan masuk kedalam. “Pak Nathaniel, ada apa?”Walaupun Eric sudah meredakan emosinya, dia tidak tersenyum dan tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. “Uh… tolong pergi ke kantor Mark. ada beberapa kontrak yang perlu ditandatangani. Kita butuh perjanjian ini secepatnya. Kita juga akan perlu bekerja lembur beberapa hari kedepan. Keputusan mendadak ini dikarenakan keadaan darurat. Siapa tahu, mungkin sebentar lagi aku tidak akan lagi mengurus perusahaan ini. Aku akan harus memastikan kalau semuanya sudah diurus sebelum itu terjadi.”Arianne mengangguk dan mengambil dokumen itu sebelum kembali ke mejanya. Setelah berkemas, dia menuju ke lantai bawah untuk memanggil taksi menuju Tremont Tower.Dia memasuki kantor Mark dengan santai dan tiba di lantai empat puluh enam, dia langsung mengambil inisiatif untuk membuka sepatu haknya dan berjalan tanpa alas kaki. Sekretaris Mark, Ellie, menghentikannya. “Mohon tunggu, aku akan menginformasikan kedata
Arianne menelpon ke rumah dan memberitahukan Mary kalau dia tidak akan pulang untuk makan malam karena dia harus bekerja lembur.Mary mengomelinya, karena khawatir tubuhnya tidak akan kuat jika dia lembur.Saat Eric keluar dari ruang kerjanya untuk membuat teh sekitar jam delapan malam, dia terkejut saat dia melihat Arianne masih ada di kantor. “Kenapa kau belum pulang?”Arianne menjawab dengan acuh tak acuh. “Aku hanya duduk disini saja seharian, pekerjaanku tidaklah berat. Ini sama sekali tidak melelahkan. Aku bisa mengatasinya. Jika aku merasa tidak sehat, aku akan pulang lebih awal. Jangan khawatirkan aku.”Eric tetap saja khawatir. “Ini sudah jam delapan lewat. Kita akan bekerja setidaknya sampai jam setengah sepuluh. Jadi kau boleh pulang sekarang tidak apa-apa.”Arianne melirik ke arahnya sebelum akhirnya mematikan komputernya dan mengemasi barangnya. Sebagai seorang pria, Eric memiliki harga diri yang tinggi. Walaupun Arianne telah mendengar percakapannya tadi, dia tidak b
Tiffany tampak khawatir saat dia menyentuh pipinya. “Benarkah? Aku tidak mungkin berhenti bekerja paruh waktu… kalau aku tidak bekerja paruh waktu, aku tidak akan bisa mencukupi kebutuhan ibuku. Sudahlah, aku tidak mau membicarakan itu, itu hanya membuatku sedih.”Saat jam menunjukan pukul delapan, Eric memasuki kantor. Tiffany langsung menyapanya dengan kontrak di tangannya. “Tolong tandatangani kontrak ini sekarang. Aku harus membawanya kembali ke kantor Jackson sebelum jam sembilan!”Eric terkejut dengan munculnya Tiffany yang tiba-tiba. Dia merogoh celananya tapi tidak bisa menemukan pulpen.Melihat ini, Tiffany langsung memberikan pulepn dari meja Arianne. “Cepatlah, cepatlah!”Setelah kontraknya ditandatangani, Tiffany langsung menghilang bagai hembusan angin.Eric masih kebingungan. “Arianne… kontrak apa yang dia minta aku untuk tandatangani? Aku bahkan tidak sempat membacanya. Aku harap itu tidak akan menimbulkan masalah nantinya..”Arianne tertawa. “Yang benar saja, apa
Tiffany menundukan kepalanya karena takut Jackson menyadari riasan wajahnya. “Tidak perlu. Aku akan pergi ke arah sana karena masih ada yang perlu aku urus. Kau duluan saja.”Jackson tidak bodoh. Biasanya wanita hanya menenteng tas kecil yang cukup untuk membawa ponsel dan kosmetik untuk bekerja. Tapi, Tiffany akhir-akhir ini membawa tas besar ke kantor. Jackson merasa penasaran tentang kemana dia selalu pergi setelah bekerja. Dia menuruti perkataan Tiffany tapi dia meminta sopirnya untuk menghentikan mobilnya di perempatan, dia memandangi Tiffany saat dia menaiki taksi dan menyuruh sopirnya untuk mengikutinya. Sopir itu merasa agak bingung. “Tuan, bukankah kau harus pulang untuk makan malam bersama Nyonya hari ini? Kau mau kemana? Kita akan terlambat…”Jackson mengerutkan dahi, “Beritahu ibuku kalau aku tidak akan makan malam dirumah hari ini. Ada hal lain yang perlu aku urus.” Dia mengikuti Tiffany hingga taksi Tiffany berhenti didepan sebuah klub malam. Setelah ragu-ragu beberapa
Pria itu tetap diam.Tiffany mengutuk dalam hati. Kenapa dia bersikap pendiam begini padahal dia ada di tempat hiburan hiburan? Karena Tiffany memang baru terjun ke dunia malam seperti ini. Dan saat suasananya agak canggung dia tidak tahu harus melakukan apa.Dia mengingat ajaran mami di tempat ini dan menebak kalau pria didepannya ini pasti lebih suka dengan tipe yang lebih bersemangat dan agresif. Saat memikirkan tentang dompetnya yang kosong dan uang 1200 dolar yang baru saja Lillian habiskan pagi ini, dia menggertakan giginya dan menempelkan dirinya ke lengan pria itu. “Kenapa kau diam saja tuan? Maaf. aku baru bekerja disini, dan aku belum lihai dalam menyenangkan pengujung. Apakah kau mau memanggil beberapa gadis lagi untuk bersenang senang bersama?”Namun, Tiffany panik saat pria itu meraih tangannya. Apakah pria ini seorang cabul? Lalu, tidak lama kemudian, pria itu melepaskan tangannya dan berkata, “Apa kau benar-benar kekurangan uang?”Tiffany terkejut. Dia tidak menyangk