Mark tersenyum sedikit. “Dia sedang tidak enak badan. Jangan khawatir dengannya, dan ayo kita makan saja.”Nina menuangkan makanan pada mangkuk Mark. “Ini, coba ini. Kau dulu suka makan ini. Aku khusus meminta juru masak untuk membuatnya. Ngomong-ngomong, mengapa Arianne tidak enak badan? Dia memang terlihat sakit, dan aku dengar dia baru saja dipulangkan dari rumah sakit. Apa yang terjadi?”Wajah mark kontan berubah serius. “Dia mengalami pendarahan karena kegugurannya. Itu karena kelalaianku. Untungnya, dia tidak apa-apa sekarang.”Nina menjulurkan lidahnya. “Sepertinya aku bertanya yang tidak-tidak. Maafkan aku. Kalau begitu, jika aku boleh bertanya, bagaimana ceritanya kau bisa menikahinya? Aku dengar dari ayahku bahwa dia adalah yatim piatu yang kau asuh dahulu. Atas kesalahan ayahnya yang berujung pada kecelakaan pesawat dan membunuh keluargamu. Aku hanya sedikit penasaran… Mengapa kau memilih bersamanya? Aku tahu kau orang yang baik, jadi tidak ada yang salah dengan mengasuhn
Mengingat bahwa Nina telah membuat ini untuk Mark, Arianne merasa amat terdorong untuk menghabiskan seluruhnya.Dia mengambil suapan pertama, membangkitkan kembali indera pengecapnya. Makanan itu terasa sedikit pedas...Dia mengambil suapan kedua dan langsung menarik nafas cepat. Terlalu pedas! Dia menduga Nina ketagihan rasa pedas. Apakah ini benar dibuat untuk manusia? Tidak heran mengapa tak tersentuh! “Ari, jika kau senggang, siapkan secangkir teh untuk tuan…”Mendengar Mary kembali, Arianne bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa dan menyelinap keluar dari dapur. “Baiklah, baiklah, aku akan melakukannya!”Melihat Arianne terburu-buru, Mary memperingatkannya. “Pelan-pelan! Bagaimana kalau kau terjatuh?”Bagaimana bisa ia pelan-pelan? Lidahnya terbakar sekarang! Dia membutuhkan air!Ketika kembali ke kamarnya, panas di mulutnya hanya perlahan berkurang setelah dia meminum segelas penuh air dan satu kotak besar susu.Saat dia sudah pulih, dia teringat bahwa dia perlu membuat
‘Tok, tok...’Tiba-tiba, terdengar suara ketukan dari pintu.Arianne membuka pintu, hanya untuk mendapati Nina tersenyum ke arahnya. Tanpa menunggu respon Arianne, dia memasuki kamar.“Mark sedang sibuk, dan aku bosan, jadi aku harap kau tidak keberatan aku datang kemari untuk mengobrol denganmu!”Bisakah Arianne berkata dia keberatan?“Tidak, aku tidak keberatan. Duduklah. Aku sedang tidak enak badan, jadi aku akan berbaring dahulu.”Nina melihat Arianne kembali ke tempat tidur, lalu menarik kursi untuk duduk. “Bagaimana keguguran itu terjadi?”Arianne seketika terpatung dengan memaksakan tersenyum. “Karena kecelakaan.”Nina menyimpulkan bibirnya terlihat simpati. “Kecelakaan? Betapa… cerobohnya. Bagaimanapun juga, itu adalah nyawa. Keluarga Tremont tidak kekurangan apapun, kecuali bagi Mark untuk memiliki seorang anak di usianya. Sayang sekali kehilangan bayi itu.”Arianne telah kehilangan keinginan untuk melanjutkan percakapan. “Aku ingin beristirahat sekarang.”Nina bangk
Dia meraih dompet Mark dan membukanya. Setidaknya ada selusin kartu di dalamnya. Karena dia teringat Mark sempat menyebutkan kartu hitam sebelumnya, matanya terpaku dengan kartu berwarna itu dengan tulisan berwarna emas padanya.Tiba-tiba, dia sekilas melihat sebuah foto di dalam dompet. Foto siapa yang Mark simpan di dalam dompetnya dan ia bawa kemana-mana?Sebelum dia dapat melihat siapa pada foto itu, Mark meraih dompet itu dan mengeluarkan kartu hitam untuknya. “Tidurlah.”Arianne mengeluarkan kartunya, lalu bertanya, “Siapa di foto itu? Cinta pertamamu? Aku rasa terlihat seperti perempuan… tetapi aku tidak melihat jelas…” Foto itu diambil cukup jauh, jadi agak sulit melihat siapa kecuali jika ia melihat lebih dekat.Dia memberi tatapan senang dan mengangkat alisnya. “Ya, dia cinta pertamaku.”Arianne berhenti membahasnya tetapi diam-diam merasa sedikit kesal. Cinta pertamanya dalam keadaan bebas dan bisa mencintai siapapun yang ia inginkan, tidak seperti dirinya. Will adalah
”Yang benar saja, Pama… maksudku kau kodok jelek. Percaya diri sekali kau? Waktu itu, pria sepertimu bahkan tidak pantas untuk membantu membawakan sepatuku. Jangan kau pikir kau bisa melakukan apapun seenak jidatmu hanya karena kau punya uang. Pasti butuh waktu lama untukmu untuk mengumpulkan uang agar bisa membayar cicilan rumahmu kan? Baiklah, karena makanannya juga belum tiba, aku saja yang akan membayarnya. Dan jangan pikir untuk makan apapun, pergi saja sana. Aku tidak akan berteriak padamu, jadi bisakah kau pergi sekarang?”Pria botak itu berdiri dan memelototinya. “Apa kau bilang? Coba katakan sekali lagi? Aku bisa dengan mudah menemukan wanita sepertimu di klub malam. Jangan merasa kalau kau ini hebat! Untuk apa aku mengosongkan dompetku saat aku bisa membayar 100 dolar saja dan mendapatkan layanan penuh dari seorang wanita seusiamu?”Tiffany memutar matanya ke arahnya. “Kalau begitu pergi saja ke klub malam! 100 dolar tidaklah murah untuk orang kikir sepertimu. Saranku pergi
’’Dia Tiffany lane, karyawan di perusahaanku.” jawab Jackson. “Kebetulan sekali. Kau kesini sendiri?”Tiffany merasa canggung. “Tidak… aku kesini dengan teman, tapi dia pulang duluan.”Jackson tersenyum ke arahnya. “Baiklah kalau begitu, jangan sampai terlambat kembali ke kantor, aku akan pergi sekarang.”“Um…” Tiffany tidak tahu harus mengatakan apa. Jika Jackson pergi, siapa yang akan membantunya?“Hmmm?” Jackson berhenti.Dia mengumpulkan keberanian dan menariknya ke samping. “Pinjamkan aku uang dan potong dari gajiku… aku lupa membawa uang.” bisiknya.Jackson terlihat santai dan bertanya. “Berapa banyak?”“6.600 Dolar…” ucapnya.“Pelayan, aku mau membayar untuk meja nomor delapan.” Jackson memanggil pelayan untuk menggesek kartunya.Setelah membayar, Jackson langsung pergi dengan wanita tadi. Tiffany membawa makanan sisa tadi dan keluar dari restoran sambil menunduk. Hari ini benar-benar hari yang sial untuknya...Tidak lama setelah dia kembali ke kantor. Lillian menelpon
Tiffany tidak merasa heran kalau Will dan Wendy mengakhiri pertunangan mereka, tapi bagaimana bisa dia kebetulan terlibat dalam kecelakaan di hari yang sama? Will selalu mengemudi dengan benar. Ini membuatnya mengira kalau ada yang tidak beres.Dia langsung menghubungi Arianne, yang sedang mengelus-ngelus Si Putih. Arianne terkejut saat menerima pesan tentang berakhirnya pertunangan Will dan Wendy juga kecelakaan Will. “Apa? Benarkah?” serunya.Tiffany segera mengirim artikel tadi pada Arianne. “Lihat saja sendiri. Itu tidak mungkin salah. Kecelakaan itu dilaporkan dua jam setelah itu terjadi. Aku mencurigai keluarga Galena yang mungkin sengaja mengatur kecelakaan itu karena merasa malu dengan berakhirnya pertunangan mereka. Aku tidak percaya kalau Will kecelakaan karena kesalahannya sendiri!”Arianne menenangkan dirinya sesaat dan berkata , “Tiffie, cari tahu dirumah sakit mana Will dirawat dan tanyakan kondisinya. Ayo jenguk dia.”Saat dia menutup teleponnya, Arianne tiba-tiba me
Nina mengerutkan bibirnya dan menatap ke arah Arianne. “Insting seorang perempuan.”Arianne tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Memang benar kalau dia merasa Nina itu menyebalkan. Bukan karena dia mau bertengkar dengan Nina atau apa, tapi dia harus selalu waspada dengan wanita manapun yang muncul disekitar Mark dan memastikan mereka tidak akan menjadi sebuah ancaman lagi untuknya.Tidak lama setelah itu, Mark memanggil dari atas. “Aku sudah selesai mandi.”Arianne pergi keatas dan meninggalkan Si Putih di ruang tamu.Dia langsung menutup pintu saat dia memasuki kamar dan tanpa basa-basi berkata, “Will dan Wendy telah mengakhiri pertunangan mereka. Bukan hanya itu, Will juga kecelakaan mobil.”Mark masih mengenakan jas mandi saat dia mengeringkan rambutnya. Tatapan kesal terlihat di matanya. “Benarkah begitu? Aku tidak punya waktu untuk mengikuti berita. Sepertinya kau mengetahui berita itu duluan daripada aku. Apakah kau sepeduli ini karena Will lah yang kecelakaan?”Arianne