Dia meraih dompet Mark dan membukanya. Setidaknya ada selusin kartu di dalamnya. Karena dia teringat Mark sempat menyebutkan kartu hitam sebelumnya, matanya terpaku dengan kartu berwarna itu dengan tulisan berwarna emas padanya.Tiba-tiba, dia sekilas melihat sebuah foto di dalam dompet. Foto siapa yang Mark simpan di dalam dompetnya dan ia bawa kemana-mana?Sebelum dia dapat melihat siapa pada foto itu, Mark meraih dompet itu dan mengeluarkan kartu hitam untuknya. “Tidurlah.”Arianne mengeluarkan kartunya, lalu bertanya, “Siapa di foto itu? Cinta pertamamu? Aku rasa terlihat seperti perempuan… tetapi aku tidak melihat jelas…” Foto itu diambil cukup jauh, jadi agak sulit melihat siapa kecuali jika ia melihat lebih dekat.Dia memberi tatapan senang dan mengangkat alisnya. “Ya, dia cinta pertamaku.”Arianne berhenti membahasnya tetapi diam-diam merasa sedikit kesal. Cinta pertamanya dalam keadaan bebas dan bisa mencintai siapapun yang ia inginkan, tidak seperti dirinya. Will adalah
”Yang benar saja, Pama… maksudku kau kodok jelek. Percaya diri sekali kau? Waktu itu, pria sepertimu bahkan tidak pantas untuk membantu membawakan sepatuku. Jangan kau pikir kau bisa melakukan apapun seenak jidatmu hanya karena kau punya uang. Pasti butuh waktu lama untukmu untuk mengumpulkan uang agar bisa membayar cicilan rumahmu kan? Baiklah, karena makanannya juga belum tiba, aku saja yang akan membayarnya. Dan jangan pikir untuk makan apapun, pergi saja sana. Aku tidak akan berteriak padamu, jadi bisakah kau pergi sekarang?”Pria botak itu berdiri dan memelototinya. “Apa kau bilang? Coba katakan sekali lagi? Aku bisa dengan mudah menemukan wanita sepertimu di klub malam. Jangan merasa kalau kau ini hebat! Untuk apa aku mengosongkan dompetku saat aku bisa membayar 100 dolar saja dan mendapatkan layanan penuh dari seorang wanita seusiamu?”Tiffany memutar matanya ke arahnya. “Kalau begitu pergi saja ke klub malam! 100 dolar tidaklah murah untuk orang kikir sepertimu. Saranku pergi
’’Dia Tiffany lane, karyawan di perusahaanku.” jawab Jackson. “Kebetulan sekali. Kau kesini sendiri?”Tiffany merasa canggung. “Tidak… aku kesini dengan teman, tapi dia pulang duluan.”Jackson tersenyum ke arahnya. “Baiklah kalau begitu, jangan sampai terlambat kembali ke kantor, aku akan pergi sekarang.”“Um…” Tiffany tidak tahu harus mengatakan apa. Jika Jackson pergi, siapa yang akan membantunya?“Hmmm?” Jackson berhenti.Dia mengumpulkan keberanian dan menariknya ke samping. “Pinjamkan aku uang dan potong dari gajiku… aku lupa membawa uang.” bisiknya.Jackson terlihat santai dan bertanya. “Berapa banyak?”“6.600 Dolar…” ucapnya.“Pelayan, aku mau membayar untuk meja nomor delapan.” Jackson memanggil pelayan untuk menggesek kartunya.Setelah membayar, Jackson langsung pergi dengan wanita tadi. Tiffany membawa makanan sisa tadi dan keluar dari restoran sambil menunduk. Hari ini benar-benar hari yang sial untuknya...Tidak lama setelah dia kembali ke kantor. Lillian menelpon
Tiffany tidak merasa heran kalau Will dan Wendy mengakhiri pertunangan mereka, tapi bagaimana bisa dia kebetulan terlibat dalam kecelakaan di hari yang sama? Will selalu mengemudi dengan benar. Ini membuatnya mengira kalau ada yang tidak beres.Dia langsung menghubungi Arianne, yang sedang mengelus-ngelus Si Putih. Arianne terkejut saat menerima pesan tentang berakhirnya pertunangan Will dan Wendy juga kecelakaan Will. “Apa? Benarkah?” serunya.Tiffany segera mengirim artikel tadi pada Arianne. “Lihat saja sendiri. Itu tidak mungkin salah. Kecelakaan itu dilaporkan dua jam setelah itu terjadi. Aku mencurigai keluarga Galena yang mungkin sengaja mengatur kecelakaan itu karena merasa malu dengan berakhirnya pertunangan mereka. Aku tidak percaya kalau Will kecelakaan karena kesalahannya sendiri!”Arianne menenangkan dirinya sesaat dan berkata , “Tiffie, cari tahu dirumah sakit mana Will dirawat dan tanyakan kondisinya. Ayo jenguk dia.”Saat dia menutup teleponnya, Arianne tiba-tiba me
Nina mengerutkan bibirnya dan menatap ke arah Arianne. “Insting seorang perempuan.”Arianne tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Memang benar kalau dia merasa Nina itu menyebalkan. Bukan karena dia mau bertengkar dengan Nina atau apa, tapi dia harus selalu waspada dengan wanita manapun yang muncul disekitar Mark dan memastikan mereka tidak akan menjadi sebuah ancaman lagi untuknya.Tidak lama setelah itu, Mark memanggil dari atas. “Aku sudah selesai mandi.”Arianne pergi keatas dan meninggalkan Si Putih di ruang tamu.Dia langsung menutup pintu saat dia memasuki kamar dan tanpa basa-basi berkata, “Will dan Wendy telah mengakhiri pertunangan mereka. Bukan hanya itu, Will juga kecelakaan mobil.”Mark masih mengenakan jas mandi saat dia mengeringkan rambutnya. Tatapan kesal terlihat di matanya. “Benarkah begitu? Aku tidak punya waktu untuk mengikuti berita. Sepertinya kau mengetahui berita itu duluan daripada aku. Apakah kau sepeduli ini karena Will lah yang kecelakaan?”Arianne
Arianne menggertakan giginya dan berdiri lalu menatap Nina. “Huh, kau bisa pergi kapan saja! Akulah nyonya dirumah ini. Aku tidak butuh izin dari siapapun untuk memelihara binatang! Apalagi dari tamu sepertimu. Memang itu salah kucingku karena telah mencakarmu, tapi dia tidak akan sembarangan mencakar orang. Aku minta maaf untuk mewakili dia dan aku akan membayarmu untuk suntik. Apakah itu cukup?”Nina dengan cemberut menutupi goresan yang ada di tangannya dan pergi keatas, dia membanting pintu dengan keras hingga terdengar sampai ke bawah.Mark memasuki kamar Nina. Arianne tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi tidak lama kemudian Nina pergi ke bawah dengan kopernya sambil berbicara di telepon.Tampaknya dia sedang bicara dengan Charles Moran ditelepon.Mark merebut ponselnya darinya. “Paman Moran, itu tidak seserius itu. Ari hanya sedang dalam suasana hati yang tidak baik karena dia baru saja keguguran. Nina hanya dicakar oleh kucing di rumahku saja. Aku akan membawa dia ke r
Arianne tetap diam dan matanya memerah. Kata-kata tidak dapat menggambarkan perasaannya sekarang. Bahkan saat dia hampir mengira kalau Mark lah yang telah menjebak Will, dia memilih untuk menyangkalnya. Tapi sekarang dia merasa kecewa.Kucing itu menyulut keributan antara mereka. Arianne sadar bahwa dia bertingkah seperti anak kecil yang sedang meledak. Sebelum mereka menikah dia selalu berperan sebagai anak kecil sementara Mark berperan menjadi orangtua yang tegas.Mary dengan setengah memaksa, menariknya kembali ke kamar. Lalu dia menasehatinya. “Ari, kenapa kau bicara dengan tuan seperti itu saat dia sudah berubah sikapnya padamu? Dia sudah banyak berubah, kenapa kau merusaknya? Bisakah kalian berdua bicara dengan baik? Aku tahu kau kesal karena Si Putih adalah kucing kesayangan mu, dan kau tidak mau melihatnya diganggu. Ssshh, Nina itu…. Kenapa dia tidak membiarkan Si Putih saja, terutama saat dia tahu klau Si Putih tidak menyukainya. Sekarang dia sudah dicakar, dan dia meributka
Baik Mark maupun Nina belum juga kembali ke kediaman Tremont. Walaupun begitu, Arianne tidak peduli dan tetap tidur seperti biasanya.Pada tengah malam, Mary akhirnya tidak bisa menahan diri dan pergi ke kamar Arianne untuk membangunkannya. “Kau masih bisa tidur? Apakah Aery Kinsey masih belum cukup hingga kau mau memberikan suamimu ke tangan wanita lain lagi? Tuan dan Nina masih belum kembali. Apa kau tidak khawatir sedikitpun?”Arianne berkata dengan cuek. “Apa menurutmu aku bisa mengatur Mark?”Mary memberikan ponselnya padanya. “Ini, telepon dia sekarang. Jika tuan tidak pulang juga, aku tidak akan bisa tidur! Selama kau menjadi nyonya Tremont, kau harus memenangkan hatinya! Ini demi kebaikanmu sendiri. Apa kau mengerti?”Arianne menatap ponselnya beberapa saat sebelum menelpon Mark.Tanpa dikira, teleponnya langsung diangkat. Suara Mark terdengar serak, “Halo?”Arianne dengan santai bertanya, “Jam berapa kau akan pulang?”“Aku kira kau tidak mau melihat wajahku?” Jawab Mar