"Siapa yang memiliki dendam padaku?""Kau sudah menemui Clara, Keina?"Keina tertegun mendengar pertanyaan dari Adrian lalu menggeleng, "Belum. Aku belum sempat menemuinya. Apa dia menghubungimu?"Adrian terlihat menggeleng, "Tidak, sepertinya dia menghilang akhir-akhir ini.""Apa kau pikir ini adalah ulah dari Clara, Adrian?"Adrian terlihat mendesah lalu menggeleng kecil, "Aku tidak mau menuduh tanpa ada bukti dia yang melakukannya, tapi ku rasa hanya dia yang memiliki motif saat ini, Keina."Keina mengepalkan sebelah tangannya dengan kuat, "Jika benar Clara yang melakukannya, aku tidak akan memaafkannya, Adrian. Alden jadi seperti ini karena dia."Adrian meremas bahu Keina dengan lembut, "Tenanglah Keina, aku akan mencari tahu soal ini.""Keina?"Keina segera mengalihkan pandangannya saat mendengar teriakan Audrey saat ia tengah berbincang dengan Adrian. Ia segera bangkit lalu berlari menghampiri wanita paruh baya itu, "Ada apa Ma? Apa terjadi sesuatu pada Alden?" tanyanya ikut pan
"Kamu benar-benar tidak mengingat kami, Nak Alden?" Tanya Tiana tidak percaya. Awalnya ia tidak percaya saat Keina meneleponnya dengan tangis yang berderai bahwa Alden tidak mengingat dirinya dan semua tentangnya, namun melihat raut wajah kebingungan yang Alden tempakkan membuat Tiana ikut gusar."Maaf, tapi saya tidak bisa mengingat kalian.""Yang benar saja! Kami ini pernah jadi mertua kamu! Kamu bahkan datang kepada saya untuk memohon melamar Keina, bagaimana bisa kamu melupakannya?" Handika mulai bertindak emosional. Sungguh, ia tidak tega melihat puterinya yang kembali menderita karena Alden."Arghh sakit!" Alden meringis sambil memegang kepalanya.Reymand yang melihat hal itu segera menahan Handika, "Jangan kasar! Saat ini Alden sedang sakit, tidak bisakah kalian memakluminya?""Tapi, dia melupakan calon istrinya!""Pa, sudahlah! Kita tinggalkan dulu Alden," ujar Tiana.Handika hanya bisa menghela nafas, sungguh ia kira setelah Alden sadar puterinya akan bahagia, namun nasib kem
Keina melirik ke arah foto yang ditunjukkan oleh Alden. Ia menatap foto pengantin itu dengan seksama, mencari sesuatu yang menurut Alden salah."Kenapa? Apa yang salah?""Lihat wajahku, apa itu merupakan wajah dimana kita bisa saling mencintai di dalam pernikahan kita? Sepertinya aku sama sekali tidak bahagia di sini."Keina menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Alden, "Sudah ku bilang itu ceritanya panjang."Keina tersentak saat Alden tiba-tiba menarik tubuhnya hingga mendekat ke arah ranjang, pisau buah yang sedang digenggamnya seketika jatuh ke lantai. Keina mengerjap saat Alden mendekatkan wajahnya begitu dekat."Kau bilang kita pernah memiliki anak, apa yang sudah kau lakukan padaku hingga bisa menidurimu? Apa kau melakukan segala cara untuk menggodaku?"Keina terhenyak mendengar ucapan Alden, "Apa yang sebenarnya kau maksudkan, Alden Syarakar?"Bruugh...Alden tiba-tiba menempatkan tubuhnya hingga berbaring di atas ranjang. Keina terhenyak melihatnya, sepertinya kekuatan pr
Clara tidak menyangka kedatangannya kemari untuk memastikan kondisi Alden nyatanya mendapat kejutan yang tidak terduga. Awalnya ia yang merasa gelisah karena ternyata yang ditabrak olehnya malam itu bukan Keina melainkan Alden mencoba melihat seberapa parah kondisi Alden. Rumornya Alden mengalami koma dan tidak sadarkan diri, namun ia tersentak saat melihat Alden duduk di ruangannya dengan keadaan sehat, tak kurang apapun. Panik, Clara segera melarikan diri ke arah luar. Tapi, Alden tiba-tiba menahan langkahnya dan berkata bahwa ia adalah wanita yang ia cari.Sebenarnya apa yang terjadi? Apa Alden kehilangan ingatannya karena kecelakaan itu?"Clara, aku Clara, kau tidak mengingatku, Alden?""Namamu sama sekali tidak penting, tapi kau yang memasak makanan yang berada di atas meja, bukan?"Melihat Alden yang tertarik pada makanan yang disebutkan, Clara akhirnya mengangguk, "Ya, itu aku yang membawanya. Kenapa?""Ternyata kau memang wanita yang ku cari."Alden terlihat memeluk tubuhnya d
"Clara?"Clara segera tersentak mendengar teguran dari Alden, ia menggigit bibirnya dengan gusar lalu berkata dengan nada hati-hati, "Kau tahu sendiri jika mereka sangat menyayangi Keina, Alden. Mereka tidak mau mengakui aku yang kau cintai, jadi wajar jika mereka tidak ingin menjelaskan tentang aku padamu."Alden terlihat tertegun mendengar jawaban Clara, Clara yang melihat Alden merenung terlihat sangat gugup. Bagaimana jika Alden menyadari bahwa semua yang ia katakan adalah palsu belaka?"Kau benar, sepertinya itu masuk akal. Mereka memang terlihat sangat menyayangi Keina dan selalu berusaha membuat kami dekat. Kau pasti sangat kesulitan selama ini, Clara."Clara menghela nafasnya dengan lega mendengar penuturan Alden. Ya Tuhan... Hampir saja ia mengira bahwa ia hanya bisa bersama Alden hanya sekejap, namun rupanya takdir Tuhan masih memihaknya, Alden mempercayai karangannya begitu saja."Tidak apa-apa, sekarang aku senang karena kau sudah bersamaku, Alden.""Aku tidak akan melepas
"Terserah kau saja," putus Alden, enggan berpikir lebih lanjut. Ia memilih menarik tangan Clara lalu meninggalkan Keina di belakang."Kamu yang sabar, Sayang."Keina hanya bisa mengulas senyuman tipis mendengar ucapan Audrey. Ia mengangguk kecil lalu memilih mengikuti langkah Alden yang berada di depan. Mereka menunggu mobil milik keluarga Alden datang, hingga saat mobil itu datang, Clara terhenyak saat Audrey mendorong tubuhnya hingga ia terpental jauh dari Alden.Belum sempat Clara protes, mobil terlanjur datang, mereka semua segera masuk ke dalam mobil kecuali Clara."Sepertinya tempatnya tidak cukup, Clara. Sayang sekali,"Clara hanya bisa terperangah mendengar ucapan Audrey, sepertinya Audrey memang sengaja membuatnya tertinggal di sini."Ini masih bisa ko Ma," ujar Alden yang merasa bahwa space di mobilnya masih sangat cukup untuk Clara."Sempit Sayang, kamu baru sembuh, jadi kamu tidak boleh berdesak-desakkan. Nanti jika ada tulangmu yang patah bagaimana? Kamu baru saja keluar
"Kau benar-benar ingin tahu kenangan apa itu?"Keina mengangguk penuh semangat mendengar pertanyaan Alden. Ia menegakkan tubuhnya, tidak sadar mendengar apa yang hendak dikatakan oleh pria itu, "Ya aku ingin tahu, katakan apa itu.""Kenangan itu kenangan yang sangat buruk. Apa kita sering bertengkar di rumah ini?"Senyuman Keina seketika lenyap saat mendengar jawaban Alden, harapannya yang sudah membungbung tinggi terhempas jauh ke dalam sana, "Apa?""Aku hanya mengingat bahwa kita sering berdebat di rumah ini. Sudah ku duga pernikahan ini buruk, sangat amat buruk."Audrey yang mendengar hal itu ikut terkejut, baru saja mereka merasa senang kenapa malah ingatan buruk yang mampir di pikiran Alden."Sudahlah, aku sudah cukup melihat semuanya, ayo kita pergi,"Keina yang melihat Alden terlihat beranjak segera menahan langkahnya, "Tunggu, tunggu sebentar Alden, kamu belum melihat semuanya. Kita bisa melihat kamar tidur kita,"Alden terlihat berdecak mendengar ucapan Keina, "Astaga, jika
Semua orang di sana sangat terkejut dengan penuturan Alden sementara Clara terlihat memasang raut wajah sumringah. Ia sungguh tidak menyangka jika Alden akan mengambil keputusan seperti ini. Mereka akan bertunangan lalu menikah, astaga... Ini benar-benar anugerah untuknya."Jangan main-main kamu Alden, bagaimana bisa kamu bilang bahwa kamu akan bertunangan dengan Clara? Calon istrimu itu adalah Keina."Alden terlihat menggeleng dengan kuat, "Aku tidak main-main, aku serius. Yang akan aku nikahi adalah Clara, sepertinya Keina bukan wanita yang ku cari."Keina hanya bisa mematung mendengar ucapan Alden, ia tahu Alden sedang sakit, tapi bukankah ini keterlaluan?Keina yang sudah tidak tahan dengan seluruh keputusan Alden yang menyakitkan segera mengangkat tas tangannya, "Aku pergi dulu, Ma.""Kei? Tunggu Kei!" Audrey berusaha mencegah Keina yang keluar dari rumah mereka dengan tangis yang berderai. Hati Alden kembali berdesir melihat Keina yang menangis lalu keluar dari sana, namun hanya