"Apa berita ini benar?"Keina tersentak saat melihat Adrian yang menunjukkan sebuah potret yang ia ambil dari media sosial. Potret itu menunjukkan foto Clara bersama dengan Alden saat fitting baju kemarin. Helaan nafas panjang segera Keina keluarkan. Sepertinya Clara sudah tidak sabar memberitahu semua orang tentang kabar pertunangan mereka hingga ia langsung memamerkan kemesraan mereka lewat media sosial."Mereka, maksudku Alden dan juga Clara benar-benar akan bertunangan?" tanya Adrian dengan nada heran.Keina kembali menghela nafas lalu menghentikan tangannya yang tengah memotong daging, "Ya itu benar, mereka akan bertunangan, aku melihat sendiri mereka hendak melakukan fitting baju kemarin.""Astaga, lalu bagaimana denganmu? Bukankah kalian akan menikah?" susul Adrian kembali dengan nada tidak percaya."Sepertinya aku harus membatalkan semua rencana pernikahan kami untuk sementara, Adrian."Mata Adrian terlihat terbelalak mendengar ucapan Keina, bukan ini yang ia harapkan terjadi
"Clara kemarilah, kita bergabung bersama mereka." ujar Alden sambil menarik tangan Clara ke meja Adrian dan juga Keina.Tawa keduanya terhenti, Keina hanya bisa terpaku melihat tingkah Alden saat ini. Alih-alih merasa cemburu dan terganggu dengan kebersamaannya dengan Adrian, Alden malah mendekati mereka."Sepertinya kita pernah mengalami ini, bukan?"Lagi Keina terlihat terkejut mendengar ucapan Alden, tatapannya terarah tajam kepada pria itu, "Kau benar-benar mengingat hari itu?""Aku ingat, sudah ku bilang pernikahan kita memang tidak baik. Apa kau selalu pergi bersama dengan Adrian seperti ini saat kita masih menikah?"Wajah Keina seketika berubah mendengar ucapan Alden, "Apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?""Apa kau berselingkuh dengannya saat kita masih menikah? Apa itu alasan kenapa kita berpisah?"Semua orang terlihat terkejut mendengar pertanyaan Alden. Raut wajah Adrian dan juga Keina berubah menjadi kusut."Jaga bicara Anda, Pak Alden Syarakar," ujar Adrian yang m
"Ada yang jatuh ke dalam kolam!""Apa yang terjadi?""Sepertinya mereka bertengkar,""Siapa?""Mantan istri dan tunangan Pak Alden Syarakar sepertinya bertengkar dengan hebat dan salah satunya kemudian terjatuh ke dalam kolam, sepertinya itu mantan istrinya."Adrian terhenyak mendengar seluruh keributan itu saat ia ditinggalkan berdua dengan Alden, "Keina, Keina tidak bisa berenang," gumamnya panik teringat bahwa dulu semenjak sekolah Keina tidak bisa melakukan olahraga yang satu itu.Mendengar bisik-bisik seluruh pengunjung di sana Alden dan juga Adrian segera melesat ke arah kolam renang yang ditunjukkan.Alden terhenyak saat melihat Keina berada di dalam kolam sambil berjuang mengambil nafas, entah apa yang ia pikirkan dengan cepat Alden membuka jasnya lalu menjatuhkan diri ke dalam air. Mata Clara seketika terbelalak melihat Alden yang masuk ke dalam air lalu menolong Keina dengan cekatan. Keina dibawa oleh Alden menuju ke tepi, namun ia tidak sadarkan diri. Suasana pertunangan Al
Keina terlihat menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Alden, "Kau mendapatkan ingatanmu?""Tidak,""Kalau begitu tidak usah penasaran. Hubunganku denganmu seperti yang sudah kau katakan selama ini." ujar Keina, bukannya ia tidak mau menjelaskan mengenai hubungan mereka, namun kata-kata Alden kemarin membuat hatinya sangat sakit."Kau tidak mau menjawab pertanyaanku.""Kepalaku masih sakit, silahkan keluar aku ingin istirahat.""Tapi–"Ingatan sekilas kembali mampir ke dalam kepalanya saat melihat adegan ini. Dimana Keina membalikkan tubuhnya lalu mengusir dirinya teringat kembali di pikirannya."Ini bukan pertama kalinya,"Keina terhenyak mendengar ucapan Alden, ia kembali menghadap Alden dengan raut wajah penasaran, "Kau mengingat sesuatu?""Ya, aku mengingatnya. Sepertinya kau pernah berbaring di rumah sakit seperti ini. Aku merasa kehilangan pijakan saat melihatmu terbaring saat itu. Sebenarnya apa yang terjadi saat itu?"Keina hanya bisa terdiam, bimbang dengan ucapan Alden.M
"Siapa kata Mama?""Alden. Dia ada di depan bersama Papa."Keina tersentak mendengar ucapan Tiana, ia tertegun di tempat. Kenapa Alden datang pagi-pagi sekali ke rumahnya?"Jika kamu tidak mau menemuinya, Mama akan minta Papa mengusir Alden,"Melihat Tiana yang hendak beranjak, Keina segera menahan langkahnya, "Tunggu, biar Keina yang menemui Alden.""Sayang, dia itu sudah menyakiti kamu, kamu masih mau menemuinya?""Ma, tolonglah, aku bilang aku akan mengurus permasalahanku kali ini."Tiana terlihat menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Keina, "Baiklah kalau begitu, Mama serahkan padamu."Keina segera berjalan menuju ruang tamu, di sana sudah terlihat Alden dan juga Handika yang saling menghadap. Alden terlihat menundukkan pandangan, sepertinya pria itu mencoba bersikap merendah kepada ayahnya yang menatapnya sangat tajam seolah ingin menghajarnya kembali.Meski kedua orang tuanya masih memberikan sikap tidak ramah kepada Alden, namun sepertinya Alden sama sekali tidak bergeming
Tepat sebelum Keina membuka mulutnya, ponsel Alden berbunyi dengan nyaring. Keina segera menggeser tubuh pria itu lalu berkata, "Ponselmu, ponselmu berbunyi!" ujarnya dengan gugup.Alden segera mundur, ia mengambil ponsel yang berada di saku jasnya. Sejenak Alden terlihat termenung melihat siapa yang memanggilnya saat ini. Clara."Kau tidak mengangkatnya?" tanya Keina yang melihat Alden hanya terdiam dengan ponsel di tangan.Alden mengangkat wajah lalu mematikan ponselnya dengan cepat, "Sudahlah, tidak penting."Keina yang melihat hal itu mengerutkan dahinya, bukankah itu adalah telepon dari Clara? Kenapa Alden tidak mau mengangkatnya?"Kita lanjutkan saja perjalanan kita, bagaimana kalau kita ke rumah itu?""Maksudmu rumah kita terdahulu?""Ya, mungkin kau benar akan ada sesuatu yang tertinggal di sana. Mungkin aku harus berada di sana sedikit lebih lama."Meski merasa aneh dengan tingkah Alden, Keina mengangguk kecil. Saat ini adalah waktu bersama Alden, ia harus bisa memanfaatkan w
Meski merasa bingung dengan tindakan Alden, Keina hanya bisa membalas pelukan pria itu. Ia mengusap punggung Alden dengan perlahan, rasanya sudah lama sekali mereka tidak berpelukan seperti ini.Saat Alden melepaskan pelukan mereka, Keina segera bertanya, "Jadi, apa maksudnya?""Sebenarnya aku mengingatmu."Raut wajah Keina seketika berubah cerah mendengar ucapan Alden, ia mencondongkan tubuhnya ke arah pria itu, "Kau mengingatku? Jadi apa yang kau ingat?""Aku ingat dirimu dari masakan yang kau buat. Ku kira itu Clara yang membuatnya.""Astaga, jadi selama ini kau salah paham?""Begitulah,"Keina menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, ternyata ia terlalu menganggap remeh Clara Benedict. Bisa-bisanya Clara berbohong pada mereka selama ini."Bahkan dia menyombongkan diri padaku bahwa dia bisa mengambil hatimu, ternyata firasatku benar, dia menipumu." gumam Keina sambil memijat kepalanya.Alden yang mendengar hal itu segera mengambil tangan Keina, merasa sangat bersalah karena ia te
Keina mengulas senyumnya dengan lebar saat mendapati telepon dari Alden. Ia segera mengangkat panggilan itu lalu menempelkan ponselnya ke arah telinga.Keina berdeham sejenak, mencoba mengendalikan dirinya agar tidak terlalu terlihat antusias."Ya Alden?" Tanyanya dengan nada setenang mungkin."Kau ada di mana?""Aku ada di rumah, kenapa?" jawab Keina enteng."Mau bertemu?"Senyuman lebar kembali terukir di wajahnya saat mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Alden, "Ya, boleh. Kapan?""Sekarang. Bisa?"Keina menundukkan wajahnya lalu melirik ke arah tubuhnya yang masih berantakan, "Ah bisa. Tapi, bisa kau beri aku waktu untuk bersiap dulu, tiga puluh menit?""Baiklah, tiga puluh menit, kita bertemu di rumah.""Rumah maksudmu–?""Rumah kita, Keina Nayara. Kita bertemu di sana. Aku rasa di sana tempat paling aman untuk kita bertemu.""Ah, baik."Setelah berkata seperti itu panggilan mereka seketika berhenti. Keina mengulas senyuman kembali lalu melesat ke arah kamar mandi, karena Ald