"Kamu akan terus berdiam diri seperti ini?"Alden menghela nafasnya panjang mendengar teguran dari Audrey, "Lalu menurut Mama apa yang harus aku lakukan?""Kamu harus menahan Keina, Alden.""Aku sudah berusaha Ma, tapi Keina tidak memberikan jalan untukku. Semua usahaku sia-sia."Tepat saat ia merasa frustasi, bel pintu rumah Keluarga Syarakar berbunyi dengan nyaring. Alden kembali menjatuhkan dirinya ke arah kursi sofa saat Audrey berlalu untuk membuka pintu bagi tamu mereka. Siapa yang datang kemari, Alden sama sekali tidak perduli. Tubuh dan hatinya terasa lemas, ia sudah tidak memiliki jalan lagi untuk mendapatkan Keina kembali."Siang Alden,"Alden tersentak saat mendengar suara itu, ia segera bangkit dari rebahnya, matanya melebar sempurna saat melihat kedatangan Tiana ke rumah mereka."Mama Tiana?""Ya ini saya,""Kamu lihat seperti itulah kelakuan Alden setelah bercerai dengan Keina, Tiana."Alden menghela nafas mendengar keluhan Audrey, ia memilih mengabaikan keluhan Audrey l
Keina tidak menyangka jika rumah ini masih berdiri di tempat yang sama. Keadaannya tidak berubah, seluruh perabotannya masih utuh dan terlihat sangat terawat."Bukankah yang ku dengar kau menjual rumah ini, Alden? Tapi kenapa semuanya masih tetap sama?""Tadinya aku berniat begitu saat kita bercerai, tapi rasanya terlalu berat."Keina terhenyak saat Alden menarik tubuhnya lalu merapatkan tubuh mereka. Alden menatap Keina dengan dalam membuat jantung Keina kembali berdebar dengan cepat saat merasakan begitu intimnya posisi mereka saat ini."Kau tahu Keina? Bayanganmu terlalu lama terpatri di pikiranku sejak kau mengandung Nara. Aku tidak bisa menyingkirkan bayanganmu begitu saja yang berkeliaran di rumah ini, maka aku membiarkannya, berharap kau akan kembali ke rumah ini suatu hari nanti dan memaafkan segala kesalahanku. Aku sempat kecewa karena kau akan bertunangan dengan Adrian, mungkin aku akan menjual rumah ini ketika kau benar-benar menikah dengan pria lain."Perasaan Keina terasa
"Papa pasti sangat marah pada kita, apa kau siap menghadapi kemarahannya?" ujar Keina saat mereka berada di depan pagar rumahnya.Alden terlihat menghela nafas, ia mengulurkan tangannya ke arah Keina, "Bagaimanapun kita harus menghadapinya, bukan?"Tepat saat mereka hendak masuk ke dalam rumah terdengar perdebatan dari luar."Pokoknya Papa akan melaporkan Alden ke polisi, Ma.""Astaga Pa, Mama yakin mereka sebentar lagi pulang."Alden menelan ludahnya, perlahan ia mengetuk pintu rumah Keina yang sudah terbuka."Pa, Ma, tidak perlu melapor polisi, Alden sudah membawa Keina pulang."Raut wajah Handika seketika mengeras melihat kedatangan Alden, dengan wajah yang merah padam ia merangsek maju ke arah Alden lalu plaaak!"Papa!" Keina berteriak dengan kuat saat Handika mendaratkan tamparan yang begitu kuat ke pipi Alden.Alden terlihat meringis kecil, namun sama sekali tidak memberikan reaksi apapun mendapat tamparan seperti itu."Berani sekali kamu membawa lari anak saya!"Keina segera be
Setelah pulang dari rumah Keina, Alden kembali ke rumahnya. Ia kira, ia bisa beristirahat dan memikirkan langkah selanjutnya untuk membujuk ayah Keina dengan baik, namun ketika sampai di depan pintu, Alden dikejutkan dengan Clara yang berlari memeluknya dengan erat sesaat setelah ia tiba."Clara, kau?""Akhirnya kamu pulang Alden. Bagaimana dengan Keina?" ujar Audrey refleks, namun ia segera menutup mulutnya saat melihat Clara yang menatap ke arah Alden dengan tajam."Eh maksud Mama, Clara sudah menunggu kedatangan kamu sejak tadi, kalau begitu nanti kita bicara lagi masalah semalam," ralatnya dengan cepat lalu kemudian beranjak pergi.Sepeninggal Audrey, Alden segera melepas pelukan mereka dengan cepat. Clara yang merasakan perubahan sikap Alden dan tidak paham dengan perkataan Audrey segera mendekat ke arahnya dengan tatapan tajam yang masih mengikuti, "Apa maksudnya itu Alden? Kau pergi dengan Keina semalam?"Alden menghela nafas, saat ini perasaannya tengah lelah, tapi Clara mal
Hari terpenjara Keina pun dimulai, tanpa ponsel, tanpa apapun yang bisa membuatnya bisa menghubungi Alden, Keina merasa sangat tersiksa. Bukan hanya ponsel, bahkan Keina tidak diizinkan untuk keluar rumah selama beberapa hari. Saat ayahnya terlihat akan pergi menuju restoran, Keina merasa cukup bersemangat. Jika ayahnya tidak ada di sini, setidaknya ia bisa keluar sebentar jika hanya ibunya yang mengawasinya. Namun, apa yang ia harapkan jauh dari kenyataan, Handika tiba-tiba membawa seorang pria dewasa ke hadapannya."Namanya Amer, dia akan mengawasi kamu di rumah ini."Keina terhenyak mendengarnya, kegilaan ayahnya rupanya sudah melebar kemana-mana, Handika bahkan menempatkan seseorang untuk mengawasi dirinya agar tidak keluar rumah sembarangan."Apa Papa harus melakukan ini?" pekik Keina tidak percaya."Jangan membantah! Papa tahu kamu pasti mencari kesempatan menemui Alden saat Papa tidak ada di rumah, jadi Papa harus menempatkan orang lain untuk mengawasimu karena Mama pasti berpi
Keina terperangah mendengar ucapan Adrian, "Apa? Menikah denganmu? Apa kau tidak salah bicara, Adrian?" Tanyanya tidak percaya, saat ini ia sedang ingin menjalin hubungannya kembali dengan Alden, lalu kenapa Adrian malah mengajukan syarat seperti itu?"Apa yang salah? Aku memang ingin menikah denganmu sejak dulu.""Kau tahu aku sama sekali tidak bisa menikah denganmu, Adrian. Kau tahu bagaimana perasaanku pada Alden,""Ya, aku tahu. Lalu kenapa? Kau bisa menghapus perasaanmu untuk Alden dan mulai memunculkan perasaanmu untukku.""Apa kau pikir menghapus dan memunculkan sebuah perasaan itu semudah membalikkan telapak tangan, Adrian?" ujar Keina dengan ketus."Kau bisa memulainya dari sekarang, kau bisa jika berusaha.""Aku sudah memiliki perasaan kepada Alden selama seumur hidup, kau juga tahu beberapa bulan aku mencoba menghapus perasaanku ini, tapi selalu saja gagal.""Itu karena kau tidak berusaha lebih keras Keina." Adrian tiba-tiba menghentikan mobilnya lalu mendekatkan wajahnya k
"Gawat, itu Adrian. Bagaimana ini?" ucap Keina dengan panik.Alden terlihat berpikir keras, jika mereka ketahuan sekarang, Adrian pasti akan memberitahu Handika tentang pertemuan mereka dan membuat restu itu semakin sulit didapat. Matanya kemudian menangkap bagian bawah toilet yang cukup muat untuk ia sebrangi. Kepalanya mulai mendapat suatu ide, ia akan menyebrang ke bilik toilet lain lewat celah itu."Aku akan pergi, jaga dirimu."Dengan cepat Alden mengecup kening Keina, Keina hanya bisa terkejut melihat langkah demi langkah Alden yang terburu lalu masuk ke dalam bilik toilet lain lewat bawah."Keina, apa yang sedang kau lakukan?""Sebentar," balas Keina dengan berteriak. Saat ia yakin Alden sudah masuk ke dalam bilik toilet lain, Keina segera menghela nafasnya lega, ia membuka pintu toiletnya dengan raut wajah kesal, "Ada apa sih? Kenapa kau heboh sekali?""Kau tidak berniat melarikan diri, bukan?" tanya Adrian dengan nada curiga."Astaga, memangnya aku akan melarikan diri kemana?
Handika segera bergerak ke tempat dimana Adrian sudah menunggu. Saat ia sampai di tempat itu, terlihat Adrian yang melambaikan tangan ke arahnya, "Om disini."Handika terlihat mengangkat alis saat melihat ada orang lain yang berada di sampingnya. Seorang perempuan muda yang cantik, apa maksudnya? Kenapa Adrian datang bersama seorang perempuan?Handika segera berjalan menghampiri mereka lalu duduk di sana."Sudah menunggu lama?""Tidak juga Om, Om mau pesan makanan?""Tidak, minum saja. Om tidak bisa lama-lama, kamu tahu sendiri jika Om harus menjaga Keina.""Ah baiklah, kita akan memberikan penjelasan singkat kepada Om." Adrian terlihat mengalihkan tatapannya ke arah perempuan di sampingnya, "Ini Clara, dia adalah kekasih Alden sekarang."Mata Handika seketika melebar mendengar ucapan Adrian, "Apa maksud kamu? Alden memiliki kekasih saat ini?" Tanyany dengan raut wajah terkejut."Ya, dia memiliki kekasih. Alden bahkan membawa Clara kesini untuk diperkenalkan kepada keluarganya, benar