Home / Romansa / Gadis Yang Kunodai / Ulang Tahun Shaka

Share

Ulang Tahun Shaka

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2025-03-28 05:57:01

Sampai dimall mereka bergandengan tangan terus Devan mengajak buah hatinya itu berkeliling dan membeli beberapa baju juga buah. Selesai menaruh belanjaannya ke bagasi mobil.

"Mau popcorn?'' tanya Devan saat mereka sampai di gedung bioskop.

Shaka mengangguk. "Tentu saja."

Seolah-olah tahu Devan membelikam popcorn juga minuman, mereka pun lanjut membeli tiket.

"Mau nonton film apa Sayang?'

"Yang lucu saja Ayah."

Alis Devan naik. Antara ragu dan percaya. "Serius?"

Shaka kembali tertawa. Entah bagaimana yang lucu menurutnya.

Tawa Shaka telah reda dan sekarang dia ganti memasang wajah serius. "Ikut Ayah saja."

"Oke."

Devan metatap Shaka dengan mata menyipit tajam. Wajah yang begitu mitip dengan Sarah dan tingkah seperti Devan itu membuat Devan senang. Karena diam-diam Mamanya mengambil rambut Shaka untuk di tes DNA tanpa sepengetahuan Sarah juga Devan. Saat hasil itu keluar Bu Lili memberi tahu Devan jika hasilnya pun cocok bahwa Shaka memang benar-benar anak kandung dari Devan. Tidak l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
senang sarag shaka devan bahagia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Yang Kunodai   Mengantarkan Shaka

    "Sudah siap, Nak?" Sarah menghampiri putranya yang masih duduk menghabiskan susu buatannya. Shaka mengangguk. "Sudah, Bun." Sarah masih mengusap lembut di rambutnya. Rasa sesak menyergap dada Sarah. Terlebih saat melihat putranya meneteskan air mata."Jangan menangis, Bunda akan baik-baik saja. Kan ada Ayah yang jagain Bunda." "Ya Bunda. Shaka lega sekarang."Sarah segera mengusap air matanya dengan tangan. Mereka berpelukan sebentar, lalu melanjutkan lagi merapikan barang bawaan Shaka. Beres dua tas baju dan tiga kardus kecil barang jajanan pemberian Bu Lili telah siap."Bunda ngak lupa kan makanan tadi?"Sarah tersenyum. "Ini Bunda taruh diatas sendiri Sayang. Jadi pas dibuka langsung dimakan ya nanti.""Oke. Bunda ingat gak kata-kata Pak Ustadz dulu?""Apa ya Bunda lupa.""Bahwa Allah tidak berjanji hidup itu mudah tapi Allah berjanji sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Sekarang kita dimudahkan bisa bersama Ayah.""Ya itu benar, Nak. Kamu bahagia.""Bahagia banget, Bun.""Al

    Last Updated : 2025-03-29
  • Gadis Yang Kunodai   Pregnant

    Devan membawa tubuh istrinya kembali ke kamar dan duduk di sofa. Devan lalu memberikan segelas air putih. Devan saat ini begitu cemas. "Minumlah."Sarah menggeleng. "Ayolah sedikit saja. Biar mulutmu gak pahit." Paksa Devan. "Hemm."Sarah meminum air itu, meski perhatian dan kasih sayang Devan tak pernah berubah meskipun ia sibuk, tapi sikapnya membuat hati Sarah merasa bahagia."Ayo kita periksakan, Sayang. Ke rumah sakit ya?" "Gak mau, Mas.""Ok, kita ke tempat, Dokter Grey?"Sarah menunduk sambil memegang tangan suaminya erat. Melihat cemas di wajah suaminya membuat Sarah menggangguk setuju. Karena tak tega harus menolak ajakan suaminya. "Iya boleh, Mas."Jam dinding menunjukkan pukul setengah delapan malam. Devan cemas apa Dokter Grey masih buka. Devan mencoba menelepon Dokter Grey. Sesaat ia tersenyum mendapatkan jawaban jika preaktek Dokter Grey masih buka. "Pakai jaket yang tebal, Sayang, di luar sangat dingin."Sarah mengangguk. "Iya, Mas."Sebenarnya Sarah bisa menebak,

    Last Updated : 2025-03-29
  • Gadis Yang Kunodai   Rasanya Rindu

    Devan menurunkan Sarah tepat di depan Apotek. Kini Sarah masuk ke dalam Apotek miliknya, Sarah sudah punya tiga karyawan dan satu sebagai pengawas adalah Geasya temannya yang baru datang. "Maaf aku terlambat. Tadi di perempatan jalan macet panjang karena ada jalan yang dibangun apa." Jelas Sarah yang baru saja datang. "Nggak apa-apa, lagian ini kan toko kamu gimana sih." Sarah tertawa. "Shaka bagimana kabarnya. Aku sudah kangen dengannya lama sekali aku tak pernah bertemu." "Shaka baik. Ya belom ada liburan, Ge.""Bagaimana apa dia bisa menerima Dev sebagai Ayahnya?''"Alhamdulillah, sangat menerima.""Syukurlah."Geasya berusaha tersenyum, demi menutupi rasa gugup, ia tahu jika Sarah tak suka jika dirinya meninggakan suaminya dan membiarkan bersama pelakor itu. "Mau minum apa nih?" tanya Geasya mengalihkan pembicaraan. "Seperti biasa deh." Geasya membuatkan teh hangat untuk Sarah, Geasya tahu apa saja kesukaan temannya itu. "Lo yakin mantanmu sudah menikahi gadis itu?" tanya

    Last Updated : 2025-03-30
  • Gadis Yang Kunodai   Serba Salah

    "Kok bisa ya. Wanita penggangu nyatanya bisa hidup bahagia." Hinanya lagi. "Siapa yang pelakor, apa Anda amnesia. Apa Anda lupa sejak kuliah Anda mengincar Mas Devan." Ucapan Sarah menohok benar dan menyakitkan.Zahira tertawa. "Sok tahu.""Aku bahkan tahu siapa kamu Zahira.""Wanita sundal," kesalnya. Tentu saja Sarah enggan merespon, karena ia tak akan melawan Zahira. Sarah tak ingin membuat Devan malu oleh sikapnya dihadapkan Pak Dedi juga rekan kerja lainnya. Sarah bersabar agar tak terpancing emosi. "Awas kamu ya, kamu tidak akan bahagia dengan Mas Dev." Ancamnya. "Aku cukup bahagia mendapatkan raga juga hati Mas Dev,” sindir Sarah."Miris sekali nasibmu. Harusnya kamu sadar diri dong," hinanya.Sarah tertawa dalam hati, meladeni Zahira yang sudah mulai tak waras. Andai saja bukan di pernikahan putri Pak Dedi, Sarah pasti sudah menjawab dengan lantang. Sayangnya, Sarah menghargai diri sendiri sebagai istri dari pengusaha sukses juga pemilik perusahaan Cahaya Gemilang. "Kena

    Last Updated : 2025-03-30
  • Gadis Yang Kunodai   Candu

    Sarah mengambilkan nasi juga rica-rica ayam. Tadi pagi selesai Salat Subuh Sarah dan Mbok Mi masak rica-rica ayam kesukaan Devan juga ada mie bihun goreng. "Kayaknya enak nih." Kata Devan yang baru saja bergabung. "Ya, ayo sarapan, Mas. Mie bihunnya mau, Mas?""Mau dikit saja."Sarah lalu memberikan makanan dalam piring itu untuk suaminya. "Makasih Sayang.""Sama-sama Mas."Kini mereka diam menikmati sarapan bersama hanya berdua. "Aku rindu Shaka, Sayang."Sarah tersenyum. "Mas kemarin jum'at kita juga habis jenguk kan."Devan mengangguk. "Ya tapi rindu, rumah juga sepi ngak ada dia.""Biarkan dia belajar, tugas kita membekali Ilmu, Mas. Agar Shaka jadi orang yang berilmu.""Aamiin. Iya sih Sayang tapi aku rindu."Sarah tersenyum. "Kalau rindu kenapa gak jenguk saja. Lagian Mas kan salah satu donatur tetap jadi pasti gak ada masalah jika ke sana.""Oh iya aku lupa. Bener juga sayang,"Sarah tersenyum. Lalu mengemasi piring kotor selesai makan menarihnya di wastafel mencucinya lalu

    Last Updated : 2025-03-31
  • Gadis Yang Kunodai   Gak Enak Badan

    Pagi hari Sarah menyisir rambut dan mengeringkannya dengan hairdryer. Selesai ia melihat ke arah cendela terlihat di sana burung beterbangan beberapa ekor, melompat melalui ranting ke ranting kecil di atas pohon mangga. Angin bertiup lembut di atas sana, langit hitam menghiasi dan gerimis pun mengguyur kota tempat tinggalnya. "Kenapa sedih begitu wahai, istriku." Bisik Devan ditelinga istrinya. "Emm, lagi malas saja, Mas.""Kenapa?''"Gak kenapa-napa. Malas saja pagi-pagi hujan begini," jawabnya dengan suara pelan. Devan memeluk istrinya, menatap dengan mata yang masih kebingungan. "Ada yang tak aku tahu?"Sarah menggelengkan kepala. "Tidak.""Terus kenapa Sayang? Lalu, kamu bersedih karena apa?"Mereka sama-sama diam untuk detik-detik panjang. Devan masih setia memeluk, dan menanti jawaban dari pertanyaannya pada Sarah. "Entahlah, aku gak tenang saja, Mas.""Jangan pikirkan itu. Semua akan baik-baik saja ya. Kali ini aku akan ada di sampingmu dan menjagamu.""Hmm.""Sudah. Sini p

    Last Updated : 2025-04-01
  • Gadis Yang Kunodai   Liontin

    "Mas yakin sudah sembuh?''"Yakin Sayang."Devan mendapatkan telepon dari kantor, kini Sarah sedang membantu Devan memakaikan dasi namun suara ponsel Sarah membuatnya berhenti membantu suaminya memasangkan dasi. "Angkatlah." Ucapan Devan membuat Sarah menghentikan aktivitasnya. "Ya Mas."Sarah berjalan mengambil ponsel di atas nakas. "Siapa?""Mama, ada apa ya, Mas?""Angkat saja siapa tahu penting."Sarah mengangguk lalu menganggkat telepon. "Ke Apotek ya, Sayang?" tanya sang mertua diseberang sana. "Ya Ma. Cuma mengecek saja rencananya mau diantar sama Mas Devan.""Sayang, bisa antarkan Mama ke rumah sakit gak soalnya Mama mau periksa."Sarah menatap Devan meminta izin lalu Devan mengangguk. "Ya Ma. Tapi Mama sakit apa?" tanya Sarah cemas. "Mama lagi gak enak badan, mual dan sepertinya kembung nih perut Mama. Apa mungkin masuk angin ya?""Bisa jadi sih Ma.""Makanya antarin Mama ya.''"Iya Ma nanti saya ke rumah Mama.""Iya, Mama tunggu ya.""Ya Ma."Sarah lalu mematikan ponse

    Last Updated : 2025-04-01
  • Gadis Yang Kunodai   Menolong Sarah Saat Itu

    Sore itu bu Selin kehilangan selera makan. Rasa sepi membuatnya malas beraktifitas bahkan untuk sekadar mengisi perut. Datang ke beberapa acara perusahaan sedikit menghibur dan menenangkan hati, tapi tak dapat membunuh rindu pada seorang anak.Mobil berhenti di halaman rumah Devan. Bu Selin rindu tangisan kecilnya dulu, rindu saat menggendongnya. Sekarang bahkan saat dekat saja ia tak mampu menyentuh, mendengar suaranya saja sudah membuat hatinya tenang. Lalu bagaimana saat hari-hari hampa mereka jalani dengan kekosongan tanpa kehadiran Sarah? Pernahkah Bu Selin mengerti sebesar apa rindunya pada sang buah hati? Pernahkah ia mau mengukur sedalam apa rindunya itu?" "Ma, yakin kita tak masuk? Mumpung mereka ada di rumah?" tanya Sando seraya menggenggam tangan wanita itu. Bu Selin menggelengkan kepala. "Jika memang ada kesempatan kenapa tidak, jangan buat kesalahan untuk kedua kalinya, Ma." Jelas Sando. Bu Selin termenung sejenak. "Emm apa pantas Mama di beri kesempatan?""Ma itu

    Last Updated : 2025-04-02

Latest chapter

  • Gadis Yang Kunodai   Semua Rindu Devan

    "Bunda lihatlah Kak Shaka teleponan sama seorang wanita." Adu Raiyan pada sang Bunda. Sarah tersenyum. "Masa? Benar itu Shaka?" tanya Sarah penasaran karena selama ini Shaka begitu rapat menyimpan teman wanitanya. "Tidak ada. Orang ini teman mengajar aku Bunda. Adek saja yang kepo," jawabannya seraya menunduk. "Itung-itungan buat semangatin kalau ngajar kan, Mas.""Apaan ngak ngak ngak.""Dih. Cakep tau itu fotonya." Goda adiknya Raiyan. Shaka merasa malu. "Adek." Shaka kembali menggendong adik perempuannya Syena. Sarah menggelengkan kepala, "sudah-sudah mungkin Kakak kamu ingin fokus mengajar Raiyan."Raiyan tergelak, jalan pikiran kakaknya Shaka memang lain dari yang lain. Baginya itu sangat menghibur karena ia tipe pendiam, "Ide bagus. Tapi jangan kelamaan jomblo Mas." Godanya seraya menemani Syema bermain. "Raiy sudah jangan ganggu Kakakmu, lihatlah mukanya merah itu." Kata Sarah tersenyum. "Iya iya, Bunda."Shaka menguncir rambut adiknya. ''Bunda Syena dan Syema sudah maka

  • Gadis Yang Kunodai   Rindu kamu

    Devan mengisap dalam-dalam rokoknya, lalu mengembuskannya pelan. Ia menatap istrinya lama. Tatapan mata itu yang dulu selalu berhasil meluluhkan Devan, hingga Devan kalah berulang kali. "Minumlah, Mas!" Sarah membawakan secangkir kopi panas untuk suaminya. "Ya.""Bagaimana tangannya masih linu?'' tanya Sarah pada suaminya lagi. "Lumayan sih."Sarah menggeleng. "Jadi hari ini terakhir kontrol?''"Ya Sayang. Alhamdulillah pen sudah dilepas semua normal tinggal pemulihan saja.''"Alhamdulillah kalau begitu." Sarah duduk didekat suaminya. "Kamu tidak mencintaiku lagi?" Sarah tertawa keras hingga air mata menghentikannya. "Mas."Kekhawatiran berlebih pada sesuatu yang belum terjadi, kerap menimbulkan ketakutan tak beralasan, karena usai jatuh beberapa tahun lalu Devan harus terapi karena tangannya cidera akibat menghindari mobil yang mengarah ke pada dirinya. Sarah mendorong pelan dadanya untuk melepaskan diri dari pelukannya. Tersenyum kaku saat melihat tatapannya yang seolah menunt

  • Gadis Yang Kunodai   Penyesalan Zahira

    Tangan Zahira mengusap cepat air yang tersisa di mata dan pipi. Ia lantas mengulas sebuah senyum, senyum yang bisa Zahira pastikan hanya sebuah kamuflase. Ya, hanya untuk menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Padahal, gurat kesedihan dan kecewa terlihat jelas di wajahnya."Pagi Sayang.""Pagi, Ma.""Bagaimana semalam tidurnya nyenyak?""Eumm.""Syukurlah. Kita lalui ini sama-sama," ucap Mamanya seraya menariknya dalam pelukan. Zahira tahu Mamanya bermaksud menghiburnya, tetapi yang terjadi ia malah kembali menangis, hingga terisak-isak di pelukannya. "Sudah, jangan nangis lagi. Hanya kamu satu-satunya harta Mama.''"Kenapa pas kecelakaan aku tak mati saja, Mama. Kenapa harus Joy?" "Hus. Jangan bicara begitu, mungkin Allah punya rencana lain untukmu, Nak."Zahira terdiam. "Sabar ya."Sang Ibu mendorong kursi Zahira ke dekat sofa. "Tapi aku bukan wanita sempurna aku cacat, Mama."''Kamu masih punya Mama. Tenanglah.''Zahira menggelengkan kepala. "Tidak, aku kesepian, Ma.""Sudah, ja

  • Gadis Yang Kunodai   Tak Bisa Melupa

    Sekarang apa yang bisa Zahira lakukan selain menjalani hidup tanpa arti, mungkin itu karmanya karena sikap jahatnya selama ini padanya. Mata kini terpejam, segera kembali terbuka ketika mobil sepertinya sudah berhenti di depan rumah. Zahira menyusuri halaman rumah di dorong dengan kursi roda, oleh bodyguard sekaligus sopir kiriman Papanya tiga tahun lalu. "Deri, apa aku terlalu buruk?" tanyanya tidak sanggup lagi menahan ucapan. Ada yang menekan keras hati di dalam sini, seluruh sendi seakan lepas dari pengait. "Siapa yang bilang, Non?" tanya balik Deri pada majikannya itu. "Aku. Aku bahkan wanita tak berguna juga wanita jahat, aku telah menyakiti banyak orang.""Non semua orang punya masa lalu.""Aku lelah bolak-balik berobat ke Singapore tapi sepertinya tak ada hasil."Deri menatapnya lembut, terlihat dia tersenyum. "Karena bolak-balik itu akan membuat, Non bisa berjalan lagi."Zahira menunduk karena tidak kuasa menahan rasa bersalah, merasa malu telah berbuat semena-mena dengan

  • Gadis Yang Kunodai   Karma

    Tiga tahun kemudian. Perjalanan pulang dari Singapura terasa panjang dan melelahkan. Bandara Soekarno Hatta yang selalu ramai juga jalanan Jakarta yang padat, menyambut kedatangan Zahira seperti sekarang ini. Sudah hampir satu tahun belakangan ini Sarah mondar-mandir Jakarta-Singapura. Demi pengobatan kakinya yang lumpuh karena tak bisa jalan. Zahira menghela napas panjang. Mematikan layar ponsel dan memasukannya ke tas yang ia kenakan. Di dorong Deri sang bodyguard dengan kursi roda itu membuatnya muak dan putus asa, ia menangis hampir setiap saat. Zahira memejamkan mata lelah dan berat. Teringat terakhir kali mereka bertemu Devan di kantor sehari setelah Zahira mengalami kecelakaan hebat, Karena Zahira ingin menabrak Devan hingga dirinya terbanting sendiri bahkan rekan kerja juga sahabatnya Joy meninggal di tempat. Berdua duduk berdampingan siang itu, Zahira mulai berkeluh kesah. Mulai menyesali diri, mengutuki diri karena kematian Joy sahabatnya. Masih Zahira ingat perkataan Devan

  • Gadis Yang Kunodai   Mencelakai Devan

    "Sayang sudah siap?'' tanya Devan selesai sarapan. "Sudah, Mas.""Mau diantar ke Apotek apa ke rumah Mama.""Kerumah Mama Lili sebentar boleh gak?""Boleh.""Yakin Mas gak telat.""Enggak Sayang."Sarah tersenyum mencium pipi suaminya. "Makasih Mas.""Sama-sama. Yuk." Devan berjalan membukakan pintu mobil. Kebetulan Raiyan sudah dibawa Bu Selin tadi pagi, kini giliran Sarah ke apotek untuk meninjau ada beberapa obat-obatan datang hari ini. "Kamu suka ini, Sayang?" tanya Devan sembari menyodorkan sebuah cincin ketika mobil belom berjalan. Mata Sarah berbinar. "Ini bagus sekali, Mas! Tapi, ini....""Tapi, kenapa?""Dalam rangka apa memberikan ini?''"Biar aku pasangkan."Ada sebuah rasa haru tersemat dalam hatinya. Lelaki di hadapannya ini memang luar biasa. Selama pernikahan selalu Devan memberikan kejutan-kejutan kecil. "Cantik sekali." Kata Devan seraya tersenyum. Entah mengapa matanya Sarah malah tiba-tiba basah karena terharu. "Sayang, Kamu tidak menyukai cincinnya, atau kek

  • Gadis Yang Kunodai   Setangkai Mawar Putih

    Selesai mengabari orang tuanya Devan berbelok di sebuah toko bunga. "Silakan, Tuan." Penjual bunga itu tersenyum dengan ramah. "Mau cari buat kekasih?" tanya sang pelayanan itu. "Bukan, istri." Devan menjawab. "Untuk istri bagusnya yang mawar putih, Tuan.""Boleh," balas Devan. Lalu Devan mengambil setangkai mawar putih untuk dibayar setelahnya Devan pergi. Devan tahu Sarah bukan gadis yang menyukai sesuatu yang berlebihan. Pernah memprotes saat Devan terus membelikan buket setiap hari dan Sarah menolaknya saat itu. Setelah itu, Devan tak pernah membelikannya lagi.Devan sangat bersyukur. Kadang, rasanya begitu bangga bisa di beri kesempatan kedua oleh Sarah. Bangga dan Devan tak ingin kehilangan. Berharap hingga menua nanti.Setelah memarkirkan mobil, Devan masuk melangkah menuju kamar mereka. "Sayang belom tidur?""Nggak bisa tidur, aku ingat kejadian tadi pagi saja," jawabnya. Devan tersenyum sekilas. Lalu duduk di kursi di depan Sarah. "Sudah ya. Semuanya baik-baik saja."S

  • Gadis Yang Kunodai   Hadiah Rumah Dari Mama Selin

    Setelah Devan mendapatkan perawatan di kepalanya, Devan kembali ke runagan IGD mondar-mandir menunggu hasil pemeriksaan Dokter. Setelah tenang ia duduk lantunan do'a terus ia ucapkan memohon kesembuhan untuk istri tercinta. Diiringi air mata, Devan meratap, segala dzikir dan do'a dilafadz. Berharap keajaiban yang selalu diyakininya. Jika hamba meminta, Allah akan mengabulkan.Kali ini Devan panik melihat ke arah kanan ada beberapa pengunjung tertidur di bangku panjang. Devan duduk lalu berdiri mematung, Hati Devan begitu terguncang melihat pemandangan yang ada di depannya saat itu. Betapa tidak istrinya pingsan karena kejadian tadi. Tiba-tiba ponsel Devan berbunyi. "Ya.""Penyebab kebakaran, dugaan sementara oleh pihak Kepolisian korsleting listrik, Den" ''Yakin karena korsleting listrik? Aku minta selidiki lagi.""Baik, Den.""Aku gak mau tahu, cari penyebabnya."Devan mengepalkan tangannya ia ceroboh kenapa bisa ia kecolongan soal ini. Hampir saja nyawa istri dan anaknya terenggut

  • Gadis Yang Kunodai   Kebakaran

    Si Mbok dan si Mbak berlari ke arah kamar Sarah setelah melihat kebakaran dari depan bagian bagasi rumah majikannya. "Kamu cek pintu keluar yang disamping biar aku panggil Non Sarah.''"Baik, Mbok."Wanita muda itu berlari ke arah samping rumah yang masih aman dari kobaran api. "Non Sarah, kebakaran!!" Si Mbok mengedor pintu kamar Sarah. "Non buka pintu, ayo keluar!" Lagi dengan kencang dan panik si Mbok menggedor pintu. Udara sejuk dari pendingin udara berganti jadi panas membara tiba-tiba. Sarah tersentak saat suara teriakan terdengar dari luar rumah memekakkan telinga. Jeritan bersahutan si Mbok dan Mbak itu terus menerus, begitu juga asap menghitam yang memenuhi ruangan. "Non buka pintu!" ucap si Mbok sambil terus batuk-batuk. Sesuatu menyekat pernapasannya. Kian lama rumah kian gelap, anehnya, celah di atas pintu depan rumah memancar cahaya merah yang menyala-nyala. "Ya Mbok.'' Sahut Sarah dari dalam. "Non kebakaran! Ayo cepat.''"Apa. Kebakaran!! Den Dev sudah berangkat?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status