Share

memberi efek jera

Author: Pajar Sa'ad
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Dinda, kamu ngapain di situ?" tanya Rosa setelah masuk ke dalam kamar, ia melihat temanya sedang berdiri di dekat jendala memandangi luasnya lautan biru.

“Ros, lihat deh pemandangan laut itu. Bagus banget loh. Aku jadi pengen main air laut, kaya seru deh.”

“Nanti aku ajak ke laut ya, tapi sebelum itu kamu di sini dulu ya. Aku masih ada urusan di luar, kalau kamu mau minta apa-apa kamu bisa telepon pegawai yang ada di sini, nanti kamu bisa dibantu.”

“Oke!” Dinda memberikan dua jempol untuk Rosa, ia pun kembali melanjutkan melihat pemandangan laut yang begitu indah.

Rosa bergegas pergi ke ruang kerjanya, ia berjalan di sepanjang lorong hotel. Ketika dia berjalan, ia berpapasan  dengan manajer, ketika manajer itu melihat bos besarnya ada di depan matanya langsung terbelalak.

Rosa menyadari sikap dari manajernya, ia menaruh 1 jarinya di bibirnya menandakan agar diam. Manajer itu hanya menganggukan kepalanya bahwa ia mengerti kode dari Rosa. Sesampainya di ruang kerja ia segera masuk, ternyata di dalam sudah ada Rio dan juga dua pegawainya.  Rosa melewati 3 pegawainya mereka terlihat ketakutan saat kedatangan Rosa. Ia pun langsung duduk di kursi Direktur utama Rosa Adhitama.

"Bu, Rosa. Saya sudah memanggil kedua bawahan saya untuk menghadap Ibu," uca Rio.

“.....” Rosa masih terdiam dia tidak merespons ucapan Rio, ia lebih fokus terhadap 2 pegawainya yang tadi pagi sempat meremehkan Rosa karena penampilannya. Rosa sedang memikirkan hukuman apa yang pantas untuk kedua pegawai yang sangat kurang ajar ini terhadap orang lain.

"Pak Rio!" panggil Rosa.

"I-iya, Bu Rosa," ucap Rio gugup.

"Sejak kapan manajemen perhotelan bisa merekrut karyawan seperti ini?” Rio tidak bisa menjawab pertanyaan,  dari awalnya Rio memang tidak tahu jika bawahannya telah melakukan hal kurang ajar pada bosnya.

"Maafkan saya Bu." Sementara kedua karyawan yang menghina Rosa  tadi hanya bisa diam tertunduk malu, karena telah melakukan perbuatan yang buruk terhadap orang lain.

....

“Tolong jawab jujur, sebenarnya kalian berbicara apa terhadap tamu yang tadi?" tanya Rio kepada Lia dan juga Sriyani yang saat ini berada di ruang kerja milik Rio.

“Sa-saya tidak bilang apa-apa kok, saya cuma bilang kalau mau  menginap di hotel dengan fasilitas kamar VVIP harus punya uang banyak, kalau tidak ada uang banyak dia tidak bisa memakai kamar VVIP di hotel ini.” Mata Rio langsung terbelalak mendengar pengakuan bawahannya. Semakin ketar-ketir Rio akan ucapan Lia. Susah payah dia mendapatkan posisi, ia tidak ingin posisi ini hilang.

“Kamu bilang begitu sama tamu tadi?” Lia hanya mengangguk pelan, matanya hanya bisa melihat ke arah lantai ia tidak berani menatap atasannya.

“Kenapa kamu bisa bilang kaya gitu sama tamu kita? Apa pernah saya mengajarkan kalian untuk bersikap kurang ajar terhadap tamu? Jangan kalian meremehkan tamu walau penampilan mereka sederhana, sudah banyak kejadian yang kita alami selama bekerja di hotel ini. Ada orang berpenampilan mewah, tapi dompetnya kosong, ada yang berpenampilan sederhana tapi isi dompetnya berlimpah ruah! Karena sebuah penampilan bisa menipu mata. Kalian berdua tahu siapa tamu yang tadi kalian remehkan?”

“Enggak tahu Pak.”

“Berdoalah kalian berdua, jangan sampai kalian dipecat secara tidak terhormat oleh beliau!” 

“Yah, Pak. Jangan bikin takut kita dong. Saya masih butuh kerjaan Pak,” ucap Lia memelas, apalagi dia masih punya adik yang harus di sekolahkan.

“Saya juga Pak, saya enggak mau kalau saya dipecat dari hotel ini,” sambung Sriyani. Mereka berdua sudah menangis di hadapan Rio. Mereka takut akan dipecat dari hotel ini.

“Sekarang juga kalian berdua ikut sama saya ke ruang kerja Direktur!” Rio bergegas keluar menuju ruang kerja Rosa, begitu juga dengan kedua bawahannya mengekor di belakangnya. Jujur saja saat ini perasaan Rio begitu takut, ia takut dirinya akan dipecat oleh Rosa gara-gara tidak bisa mendidik bawahannya dengan benar.

...

"Apa begini cara pihak hotel mengajarkan seorang karyawan untuk bersikap tidak sopan pada tamu? Hanya karena penampilannya tidak seperti orang kaya. Bukan berarti karyawan hotel bisa memandang rendah orang lain," jelas Rosa memberikan ucapan telak pada kedua karyawan tersebut.

"Sekali lagi saya meminta maaf, karena kecerobohan saya. Saya akan memberikan sanksi pada mereka berdua. Dengan kata lain saya akan memecatnya," ucap Rio jika ia tidak memberikan sikap tegas pada bawahannya maka jabatan Rio yang akan dipertaruhkan.

Lia  dan Sriyani sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia berharap  waktu bisa diulang kembali. Ia benjanji tidak akan mengulagi kesalahan yang sama terhadap tamu mana pun. Sayangnya waktu tidak bisa diputar kembali.

“Ya, memang itu yang harus kamu lakukan! Agar ke depannya bisa menjadi pelajaran bagi karyawan yang lainnya untuk bersikap hormat terhadap tamu! Percuma kalian mempunyai pendidikan  tinggi, tapi masalah akhlak kalian berdua 0 besar!”  mendengar penjelasan Rosa, kedua kaki Lia langsung lemas tak berdaya. Hancur sudah karir yang ia bangun selama 1 tahun ini. Padahal untuk melamar pekerjaan di hotel ini sangat lah sulit.

"Maafkan saya, saya tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi. Saya mohon jangan pecat saya. Saya menyadari jika perbuatan saya salah, tolong beri saya satu kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan ini.” Lia memohon pada Rosa sambil menitikkan air matanya, agar dirinya tidak memecatnya ia masih butuh pekerjaan ini untuk membiayai adik sekolah.

"Saya juga minta maaf Bu, saya telah melakukan kesalahan atas sikap saya yang kurang ajar, dan tidak pantas" Teman Lia juga ikut menangis memohon kepada Rosa agar ia juga tidak dipecat dari sini.

“Dan saya juga minta maaf sebelumnya saya sudah memanggil Ibu Rosa dengan sebutan Mas, karena saya pikir Ibu adalah seorang laki-laki karena penampilannya.” Lia semakin sesenggukan, andai dia tidak bersikap kurang ajar terhadap Rosa mungkin saja hal ini tidak akan pernah terjadi.

Rosa menghela nafas panjangnya ia tidak tahan melihat kedua karyawan yang sudah menghina dirinya ini. Ia juga tidak berniat memecat kedua karyawan tersebut. Ia sengaja melakukan hal itu agar memberikan efek jera terhadap mereka berdua. Agar tidak memandang rendah terhadap orang lain hanya dari tampilannya saja. Sekaligus bisa menjadi pelajaran bagi seluruh karyawan hotel ini.

Rosa segera bangkit dari kursi kerjaanya dan pergi meninggalkan mereka bertiga. Sebelum Rosa melangkah keluar, ia sempatkan menoleh ke arah Rio.

"Sekarang ini adalah tugasmu, terserah mau kamu apa kan kedua karyawan kamu. Jangan lupa ajarkan rasa sopan santun terhadap orang lain, jangan memandang rendah orang lain hanya karena penampilannya. Paham kalian berdua?!"

"Paham Bu, sekali lagi maafkan kami berdua. Kami akan menjadikan ini sebagai pelajaran berharga."

"Bagus, memang seharusnya kalian seperti itu. Kalau bisa kalian berdua jangan bekerja di bagian resepsionis, kalian akan dipindah tugaskan menjadi staf dapur.”

Lia dan Sriyani hanya bisa pasrah menerima perintah dari Rosa, mulai besok Lia dan Sriyani tidak akan di tempatkan resepsionis melainkan menjadi staf dapur untuk menyiapkan makanan untuk tamu hotel.

...

"Rosa, kapan kita akan mencari pekerjaan?" tanya Dinda.

"Hmm, biar aku aja yang cari pekerjaan untuk kita berdua. Untuk sementara ini kita tinggal di sini saja dulu hingga mendapatkan pekerjaan. Sekalian kita jalan-jalan ke laut nanti sore.”

"Hmm, Ros."

"Kenapa?"

Dinda menggelengkan kepalanya. "Enggak jadi deh, tadi mau ngomong malah lupa."

"Hoh." Sebenarnya Dinda ingin bertanya tentang Rosa, bagaimana caranya ia bisa memesan kamar hotel semewah ini. Ia penasaran berapa banyak uang yang harus Rosa keluarkan untuk menyewa kamar seluas ini, apalagi kamar yang ia tinggali mempunyai fasilitas yang luar biasa. Tatapi niat untuk bertanya ia urungkan. Dinda merasa sangat tidak sopan jika bertanya seperti itu. Apalagi Rosa sudah sangat baik dengan dirinya. Ditambah lagi dengan semua fasilitas hotel yang sangat tidak biasa ini. Saat Rosa tidak ada di dalam kamar, Dinda mendapatkan pelayanan terbaik dari pihak hotel.

Dan itu membuat Dinda puas, ia merasa seperti seorang putri yang salalu dilayani oleh orang lain. Sebelumnya Rosa sudah berpesan pada pihak hotel untuk memberikan pelayan terbaik pada Dinda temanya ini. Agar Dinda merasa sangat nyaman.

"Rosa, bagaimana kalau kita mencari pekerjaan berdua," ucap Dinda memberikan saran pada Rosa, ia tidak mau jika terus-terusan merepotkan Rosa.

"Enggak! Biar aku aja yang carikan pekerjaannya," tolak Rosa ia sudah berjanji akan mencari pekerjaan untuk Dinda. Melihat temanya yang sangat keras kepala ini, Dinda hanya bisa pasrah menerima perkataan Rosa.

Related chapters

  • Gadis Terlalu Tampan   Kedatangan Brian

    Melihat temanya yang sangat keras kepala, Dinda hanya bisa pasrah menerima perkataan Rosa. Pagi hari telah tiba, Rosa telah bersiap-siap untuk mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka berdua. Sedangkan Dinda tetap berada di hotel menikmati semua fasilitas yang ada di sini. “Aku pergi keluar dulu ya, kamu di sini aja sampai aku kembali ke sini. Kalau kamu mau berenang kamu tinggal ke bawah aja, kalau kamu masih bingung kamu boleh minta bantuan sama Rio. Nanti aku yang akan sampaikan.” Dinda menggoyangkan kedua tangannya, bahwa Dinda menolak akan hal itu. Ia tidak ingin merepotkan orang lain hanya karena ia ingin berenang di kolam renang. “Makasih Ros, aku lebih baik tunggu kamu aja dari pada sama orang lain. Aku lebih nyaman sama kamu, aku enggak apa-apa kok nunggu kamu.” “Kamu yakin?” “Yakin! Ya udah sana kamu keluar aja cari kerja, nanti kalau sudah dapat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Gadis Terlalu Tampan   Rosa tidak mau pulang

    "Aargghh, lepaskan!" Rosa berontak saat pengawalnya memegang lengannya, ia diseret keluar dari dalam lift dan membawanya pergi menuju mobil. Semua orang yang melihat kejadian itu, merasa heran dan juga takut. Apalagi para pengawal keluarga Adhitama begitu menakutkan. "Apa-apan ini? Lepaskan saya! Kalian jangan macam-macam ya!" Rosa terus saja memberontak, sayangnya kekuatannya kalah jauh dari para pengawalnya. Sekuat apa pun Rosa melawan, ia tidak akan sanggup menandingi kekuatan para pengawalnya. Rosa dipaksa masuk ke dalam mobil. "Awas ya kalian semua! Tunggu pembalasanku!" ancam Rosa dari dalam mobil. Tangannya terus menunjuk-nunjuk ke arah pengawalnya. “Halo adikku tersayang,” sapa Brian dengan senyuman lebarnya menampakkan barisan gigi putih dan rapih. "Arrghh!" Rosa berteriak kencang, ia kaget ada Brian di dalam mobil. Saking emosinya ia tidak sadar di depannya sudah ada kakak sulungnya. J

    Last Updated : 2024-10-29
  • Gadis Terlalu Tampan   Melamar pekerjaan

    Keesokan paginya Dinda, dan Rosa tengah bersiap-siap untuk melamar pekerjaan di sebuah cafe yang jaraknya lumayan jauh dari hotelnya. Untuk melamar pekerjaan mereka berdua harus mempunyai penampilan sebagus mungkin."Kita sarapannya di sana saja ya? Takut telat nanti.""Iya, lagiian aku belum lapar kok."“Oke, kita berangkat sekarang yuk, takut macet di jalan. Soalnya sekarang waktunya orang berangkat kerja,” ucap Rosa, ia tidak ingin terjebak macet, ia sengaja berangkat lebih awal dengan sepeda motornya yang telah ia sewa seharian penuh, agar tidak telat. Ia lebih baik menunggu dari pada harus telat untuk datang ke cafe. Kesempatan seperti ini tidak boleh ia lewatkan sedetik pun.Satu jam kemudian Rosa telah sampai di tempat tujuan, ia melihat cafenya masih tutup. Tapi sudah banyak orang yang melamar di cafe ini. sebelum jam menujukan pukul 8 ia dan Dinda memutuskan untuk menunggu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Gadis Terlalu Tampan   Abian

    “Terima kasih Pak atas pengertiannya, jika ada waktu. Saya akan mengurus semuaya." 25 menit sudah ia menjalani proses interview. Dalam hati ia senang, untuk masalah identitas masih bisa dilewati.“Kalau gitu untuk interview sudah selesai ya, untuk hasilnya nanti saya umumkan lewat email yang sudah kamu kasih ke saya.”“Sekali lagi terima kasih Pak, kalau begitu saya pamit undur diri.” Rosa bangkit dari tempat duduknya, setelahnya ia keluar menuju pintu keluar. Selesai dari sini ia berniat ingin mampir di sebuah tempat makan yang tidak jauh dari cafe untuk makan siang."Ros, gimana interview tadi? Aku sampai gugup loh pas ditanya-tanya sama Pak Abian," ucap Dinda ia baru pertama kali melamar pekerjaan di sebuah cafe."Hmm, baik kok. Mudah-mudahan kita berdua bisa diterima ya kerja di cafe sana. Apalagi pelanggan di cafe tadi cukup ramai pengunjung."&

    Last Updated : 2024-10-29
  • Gadis Terlalu Tampan   Ketampanan Rosa membuat semua orang terkagum.

    “Enggak apa-apa, Pak. Saya cuma lagi senang aja lihat Pak Abian bisa tersenyum lagi. Sudah bertahun-tahun saya bekerja dengan anda, semenjak meninggalnya Almarhum Istri anda. Tiba-tiba senyum anda hilang begitu saja bagai ditelan bumi, tapi hari ini. Saya bisa lihat senyum anda kembali." Mendengar tutur kata Elang, membuat wajah Abian merona merah. Ia jadi malu sendiri hanya karena senyumnya. Tapi, yang dikatakan Elang memang benar. Semenjak istrinya meninggal, ia tidak pernah memperlihatkan senyumnya kepada siapa pun. Bahkan keluarganya sekali pun.Beberapa hari kemudian Dinda, dan Rosa mendapatkan panggilan dari tempat ia melamar pekerjaan di sebuah Cafe Birdella. Melalui sebuah email.“Ros, aku dapat pesan email dari Pak Abian. Katanya aku diterima kerja di cafenya,” ucap Dinda kegirangan, begitu juga dengan Rosa yang mendapatkan email, bahwa dia diterima kerja sebagai karyawan cafe Birdella.&

    Last Updated : 2024-10-29
  • Gadis Terlalu Tampan   Sudah biasa

    “Maaf, saya tidak punya IG, karena saya tidak terlalu suka bermain di media sosial.” Terlihat wajah wanita itu sedikit kecewa, tapi mereka tidak patah semangat.“Kalau nomor ponsel, pasti punya dong,” pintanya dengan gaya centilnya.“Saya punya.” Rosa pun mengeluarkan satu ponselnya dan memberikan nomor itu kepada pelanggannya, "ini nomor ponsel saya, jika Kakak ingin memesan makanan bisa hubungi saya.” Pelanggan wanita itu beserta teman-temannya langsung menyimpan nomor Rosa di ponselnya masing-masing, mereka semua belum sadar jika Rosa itu seorang perempuan sama seperti mereka.“Kalau butuh sesuatu lagi, kalian bisa panggil saya atau teman saya yang lainnya. Kalau begitu saya permisi ya.”“Iya, Kak.” Rosa segera pergi dari pelanggan wanita itu, bagi Rosa, hal seperti ini sudah biasa. Banyak sekali yang meminta nama Ignya atau nomor p

    Last Updated : 2024-10-29
  • Gadis Terlalu Tampan   Permohonan Aska terhadap anak gadisnya

    “Biar pun hanya iseng, tetap tidak boleh. Enggak baik buat kesehatan.” Abian terus saja memberi nasehat kepada Rosa, sebenarnya ia sedikit jengah mendengar nasehat bosnya ini. Malas mendengar nasehat bosnya, ia pun mematikan rokoknya. Sayangnya abu dari rokok itu bertaburan ke mana-mana, alhasil mata Rosa terkena percikan abu rokok panas."Aarghh! Mataku," teriak Rosa menahan sakit karena matanya terkena percikan bara api rokok.“Tuh, 'kan! Apa saya bilang. Rokok itu bahaya!” Karena panik melihat Rosa terkena percikan bara rokok, seketika Abian mengambil air minumnya yang ada di dalam tas lalu menyiramkan air ke arah mata Rosa agar tidak merasa panas."Aduh, panas!" Ia terus saja mengucak matanya."Kamu enggak apa-apa?" Dengan cepat ia mengambil tisu di dalam tasnya dan membantu Rosa untuk membersihkan wajahnya. Yang terkena siraman air.Tangan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Gadis Terlalu Tampan   Kembali pulang ke rumah

    "Oke, aku mau bantu Ayah.” Akhirnya ia tidak bisa menolak permintaan dari Ayahnya. Walaupun Rosa sudah menolaknya, ayahnya akan terus memaksa hingga Rosa mau menolongnya. “Kamu serius mau bantu Ayah kali ini? Terima kasih Nak, memang tidak salah Ayah minta bantuan kamu. 2 minggu lagi kamu ke sini ya, di Hotel Aston.” “Iya, nanti aku akan datang.” Ia pun menutup panggilan ponselnya, ia akan meminta izin pada bosnya. Untuk memberikan cuti padanya. Ia langsung berjalan menuju ruang kerja Abian. Kebetulan bosnya ada di dalam. Sebelum masuk ke dalam, ia terlebih dahulu mengetuk pintu, setelah mendapatkan izin dari bosnya, barulah ia masuk ke dalam. "Ada perlu apa kamu ke sini?” tanya Abian. “Saya mau minta izin, saya mau ambil cuti untuk 2 minggu ke depan. Kira-kira untuk tanggal 12-13” “Memangnya kamu ada urusan apa? Berapa lama kamu ambil cuti?”

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Gadis Terlalu Tampan   Acara syukuran

    “Rosa? Ke sini dong.” Rosa melihat kea rah bosnya yang memanggil dirinya. Ia langsung bangkit dan berjalan kea rah arahnya. Melihat Rosa ada di depan matanya, pemilik café ini seketika terbelalak. Matanya terbuka lebar, mulutnya sampai menganganga melihat wajah Rosa mirip mendiang istri Abian.“Pa-Pak, dia—“ pemilik salon menunjuk Rosa dengan jarinya yang masih bergetar.“Namanya Rosa, dia ini perempuan. Jadi saya minta tolong sama kamu, tolong bikin dia makin cantik kaya artis Korea ya,” pintanya, sedangkan pemilik salon masih menatap takjub dengan wajah Rosa. Bisa ganteng, bisa juga cantik.“Luar biasa!” ujaranya lagi mengaggumi ketampanan Rosa. ia melihat penampilan Rosa dari ujung kepala hingga ujung kaki. Benar-benar mirip mendiang istri Abian. "Kaya kembarannya Mbak Birdella," ujarnya dalam hati.Hampir satu jam lebih Rosa berada di s

  • Gadis Terlalu Tampan   Salon

    "Keluar sana! Gue mau kerja.”“Jadi lo usir gue? Oke, fine. Kalau lu usir gue dari sini, jangan harap lo bisa dekat lagi sama Ade gue!” Brian langsung berjalan ke arah pintu keluar, tak disangka Abian menahan lengan temannya. “Jangan beper lo, gue Cuma bercanda doang! Yailah, gitu aja dimasukin ke hati.” Brian tersenyum puas, baru diancam sedikit aja Abian ketar-katir.“Makannya Bi, lo harus bisa ambil hati gue. Bikin gue senang, siapa tahu hati gue luluh.” Mendengar hal itu Abian hanya berdesis. Rasanya dia mau muntah seember.Selama seharian penuh Brian berada di ruang kerja, tanpa melakukan aktifitas apa pun. Yang Brian lakukan hanyalah main ponsel, mengawasi Rosa bekerja, hingga tertidur di atas sofa. Sedangkan Abian tidak mempermasalahkan hal tersebut, selama Brian tidak menggangu pekerjaanya.“Lo enggak bosen apa di sini terus seharian?&rdqu

  • Gadis Terlalu Tampan   Brian mampir

    “Bi, mending lo pulang aja deh. Biar Rosa urusan gue!” kesalnya, padahal Rosa adalah adik kandungnya. Akan tetapi temannya selalu menyerobot apa yang dibutuhkan Rosa.“Mending lo duduk aja deh, biar Rosa gue yang urus.”“Gue ‘kan Kakak. Kenapa jadi lo yang repot sih.”“Lo Kakaknya, sedangkan gue bosnya. Jadi wajar aja gue kasih perhatian sama karyawan gue!”“Alibi banget lo!” melihat pertengkaran kakaknya dengan bosnya, Rosa hanya bisa tersenyum. Ia sih tidak masalah jika Abian membantu dirinya jika ia mengalami kesulitan, jika dibandingkan kakaknya. Abian lebih telaten dan sedikit berhati-hati.***"Cih, lihat aja kalau tuh duda tua pepet Rosa terus,” gumamnya mengingat ketika di rumah sakit. Brian benat-benar tidak diberi kesempatan untuk merawat adiknya. “Tapi, gue enggak sangka. Model kaya Abian udah nikah

  • Gadis Terlalu Tampan   Abian Lebay

    "Eeh, tapi saya bisa kok pak pulang sendiri, lagian rumah saya dekat kok. Jadi enggak perlu diantar.”“Biarpun rumah kamu dekat, tetap saya antar pulang ke rumah. Malam-malam begini kita harus waspada dari tindak kejahatan.” Rosa memutar bola matanya malas, ia semakin risi. Baginya bosnya ini terlalu berlebihan.“Udah ya Pak, saya pulang dulu. Makasih deh tawaranya.” Dengan cepat ia berlari menuju pintu keluar.“Rosa! Tunggu saya.” Semakin ia mengejar Rosa, semkain jauh pula Rosa.***“Rosa?” ujar Abian dengan nada sedikit syahdu, membuat Rosa bergidik ngeri.“Dih, Pak Abian kenapa ya? Kok nada bicaranya jadi kaya cewek gitu sih?”“Hmm, saya mau minta tolong sama kamu? boleh?” lagi-lagi ia berucap dengan nada seperti perempuan.“Ngomongnya biasa aja

  • Gadis Terlalu Tampan   Rosa pulih kembali

    "Kamu pantas mendapatkan ini! Hukuman ini belum seberapa buat kamu. Aku akan memberikan hukuman yang berat lagi buat kamu!” ancamnya.Wajah cantik Mila kini sudah membiru, ia sudah kehabisan napas. Dengan cepat Aska melepaskan cekikanya. Ia tidak ingin Mila mati begitu saja. Ia ingin menghukum Mila dengan tanganya sendiri hingga Mila merasakan penderitaan."Hhukk...hhukkk." Mila menjatuhkan dirinya ke lantai, setelah ia lepas dari tangan Aska. napasnya sudah terengah-engah. nyawa dia hampir saja melayang.Aska memerintahkan pengawalnya, “bawa dia ke dalam mobil, dan ikat tubuhnya sekuat mungkin!” Mila hanya bisa pasrah tubuhhnya diseret paksa oleh pengawal ksusus. Sementara Brian dan Rosa sudah diamankan oleh para pengawalnya dan juga Abian yang sudah tiba di lokasi.“Ros, tolong kamu bertahan sedikit lagi. Kakak bakal bawa kamu ke rumah sakit, tolong jangan tinggalin Kakak se

  • Gadis Terlalu Tampan   Riwayat Mila

    1 pengawal pingsan. Tinggal sisa satu lagi. Karena takut ketahuan oleh pengawal yang lainya. Brian langsung mengeluarkan sebuah pisau ke arah pengawal, tepat mengenai keningnya seketika pengawal itu tewas."Rosa! Sadarlah Rosa. Ini Kakakmu!" Brian membagunkan Rosa yang sudah tidak sadarkan diri. Ia begitu sakit melihat keadaan adiknya yang cukup mengenenaskan. Brian tidak akan tinggal diam, dia akan membalas perbuatannya.Brian melepaskan ikatan tali dari tangannya, hati Brian semakin teriris melihat pergelangan tangan adiknya yang sudah penuh luka akibat ikatan tali terlalu kencang. Ia meneteskan air matanya, ia tidak sanggup melihat keadaan adiknya. Selama ia menjadi seorang kakak. Tidak pernah sekali pun ia melukai fisik adiknya, apalagi sampai separah ini.“Kak, Brian.” Sayup-sayup ia mendengar suara adiknya memanggil namanya. Ternyata adiknya masih bisa membuka matanya, ia mengusap air matanya agar adikn

  • Gadis Terlalu Tampan   Brian mengikuti Mila.

    Sudah 1 jam lebih Brian mengikuti mobil Mila, tetapi belum juga sampai di tempat tunjuan. Hingga akhirnya mobil Mila telah sampai di sebuah hutan yang lebat. Mobil Mila masuk ke dalam hutan. Begitu juga dengan Brian. Ia harus berhati-hati mengikuti mobil Mila agar tidak ketahuan. Setelah memasuki hutan yang paling dalam, mobil pun sampai di sebuah rumah tua yang sudah tidak berpenghuni.Diam-diam langkah Brian mengikuti Mila untuk sampai ke rumah tua. Tak di sangka ternyata rumah tersebut dijaga ketat oleh orang yang bertubuh kekar. Ada sekitar 3 orang yang menjaga di luar rumah dibagian luar.“Ck, penjaganya banyak banget di pintu depan,” gumamnya, ia terus memperhatikan rumah tua dan mencari celah agar bisa masuk ke dalam. Ia yakin jika adiknya pasti ada di dalam bersama dengan Mila. Brian mengembil ponselnya dalam saku celana untuk mengirim lokasi agar tim khususnya bisa datang ke sini untuk membantunya.

  • Gadis Terlalu Tampan   Mila

    “Rosa lagi sama lo enggak?” Abian langsung bertanya ke inti permasalahan, ia lagi malas berdebat saat ini.“Lah, kenapa lo jadi nanya Rosa ke gue? Rosa 'kan lagi ada di kota tempat dia kerja.”“Serius lo?”“Serius lah, lagian ngapain juga gue sama si Rosa. Gue sekarang lagi di kota gue.”“Hoh, berarti Rosa lagi enggak sama lo ya? Ya udah gue tutup ya.”“Eh, jangan ditutup dulu! Sebenarnya kenapa sih lo nanya Ade gue lagi ada di mana?”“Semalam Ade lo enggak pulang ke rumah, temannya yang namanya Dinda sampai cari Rosa ke mana-mana tapi enggak ketemu. Malah ponselnya ada di gue sekarang, makannya gue hubungi elo, siapa tahu Rosa lagi sama lo.” Brian berdiri dari tempat duduknya, jantung berdetak kencang mengetahui adiknya belum pulang ke rumah sampai sekarang.&nbs

  • Gadis Terlalu Tampan   Rosa hilang

    “Brian!” suara Mila sedikit ditinggikan agar Brian tersadar.“Eh, iya. Kenapa?”“Kamu ini kenapa sih? Dari tadi dipanggil kok enggak jawab?”“Masa sih?”“Dari tadi kamu terus lihatin saya loh, kamu ini kenapa sih? Apa penampilan saya terlihat aneh ya di mata kamu?” tanyanya membuat Brian kelimpungan, ia tidak sadar jika dirinya terus memperhatikan ibu tirinya ini. Ia sedang memikirkan mencari alasan yang tapat.“Kalung berliannya bagus, kayanya baru ya,” jar Brian baru mendapatkan ide ketika melihat kalung Mila.“Hoh, ini.” Mila menujuk ke arah kalungnya. “Kamu kok tahu kalau kalung berlian ini baru?”“I-iya, soalnya kelihatan silau. Kayanya kalungnya mahal ya?”“Enggak mahal kok, ini murah. Harganya cuma

DMCA.com Protection Status