Share

Gadis Tahanan Ceo
Gadis Tahanan Ceo
Penulis: Veraazuera

Kantor

Penulis: Veraazuera
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-17 16:34:23

Swedia, Gavle, 8 oktober 1998.

Derap langkah kaki seorang wanita memakai high heels berbenturan dilantai marmer. Wanita berusia 30 tahun, bernama Amelia Celline. Bermanik mata biru, kulit putih, rambut pirang dan wajah memiliki tulang pipi menonjol, masih sangat cantik. Seperti tergesa menuju sebuah kamar.

Adrian Aaron, anak lelaki berusia tujuh tahun, tengah menimba ilmu di sekolah dasar salah satu yang ada di Gavle. Adrian memiliki iris mata biru, rambut pendek pirang, hidung berbatang, serta bibir atas tipis-mungil.

Tok ...! Tok...!

"Adrian ... Adrian, bangun sayang, sudah siang!" teriak Mama Amelia. Sambil terus mengetuk pintu.

"Iya, Ma!" seru Adrian di dalam kamar. Kakinya melangkah lebar setelah meraih tas di meja belajarnya, menuju pintu.

Ceklek...

Menampakan Adrian di balik pintu yang terbuka itu.

"Mama kira kamu masih tidur sayang." Mama Amelia mengusap puncak kepala Adrian, seraya tersenyum manis pada anak lelaki itu."Ayo, kita sarapan dulu. Daddy sudah menuggu kita di bawah."

"Humm ..." Adrian berdehem. Di sertai anggukan pelan kepalanya. Mereka melangkah bersama menuruni tangga. 

Sesampainya di meja makan, Andreas Aaron telah menanti anak dan sang istrinya. Lelaki berusia 37 tahun, badan tegap Atletis, iris mata biru, kulit putih, Alis mata hitam mempertegas tatapannya.

"Pagi, Daddy!" ucap Adrian. Ia menarik kursi di sebelah Andreas.

"Pagi, jagoan Daddy!" timpal Tuan Andreas. Mengarahkan kepalan tangan pada sang anak.  Sebuah sapaan gaya anak muda.

Mama Amelia tersenyum bahagia melihat ayah dan anak tersebut. Memiliki keluarga kecil yang bahagia, adalah impian semua orang. Hidup di atas kekayaan. Suami tampan, perhatian, penuh kasih sayang, dan anak yang cerdas. Semua lengkap sudah di miliki oleh Amelia di hidupnya.

"Ayo, kita sarapan dulu!" ujar Amelia. Setelah mengambilkan roti dan susu untuk anak dan suami tercinta.

Setelah menikmati sarapan pagi itu, Andreas dan Adrian pamit pergi. Mengantarkan Adrian ke sekolah terlebih dulu. Sebelum menuju kantornya. Lambaian tangan Amelia mengudara. Seiring mobil Andreas keluar dari rumah bertingkat dua lantai itu. Memiliki perkarangan yang sangat luas. Dan tanaman bunga yang sangat indah menghiasi halaman.

Ya, Amelia sangat menyukai bunga. Hobinya yang suka menanam bunga, membuat dia memanfaatkan perkarangan rumah. Menyulapnya menjadi sebuah kebun bunga yang indah.

***

Di kantor

Pagi itu, Andreas tengah fokus pada layar komputer, mengalihkan pandangannya pada sosok lelaki yang kurang sopan, setengah jangkung itu. Tanpa mengetuk pintu, ia menyelonong masuk.

Andreas mencoba menahan emosinya. Dan bersikap santai di depan lelaki yang bernama Alberto. Tidak jauh beda usianya dari Andreas. Bermanik mata coklat, kulit sawo matang.

"Selamat pagi, Tuan Andreas!" ujarnya. Mengulurkan tangannya, untuk di jabat oleh Andreas.

Andreas menyambut baik tangan Alberto. Ia tahu, bukan tanpa maksud lelaki itu datang ke kantornya pagi ini. Sudah berapa kali lelaki itu mendatanginya dan membujuknya untuk menjual saham restauran-Andreas yang ada di Visby. Tapi, di tolak mentah-mentah oleh Andreas. Letaknya yang strategis, dengan berkembang pesat di kota itu, membuat Alberto mengincarnya.

Ya, lelaki itu mengetahui bahwa Andreas tengah mengalami masalah di anak perusahaannya. Tapi, bagi Andreas ia masih sanggup untuk mempertahankan semuanya itu. Tanpa ada yang harus di jual.

"Pagi, Alberto!" sahut Andreas. Dengan tampang dingin.

"Semoga kau selalu di berikan kesehatan, Tuan Andreas. Aku suka sekali dengan semangat kerjamu," Puji Alberto. Ia menarik kursi untuk di duduki. Tidak lupa, senyuman yang mengembang ikut menyertai raut wajahnya.

"Tidak perlu berbasa-basi Alberto. Langsung saja, apa maksud kedatangan mu kemari?" tanya Andreas. Menatap datar lelaki itu. 

"Sepertinya Anda sangat bersemangat pagi ini, Tuan Andreas. Ah, aku lupa, memang harus begitu untuk membuat anak perusahaan mu kembali normal, iya 'kan?" kata Alberto tanpa rasa bersalah.

"Itu bukan urusanmu!" sanggah Andreas."Jika kedatangan mu kemari hanya membujuk untuk menjual saham itu, keputusan ku masih sama Alberto. Sekarang, dari pada kau membuang waktu ku, lebih baik keluarlah dari ruangan ini."

Bukannya segera beranjak, lalu pergi dari ruangan itu, Alberto malah tertawa lebar. Menjadikan perkataan Andreas sebagai lelucon. 

"Tenanglah, Tuan Andreas. Aku datang kemari bukan dengan penawaran yang biasa lagi untukmu." Alberto memperbaiki posisi duduknya. Menatap lekat pada Andreas yang sangat dingin padanya.

"Kali ini, aku akan membeli saham mu dengan harga yang kau inginkan. Asalkan restauran mu yang ada di Visby, menjadi milikku. Dan... Kau juga bisa menutupui kerugian yang di alami anak perusahaan mu." Lanjutnya. Dengan begitu enteng.

Andreas tersenyum kecut mendengar ucapan Alberto yang hanya sampah baginya."Kau tenang saja, aku masih bisa menanganinya dengan baik. Kau tak perlu cemas!"

"Berpikirlah dengan baik, Tuan Andreas. Apa kau mau membuat anak dan istrimu terseret dalam kesengsaraan hidup? Aku berbaik hati padamu, sebagai teman lama." Titah Alberto. Membayangkan pada Andreas jika mereka sampai jatuh miskin.

Sebagai pengusaha yang hebat, membuat  orang berlomba-lomba  hendak menjatuhkan Andreas yang selalu memenangkan tander. Dan salah satu yang di alami Andreas, tak lain adalah permainan dari pesaing bisnisnya.

Entah dari siapa, yang pasti Andreas tengah menyelidiki kasus itu. Tidak menutup kemungkinan, orang terdekat dapat menjadi musuh.

"Apa pun yang kau tawarkan dan harga yang menyejukkan mata, sampai kapan pun aku tidak akan menjualnya, Alberto." Andreas melonggarkan dasi yang tiba-tiba merasa gerah. Merasa muak dengan tawaran yang tidak sama sekali membuat Andreas goyah. Baginya, jika masih bisa di pertahankan, dia tidak akan menjual apapun aset yang dia miliki.

Mendengar ucapan Andreas yang masih tidak membuahi hasil, membuat Alberto tersulut amarah di dada yang mulai membusung. Rahangnya mulai mengeras menaham geram terhadap Andreas. Tidak ada penolakan dalam hidup Alberto.  Ia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkannya.

Hanya kepada Andreas, dia masih mau berbicara baik-baik. Kenyataannya, lelaki itu sampai detik ini juga tidak mengubah keputusannya.

"Pikirkan baik-baik, Andreas. Jangan sampai keputusanmu salah. Dan ingat! Kesempatan itu tidak datang dua kali. Jangan menyia-nyiakan kesempatan baik yang aku tawarkan ini. Jangan sampai menyesal nantinya!!" kata Alberto. Mengeluarkan selembar cek kosong untuk diisi oleh Andreas berapa nominal angkanya. Meletakan kertas itu dimeja Andreas.

"Kertas ini masih kosong, kau tinggal tulis berapa yang kau inginkan." Lanjutnya. 

Andreas yang tidak bisa lagi bersahabat dengan amarahnya, ia beranjak dari kursi. Tangannya menelusup masuk ke saku celana bahan nan panjang, membaluti kaki jenjangnya. 

"Aku katakan sekali lagi padamu, Alberto. Sampai kapan pun aku tidak akan menjualnya padamu. Dan... Jangan pernah kau datang jika hanya membahas soal itu lagi. Ingat itu baik-baik!" tegas Andreas. Membuang pandangan kesembarangan arah, ia tidak sudi lagi melihat lelaki itu.

"Pintunya masih di sana." Tangan Andreas mengarah ke pintu. Ia berucap."Silahkan, keluar dari ruangan ini!"

Alberto yang merasa terhina,ia beranjak dari kursi itu. Memperbaiki jasnya yang tidak lagi baik. Begitu dengan hati yang mulai memendam amarah. Tatapan mata, menyimpan ke bringasan. Seolah siapa dia, orang lain harus mengenali itu.

"Jangan menyesali keputusan yang telah kau buat ini, Andreas! Semoga kau baik-baik saja." Titah Alberto. Menatap tajam pada Andreas yang membuang muka padanya. Seakan ada maksud dari ucapannya itu.

"Silahkan!" Andreas mempersilahkan Alberto meninggalkan ruangannya.

Bersambung...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nanas Cute
kereeeen 😍 saya suka saya suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Tahanan Ceo   Segerombolan Berbaju Hitam

    Setelah selesai makan malam Andreas beserta anak dan istri duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.Adrian tengah mengerjakan tugas dari sekolahnya. Ia sama sekali tidak meminta bantuan sang Mama dalam mengisi tugas sekolah tersebut. Bersekolah di sekolah bertaraf internasional, dengan rata-rata siswanya memliki IQ yang tinggi termasuk Adrian. Membuatnya menangkap pelajaran dengan begitu baik.Meski begitu, Adrian terkadang masih juga membutuhkan guru les. Yang di datangkan kerumahnya. Dengan pertemuan tiga kali dalam seminggu. Dia sama sekali tidak mengeluh atas aktifitas yang hanya di hadapkan dengan buku.Ia memiliki cita-cita seperti sang Papa, menjadi pengusaha yang sukses. Dan membuat Andreas dan Amelia bangga akan keinginan sang anak. Mereka mendukung penuh keinginan Adrian.Setelah panjang lebar Andreas menjelaskan pada Amelia soal Alberto menyambangi kantornya, membuat wanita itu mengerutkan alis. Raut wajahnya merasa ketak

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Gadis Tahanan Ceo   Kau tidak pantas di sebut seorang ayah

    Satu tamparan dari Amel mendarat di pipi lelaki itu. Meninggalkan bekas kemerahan.Vigo memegangi pipinya di sertai rahang yang mengeras. Mata yang penuh kebencian untuk pertama kalinya, ia menerima sebuah tamparan dari seorang wanita. Dan itu tidak bisa ia terima.Plakkk ..."Aaarrrggghh ..." Tamparan yang tidak kalah kuat dari tangan seorang lelaki di hadapan Amel, mendarat ke pipinya. Membuat Amel meringis kesakitan. Ia memegangi pipinya dari rasa sakit dan panas dari tangan seorang lelaki.Selama ia hidup dan berumah tangga, tidak pernah seorang pun melayangkan tangannya pada Amel. Walaupun ia berasal dari Yayasan yatim piatu. Sebab, orang tuanya meninggal saat kecelakaan. Dan dia di ajak oleh pemilik yayasan untuk tinggal di sana.Apa lagi suami yang ia memiliki tidak pernah meninggikan suaranya, membentak, atau menghardiknya. Andreas begitu menyayanginya. Memperlakukan Amel penuh kasih sayang.Adrian yang mendengar rintihan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Gadis Tahanan Ceo   Kebahagiaan Hancur

    Adrian yang dibopong oleh anak buah Vigo, lalu hendak di masukan ke mobil. Adrian mengalungkan tangannya pada leher lelaki bertubuh besar itu. Ia bergerak cepat menggigit lehernya."Aaarrrgghh ..." Erangan kesakitan itu mengudara. Anak buah Vigo melepaskan Adrian seketika. Rasa sakit dari gigitan Adrian, membuat dia tidak mampu menahan bocah itu untuk tetap dibopong olehnya.Tentu saja, itu tujuan Adrian. Sehingga ia bisa lepas dari lelaki itu. Adrian tidak ingin di bawa oleh Vigo. Dua nama yang tersemat di pikirannya. Vigo dan Alberto, membuat Adrian ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya pada orang tuanya. Ia harus bisa kabur dari sana.Kaki jenjang kecil Adrian berlari cepat. Tanpa tahu tujuan dan arah, yang terpenting saat ini baginya bisa terlepas dulu dari lelaki bertubuh kekar itu. Menelusuri hutan yang terdapat di belakang rumahnya. Ia terpaksa mengambil jalan itu. Agar tidak memudahkan Vigo mengejarnya dengan mobil.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Gadis Tahanan Ceo   Hidup Baru

    17 tahun kemudian, Irlandia."Huufff ..." Seorang wanita paruh baya bernama Nyonya Abella Nielson. menghembuskan napas berat setelah mengangkat setumpuk buku yang di kemas dari kamar Armand. Kamar yang telah lama tidak terpakai, semenjak Armand lulus dari sekolah menengah atas, dan berkuliah di New York, kota terpadat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia kembali ke Irlandia. Lelaki itu kini memilih tinggal di apartemen.Nyonya Abella membawa kardus yang berisi buku ke gudang berada di bagian belakang rumah. Meletakan kardus itu pada setumpuk buku bekas yang telah diikat di atas lemari. Letak tempatnya yang tinggi, membuat Nyonya Abella sedikit berjinjit. Setelah Nyonya Abella merasa aman meletakkan kardus yang ia bawa itu, lalu ia beranjak dari sana. Baru saja hendak melangkah kardus--"Bruuuggg ...""Aaakkhh ..." Kardus itu terjatuh, dan hampir menimpa Nyonya Abella."Armand," seru Nyonya Abella. Tangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • Gadis Tahanan Ceo   Sekalipun Aku(Hellena)

    Pagi hari, matahari mulai merangkak naik berdiri pada paraduannya. Sinar yang terpancar menyapa bumi pertiwi dengan sedekap hangat yang di rasa, cahayanya menembus gorden putih yang menjuntai di kamar Armand.Lelaki itu telah bersiap dengan kemeja biru muda yang perlahan dikaitkan satu persatu buah bajunya. Serta dasi bermotif batik, telah melingkar dileher Armand. Tersemat rapi. Begitu juga celana bahan berwarna hitam legam telah menutupi kaki jenjangnya dengan ikat pinggang berwarna sama hitam. Ditambah balutan jas, menambah setelan kantornya hari ini.Armand mematri dirinya di depan cermin yang memperlihatkan tubuh kekar atletisnya. Bak seorang model dengan paras tampan yang di anugerahkan padanya. Sempurna, menjadi kata yang pantas untuknya.Setelah Armand merasa pantas dengan pakaiannya, ia pun pergi keluar dari kamar. Langkah lebar dari kaki jenjang Armand menuruni tangga satu persatu. Saat tiba di tangga terakhir, Armand melirik jam mewah limited Ed

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20

Bab terbaru

  • Gadis Tahanan Ceo   Sekalipun Aku(Hellena)

    Pagi hari, matahari mulai merangkak naik berdiri pada paraduannya. Sinar yang terpancar menyapa bumi pertiwi dengan sedekap hangat yang di rasa, cahayanya menembus gorden putih yang menjuntai di kamar Armand.Lelaki itu telah bersiap dengan kemeja biru muda yang perlahan dikaitkan satu persatu buah bajunya. Serta dasi bermotif batik, telah melingkar dileher Armand. Tersemat rapi. Begitu juga celana bahan berwarna hitam legam telah menutupi kaki jenjangnya dengan ikat pinggang berwarna sama hitam. Ditambah balutan jas, menambah setelan kantornya hari ini.Armand mematri dirinya di depan cermin yang memperlihatkan tubuh kekar atletisnya. Bak seorang model dengan paras tampan yang di anugerahkan padanya. Sempurna, menjadi kata yang pantas untuknya.Setelah Armand merasa pantas dengan pakaiannya, ia pun pergi keluar dari kamar. Langkah lebar dari kaki jenjang Armand menuruni tangga satu persatu. Saat tiba di tangga terakhir, Armand melirik jam mewah limited Ed

  • Gadis Tahanan Ceo   Hidup Baru

    17 tahun kemudian, Irlandia."Huufff ..." Seorang wanita paruh baya bernama Nyonya Abella Nielson. menghembuskan napas berat setelah mengangkat setumpuk buku yang di kemas dari kamar Armand. Kamar yang telah lama tidak terpakai, semenjak Armand lulus dari sekolah menengah atas, dan berkuliah di New York, kota terpadat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia kembali ke Irlandia. Lelaki itu kini memilih tinggal di apartemen.Nyonya Abella membawa kardus yang berisi buku ke gudang berada di bagian belakang rumah. Meletakan kardus itu pada setumpuk buku bekas yang telah diikat di atas lemari. Letak tempatnya yang tinggi, membuat Nyonya Abella sedikit berjinjit. Setelah Nyonya Abella merasa aman meletakkan kardus yang ia bawa itu, lalu ia beranjak dari sana. Baru saja hendak melangkah kardus--"Bruuuggg ...""Aaakkhh ..." Kardus itu terjatuh, dan hampir menimpa Nyonya Abella."Armand," seru Nyonya Abella. Tangan

  • Gadis Tahanan Ceo   Kebahagiaan Hancur

    Adrian yang dibopong oleh anak buah Vigo, lalu hendak di masukan ke mobil. Adrian mengalungkan tangannya pada leher lelaki bertubuh besar itu. Ia bergerak cepat menggigit lehernya."Aaarrrgghh ..." Erangan kesakitan itu mengudara. Anak buah Vigo melepaskan Adrian seketika. Rasa sakit dari gigitan Adrian, membuat dia tidak mampu menahan bocah itu untuk tetap dibopong olehnya.Tentu saja, itu tujuan Adrian. Sehingga ia bisa lepas dari lelaki itu. Adrian tidak ingin di bawa oleh Vigo. Dua nama yang tersemat di pikirannya. Vigo dan Alberto, membuat Adrian ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya pada orang tuanya. Ia harus bisa kabur dari sana.Kaki jenjang kecil Adrian berlari cepat. Tanpa tahu tujuan dan arah, yang terpenting saat ini baginya bisa terlepas dulu dari lelaki bertubuh kekar itu. Menelusuri hutan yang terdapat di belakang rumahnya. Ia terpaksa mengambil jalan itu. Agar tidak memudahkan Vigo mengejarnya dengan mobil.

  • Gadis Tahanan Ceo   Kau tidak pantas di sebut seorang ayah

    Satu tamparan dari Amel mendarat di pipi lelaki itu. Meninggalkan bekas kemerahan.Vigo memegangi pipinya di sertai rahang yang mengeras. Mata yang penuh kebencian untuk pertama kalinya, ia menerima sebuah tamparan dari seorang wanita. Dan itu tidak bisa ia terima.Plakkk ..."Aaarrrggghh ..." Tamparan yang tidak kalah kuat dari tangan seorang lelaki di hadapan Amel, mendarat ke pipinya. Membuat Amel meringis kesakitan. Ia memegangi pipinya dari rasa sakit dan panas dari tangan seorang lelaki.Selama ia hidup dan berumah tangga, tidak pernah seorang pun melayangkan tangannya pada Amel. Walaupun ia berasal dari Yayasan yatim piatu. Sebab, orang tuanya meninggal saat kecelakaan. Dan dia di ajak oleh pemilik yayasan untuk tinggal di sana.Apa lagi suami yang ia memiliki tidak pernah meninggikan suaranya, membentak, atau menghardiknya. Andreas begitu menyayanginya. Memperlakukan Amel penuh kasih sayang.Adrian yang mendengar rintihan

  • Gadis Tahanan Ceo   Segerombolan Berbaju Hitam

    Setelah selesai makan malam Andreas beserta anak dan istri duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.Adrian tengah mengerjakan tugas dari sekolahnya. Ia sama sekali tidak meminta bantuan sang Mama dalam mengisi tugas sekolah tersebut. Bersekolah di sekolah bertaraf internasional, dengan rata-rata siswanya memliki IQ yang tinggi termasuk Adrian. Membuatnya menangkap pelajaran dengan begitu baik.Meski begitu, Adrian terkadang masih juga membutuhkan guru les. Yang di datangkan kerumahnya. Dengan pertemuan tiga kali dalam seminggu. Dia sama sekali tidak mengeluh atas aktifitas yang hanya di hadapkan dengan buku.Ia memiliki cita-cita seperti sang Papa, menjadi pengusaha yang sukses. Dan membuat Andreas dan Amelia bangga akan keinginan sang anak. Mereka mendukung penuh keinginan Adrian.Setelah panjang lebar Andreas menjelaskan pada Amelia soal Alberto menyambangi kantornya, membuat wanita itu mengerutkan alis. Raut wajahnya merasa ketak

  • Gadis Tahanan Ceo   Kantor

    Swedia, Gavle, 8 oktober 1998.Derap langkah kaki seorang wanita memakai high heels berbenturan dilantai marmer. Wanita berusia 30 tahun, bernama Amelia Celline. Bermanik mata biru, kulit putih, rambut pirang dan wajah memiliki tulang pipi menonjol, masih sangat cantik. Seperti tergesa menuju sebuah kamar.Adrian Aaron, anak lelaki berusia tujuh tahun, tengah menimba ilmu di sekolah dasar salah satu yang ada di Gavle. Adrian memiliki iris mata biru, rambut pendek pirang, hidung berbatang, serta bibir atas tipis-mungil.Tok ...! Tok...!"Adrian ... Adrian, bangun sayang, sudah siang!" teriak Mama Amelia. Sambil terus mengetuk pintu."Iya, Ma!" seru Adrian di dalam kamar. Kakinya melangkah lebar setelah meraih tas di meja belajarnya, menuju pintu.Ceklek...Menampakan Adrian di balik pintu yang terbuka itu."Mama kira kamu masih tidur

DMCA.com Protection Status