Share

Hidup Baru

Penulis: Veraazuera
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 07:27:15

17 tahun kemudian, Irlandia.

"Huufff ..." Seorang wanita paruh baya  bernama Nyonya Abella Nielson. menghembuskan napas berat setelah mengangkat setumpuk buku yang di kemas dari kamar Armand. Kamar yang telah lama tidak terpakai, semenjak Armand lulus dari sekolah menengah atas, dan berkuliah di New York, kota terpadat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia kembali ke Irlandia. Lelaki itu kini memilih tinggal di apartemen. 

Nyonya Abella membawa kardus yang berisi buku ke gudang berada di bagian belakang rumah. Meletakan kardus itu pada setumpuk buku bekas yang telah diikat di atas lemari. Letak tempatnya yang tinggi, membuat Nyonya Abella sedikit berjinjit. Setelah Nyonya Abella merasa aman meletakkan kardus yang ia bawa itu, lalu ia beranjak dari sana. Baru saja hendak melangkah kardus--

"Bruuuggg ..."

"Aaakkhh ..." Kardus itu terjatuh, dan hampir menimpa Nyonya Abella.

"Armand," seru Nyonya Abella. Tangan Armand kembali membantu berdiri Nyonya Abella.

"Kenapa Mama enggak hati-hati? Harusnya Mama suruh pelayan saja menaruhnya. Kalau aku enggak datang tepat waktu, pasti Mama sudah tertimpa kardus itu," celetuk Armand. Ia membereskan buku yang bertebaran di bawah sana. Lalu meletakan keatas, tempat semula.

"Mama bosan kalau hanya duduk saja, tanpa melakukan sesuatu. Malahan jika hanya berdiam diri, membuat badan Mama sakit-sakitan. Setidaknya keringat keluar, itu akan lebih baik." Nyonya Abella mengayun langkah keluar dari gudang itu. Diikuti Armand dari belakang.

"Armand tidak melarang Mama melakukan apapun. Tetapi, bukan berarti melakukan hal seperti tadi. Itu akan membahayakan Mama. Lebih baik Mama minta tolong pada pelayan di rumah ini. Armand tidak mau terjadi apa-apa pada Mama." Wajah Arman melemas, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita paruh baya itu. Mengingat, dia tidak selalu ada di rumah."Yang boleh Mama lakukan itu seperti halnya menyiram bunga, duduk di taman di temani segelas teh hijau."

Sesampainya langkah mereka di taman, Nyonya Abella menduduki kursi panjang yang ada di taman sebelah rumah. Kemudian diikuti Armand di sebelah Nyonya Abella. Mata yang di suguhkan dengan warna warni bunga. Harum semerbak yang di hasil bunga lili. Bunga yang berasal dari yang beriklim sedang yaitu bagian utara Eropa, Amerika Utara dan jepang, serta merupakan tanaman herba berumbi lapis, memiliki tinggi 0,5 sampai 1,3 sentimeter. Tidak hanya itu, bunga lili memiliki ciri berkelopak corong lancip saat belum mekar dan memiliki kelopak yang di dominasi oleh warna putih. Itu yang membuat Nyonya Abella sangat menyukai bunga itu dari pada bunga yang lainnya. Tak jarang juga, Papa Armand-Jefri Nielson menghadiahkan bunga itu ketika pulang dari kantor.

"Hanya seorang diri duduk di sini?" Nyonya Abel melirik Armand. Mengangkat alisnya, seraya pertanyaan itu lepas mengudara dari kerongkongannya."Ha ... itu pasti sangat membosankan. Andaikan ada yang menemani mama di sini." Sindirnya kemudian. Memalingkan wajahnya kembali dari Armand yang menangkap wajah sendu sang Mama.

Tentu saja Armand tau maksud Nyonya Abella. Membuat Armand merasa bersalah. Namun, ia juga masih belum berkenan jika meninggalkan apartemennya. 

Armand beranjak dari duduknya. Menekuk lutut di hadapan Nyonya Abella. Seraya tangan Nyonya Abela di genggam oleh Armand. Mengelus tangan wanita paruh baya itu yang mulai terlihat kerutan, jauh dari waktu mudanya dulu. Namun wajah cantik, serta senyuman manis yang selalu dapat menghiasi wajahnya.

"Maafkan Armand, Ma. Ar-armand tidak bermaksud begitu. Ta-tapi--"

"Nak, ada yang perlu kau ketahui sayang. Semua kekayaan ini tidak berarti apa-apa buat Mama. Hanya kamu harta yang paling berharga Mama miliki." Nyonya Abella menangkup wajah Armand dengan sebelah tangan."Jika dihadapi antara pilihan harta dan dirimu, Mama hanya menginginkanmu, biarlah harta yang hilang. Karena sesungguhnya kau harta yang paling berharga sejatinya."

Armand teranyuh mendengar ucapan lembut yang membuat hatinya menghangat seketika. Wanita yang memberikan ia kasih sayang penuh serta perhatian untuknya. Merasa dicintai sebagai anak, itu lebih dari cukup." Armand janji akan lebih sering mengunjungi mama." 

Arman  mengulas senyum di wajah tampannya. Mengacungkan jari kelingking pada Nyonya Abella. Wanita paruh baya itu mengaitkan juga jari yang sama, simbol atas janji Armand yang telah terucap. Setelah itu, Armand memberi kecupan dipunggung tangan Nyonya Abella. Kemudian merebahkan kepalanya di kaki paha wanita paruh baya itu.

"Kau ini, sampai sekarang tidak pernah berubah. Masih saja seperti ini. Jangan sampai ketiduran. Nanti kaki mama kebas, Armand." Nyonya Abella menyugar rambut Armand. Membuat lelaki itu meringis kesakitan. Rambutnya juga jadi acak-acakan.

Seorang pelayan wanita membawa sebuah nampan berisi minuman, menghampiri anak dan Ibu itu. Membungkukkan kepalanya sesaat, kemudian mengangkatnya kembali. Memberi hormat pada sang majikan. Lalu memindahkan dan menaruh satu persatu minuman itu di meja. 

"Terima kasih." Ucap Nyonya Abella.

Pelayan itu mengangguk pelan, menyematkan seutas senyum pada bibirnya. Ia pun pamit undur diri dari sana.

***

Senja di ufuk timur mulai melukis warna jingga dalam sajak membisukan kata dengan nada datar. Warnanya yang indah memukau mata yang menantinya. Tak sedikit orang yang menantikan momen itu.

Seperti halnya bagi Armand menunggu sang Papa pulang dari kantornya. Ia merindukan makan bersama di meja persegi panjang dengan kursi saling berhadap-hadapan dari meja tersebut. 

Ia yang sedari tadi di kamar duduk di balkon dengan tangan memetik gitar kesayangannya sambil diiringi lagu bernuansa cinta, menjadi hobi dalam senggangnya waktu. Sikapnya yang dingin, membuat kaum hawa mendambakan lelaki itu dalam hidup mereka.

Tapi, tak satu pun yang membuat hati Armand terkesan. Kecuali ... seorang wanita selalu hadir dalam mimpi di saat ia terlelap. Armand tidak tahu, apa yang istimewa dari wanita yang ada di mimpinya. Hingga mengusik tidur nyenyaknya.

Ia bahkan tidak melihat, wajah wanita itu. Wanita yang selalu membelakanginya. Rambut yang lurus panjang, berwarna kecokelatan, tingginya sekitar 160 sentimeter. Hanya itu yang terlihat oleh Armand. Saat hendak memegangi bahunya, bayangannya hilang sekejap.

"Tok ... tok ..."

Bunyi ketukan pintu menyadarkan Armand dari lamunannya. Ia meletekan gitar itu di atas kursi. Melangkah segera menuju pintu. Pintu yang di buka 'kan itu menampakan sosok Nyonya Abel.

"Sayang, ayo kita makan malam dulu. Papa telah menantimu di bawah. Mama pikir kamu sudah tidur tadi," ucap Nyonya Abella.

Armand mengangguk. Ia menutup pintu terlebih dulu, sebelum ia mengekori Mamanya dari belakang.

Sesampainya di bawah, terlihat Tuan Nielson juga keluar dari kamarnya. Lalu melenggang ke meja makan.

"Apa kabar, Pa?" tanya Armand. Sambil tangan menarik kursi terbuat dari kayu jati, kayu yang terbaik dari kayu yang lainnya.

" Sehat, sudah sejak kapan kau dirumah Armand? Papa pikir kau lupa jalan kerumah ini," ejek Papa Nielson. Ia mendarat duduk di kursi yang terpisah satu di meja makan itu. Ada satu kursi yang berhadapan dengan Papa Nielson, namun jaraknya jauh, bak berseberangan.

"Mana bisa aku melupakan rumahku sendiri, Papa yang benar saja!" tungkas Armand.

"Bagaimana tidak, aku lihat rumah keduamu sangat nyaman sepertinya," tangan Papa Nielson saling bertaut di atas meja.

"Kau tahu Armand, Mama mu kesepian di sini." Sambungnya.

Armand bergeming. Ia tahu kearah mana pembicaraan sang Papa. Namun, ia tidak bisa menyanggah. Mungkin ada benarnya dengan ucapan Papa dan Mamanya."Pa, akan Arman pertimbangkan lagi."

Papa Nielson mengulas senyum. Ia menangkap wajah sedih di raut wajah Armand. Ia juga tahu, lelaki itu pasti tidak memiliki niat untuk menjauh darinya sebagai orang tua Armand.

"Kau ini, aku hanya mengerjaimu. Sudah lama aku tidak melihat wajah bersungutmu itu." Papa Nielson terkekeh. Ia berhasil membuat Armand larut dalam ucapannya."Kau cukup datang dan menemui kami di sini. Agar kau tidak lupa, kami ini orang tua mu."

Armand melebarkan senyumannya. Ia mengangguk tegas."Pasti Pa, aku pasti akan sering pulang."

Bersambung ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edy_official
lanjutttttttttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Tahanan Ceo   Sekalipun Aku(Hellena)

    Pagi hari, matahari mulai merangkak naik berdiri pada paraduannya. Sinar yang terpancar menyapa bumi pertiwi dengan sedekap hangat yang di rasa, cahayanya menembus gorden putih yang menjuntai di kamar Armand.Lelaki itu telah bersiap dengan kemeja biru muda yang perlahan dikaitkan satu persatu buah bajunya. Serta dasi bermotif batik, telah melingkar dileher Armand. Tersemat rapi. Begitu juga celana bahan berwarna hitam legam telah menutupi kaki jenjangnya dengan ikat pinggang berwarna sama hitam. Ditambah balutan jas, menambah setelan kantornya hari ini.Armand mematri dirinya di depan cermin yang memperlihatkan tubuh kekar atletisnya. Bak seorang model dengan paras tampan yang di anugerahkan padanya. Sempurna, menjadi kata yang pantas untuknya.Setelah Armand merasa pantas dengan pakaiannya, ia pun pergi keluar dari kamar. Langkah lebar dari kaki jenjang Armand menuruni tangga satu persatu. Saat tiba di tangga terakhir, Armand melirik jam mewah limited Ed

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Gadis Tahanan Ceo   Kantor

    Swedia, Gavle, 8 oktober 1998.Derap langkah kaki seorang wanita memakai high heels berbenturan dilantai marmer. Wanita berusia 30 tahun, bernama Amelia Celline. Bermanik mata biru, kulit putih, rambut pirang dan wajah memiliki tulang pipi menonjol, masih sangat cantik. Seperti tergesa menuju sebuah kamar.Adrian Aaron, anak lelaki berusia tujuh tahun, tengah menimba ilmu di sekolah dasar salah satu yang ada di Gavle. Adrian memiliki iris mata biru, rambut pendek pirang, hidung berbatang, serta bibir atas tipis-mungil.Tok ...! Tok...!"Adrian ... Adrian, bangun sayang, sudah siang!" teriak Mama Amelia. Sambil terus mengetuk pintu."Iya, Ma!" seru Adrian di dalam kamar. Kakinya melangkah lebar setelah meraih tas di meja belajarnya, menuju pintu.Ceklek...Menampakan Adrian di balik pintu yang terbuka itu."Mama kira kamu masih tidur

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-17
  • Gadis Tahanan Ceo   Segerombolan Berbaju Hitam

    Setelah selesai makan malam Andreas beserta anak dan istri duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.Adrian tengah mengerjakan tugas dari sekolahnya. Ia sama sekali tidak meminta bantuan sang Mama dalam mengisi tugas sekolah tersebut. Bersekolah di sekolah bertaraf internasional, dengan rata-rata siswanya memliki IQ yang tinggi termasuk Adrian. Membuatnya menangkap pelajaran dengan begitu baik.Meski begitu, Adrian terkadang masih juga membutuhkan guru les. Yang di datangkan kerumahnya. Dengan pertemuan tiga kali dalam seminggu. Dia sama sekali tidak mengeluh atas aktifitas yang hanya di hadapkan dengan buku.Ia memiliki cita-cita seperti sang Papa, menjadi pengusaha yang sukses. Dan membuat Andreas dan Amelia bangga akan keinginan sang anak. Mereka mendukung penuh keinginan Adrian.Setelah panjang lebar Andreas menjelaskan pada Amelia soal Alberto menyambangi kantornya, membuat wanita itu mengerutkan alis. Raut wajahnya merasa ketak

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Gadis Tahanan Ceo   Kau tidak pantas di sebut seorang ayah

    Satu tamparan dari Amel mendarat di pipi lelaki itu. Meninggalkan bekas kemerahan.Vigo memegangi pipinya di sertai rahang yang mengeras. Mata yang penuh kebencian untuk pertama kalinya, ia menerima sebuah tamparan dari seorang wanita. Dan itu tidak bisa ia terima.Plakkk ..."Aaarrrggghh ..." Tamparan yang tidak kalah kuat dari tangan seorang lelaki di hadapan Amel, mendarat ke pipinya. Membuat Amel meringis kesakitan. Ia memegangi pipinya dari rasa sakit dan panas dari tangan seorang lelaki.Selama ia hidup dan berumah tangga, tidak pernah seorang pun melayangkan tangannya pada Amel. Walaupun ia berasal dari Yayasan yatim piatu. Sebab, orang tuanya meninggal saat kecelakaan. Dan dia di ajak oleh pemilik yayasan untuk tinggal di sana.Apa lagi suami yang ia memiliki tidak pernah meninggikan suaranya, membentak, atau menghardiknya. Andreas begitu menyayanginya. Memperlakukan Amel penuh kasih sayang.Adrian yang mendengar rintihan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Gadis Tahanan Ceo   Kebahagiaan Hancur

    Adrian yang dibopong oleh anak buah Vigo, lalu hendak di masukan ke mobil. Adrian mengalungkan tangannya pada leher lelaki bertubuh besar itu. Ia bergerak cepat menggigit lehernya."Aaarrrgghh ..." Erangan kesakitan itu mengudara. Anak buah Vigo melepaskan Adrian seketika. Rasa sakit dari gigitan Adrian, membuat dia tidak mampu menahan bocah itu untuk tetap dibopong olehnya.Tentu saja, itu tujuan Adrian. Sehingga ia bisa lepas dari lelaki itu. Adrian tidak ingin di bawa oleh Vigo. Dua nama yang tersemat di pikirannya. Vigo dan Alberto, membuat Adrian ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya pada orang tuanya. Ia harus bisa kabur dari sana.Kaki jenjang kecil Adrian berlari cepat. Tanpa tahu tujuan dan arah, yang terpenting saat ini baginya bisa terlepas dulu dari lelaki bertubuh kekar itu. Menelusuri hutan yang terdapat di belakang rumahnya. Ia terpaksa mengambil jalan itu. Agar tidak memudahkan Vigo mengejarnya dengan mobil.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24

Bab terbaru

  • Gadis Tahanan Ceo   Sekalipun Aku(Hellena)

    Pagi hari, matahari mulai merangkak naik berdiri pada paraduannya. Sinar yang terpancar menyapa bumi pertiwi dengan sedekap hangat yang di rasa, cahayanya menembus gorden putih yang menjuntai di kamar Armand.Lelaki itu telah bersiap dengan kemeja biru muda yang perlahan dikaitkan satu persatu buah bajunya. Serta dasi bermotif batik, telah melingkar dileher Armand. Tersemat rapi. Begitu juga celana bahan berwarna hitam legam telah menutupi kaki jenjangnya dengan ikat pinggang berwarna sama hitam. Ditambah balutan jas, menambah setelan kantornya hari ini.Armand mematri dirinya di depan cermin yang memperlihatkan tubuh kekar atletisnya. Bak seorang model dengan paras tampan yang di anugerahkan padanya. Sempurna, menjadi kata yang pantas untuknya.Setelah Armand merasa pantas dengan pakaiannya, ia pun pergi keluar dari kamar. Langkah lebar dari kaki jenjang Armand menuruni tangga satu persatu. Saat tiba di tangga terakhir, Armand melirik jam mewah limited Ed

  • Gadis Tahanan Ceo   Hidup Baru

    17 tahun kemudian, Irlandia."Huufff ..." Seorang wanita paruh baya bernama Nyonya Abella Nielson. menghembuskan napas berat setelah mengangkat setumpuk buku yang di kemas dari kamar Armand. Kamar yang telah lama tidak terpakai, semenjak Armand lulus dari sekolah menengah atas, dan berkuliah di New York, kota terpadat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia kembali ke Irlandia. Lelaki itu kini memilih tinggal di apartemen.Nyonya Abella membawa kardus yang berisi buku ke gudang berada di bagian belakang rumah. Meletakan kardus itu pada setumpuk buku bekas yang telah diikat di atas lemari. Letak tempatnya yang tinggi, membuat Nyonya Abella sedikit berjinjit. Setelah Nyonya Abella merasa aman meletakkan kardus yang ia bawa itu, lalu ia beranjak dari sana. Baru saja hendak melangkah kardus--"Bruuuggg ...""Aaakkhh ..." Kardus itu terjatuh, dan hampir menimpa Nyonya Abella."Armand," seru Nyonya Abella. Tangan

  • Gadis Tahanan Ceo   Kebahagiaan Hancur

    Adrian yang dibopong oleh anak buah Vigo, lalu hendak di masukan ke mobil. Adrian mengalungkan tangannya pada leher lelaki bertubuh besar itu. Ia bergerak cepat menggigit lehernya."Aaarrrgghh ..." Erangan kesakitan itu mengudara. Anak buah Vigo melepaskan Adrian seketika. Rasa sakit dari gigitan Adrian, membuat dia tidak mampu menahan bocah itu untuk tetap dibopong olehnya.Tentu saja, itu tujuan Adrian. Sehingga ia bisa lepas dari lelaki itu. Adrian tidak ingin di bawa oleh Vigo. Dua nama yang tersemat di pikirannya. Vigo dan Alberto, membuat Adrian ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya pada orang tuanya. Ia harus bisa kabur dari sana.Kaki jenjang kecil Adrian berlari cepat. Tanpa tahu tujuan dan arah, yang terpenting saat ini baginya bisa terlepas dulu dari lelaki bertubuh kekar itu. Menelusuri hutan yang terdapat di belakang rumahnya. Ia terpaksa mengambil jalan itu. Agar tidak memudahkan Vigo mengejarnya dengan mobil.

  • Gadis Tahanan Ceo   Kau tidak pantas di sebut seorang ayah

    Satu tamparan dari Amel mendarat di pipi lelaki itu. Meninggalkan bekas kemerahan.Vigo memegangi pipinya di sertai rahang yang mengeras. Mata yang penuh kebencian untuk pertama kalinya, ia menerima sebuah tamparan dari seorang wanita. Dan itu tidak bisa ia terima.Plakkk ..."Aaarrrggghh ..." Tamparan yang tidak kalah kuat dari tangan seorang lelaki di hadapan Amel, mendarat ke pipinya. Membuat Amel meringis kesakitan. Ia memegangi pipinya dari rasa sakit dan panas dari tangan seorang lelaki.Selama ia hidup dan berumah tangga, tidak pernah seorang pun melayangkan tangannya pada Amel. Walaupun ia berasal dari Yayasan yatim piatu. Sebab, orang tuanya meninggal saat kecelakaan. Dan dia di ajak oleh pemilik yayasan untuk tinggal di sana.Apa lagi suami yang ia memiliki tidak pernah meninggikan suaranya, membentak, atau menghardiknya. Andreas begitu menyayanginya. Memperlakukan Amel penuh kasih sayang.Adrian yang mendengar rintihan

  • Gadis Tahanan Ceo   Segerombolan Berbaju Hitam

    Setelah selesai makan malam Andreas beserta anak dan istri duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.Adrian tengah mengerjakan tugas dari sekolahnya. Ia sama sekali tidak meminta bantuan sang Mama dalam mengisi tugas sekolah tersebut. Bersekolah di sekolah bertaraf internasional, dengan rata-rata siswanya memliki IQ yang tinggi termasuk Adrian. Membuatnya menangkap pelajaran dengan begitu baik.Meski begitu, Adrian terkadang masih juga membutuhkan guru les. Yang di datangkan kerumahnya. Dengan pertemuan tiga kali dalam seminggu. Dia sama sekali tidak mengeluh atas aktifitas yang hanya di hadapkan dengan buku.Ia memiliki cita-cita seperti sang Papa, menjadi pengusaha yang sukses. Dan membuat Andreas dan Amelia bangga akan keinginan sang anak. Mereka mendukung penuh keinginan Adrian.Setelah panjang lebar Andreas menjelaskan pada Amelia soal Alberto menyambangi kantornya, membuat wanita itu mengerutkan alis. Raut wajahnya merasa ketak

  • Gadis Tahanan Ceo   Kantor

    Swedia, Gavle, 8 oktober 1998.Derap langkah kaki seorang wanita memakai high heels berbenturan dilantai marmer. Wanita berusia 30 tahun, bernama Amelia Celline. Bermanik mata biru, kulit putih, rambut pirang dan wajah memiliki tulang pipi menonjol, masih sangat cantik. Seperti tergesa menuju sebuah kamar.Adrian Aaron, anak lelaki berusia tujuh tahun, tengah menimba ilmu di sekolah dasar salah satu yang ada di Gavle. Adrian memiliki iris mata biru, rambut pendek pirang, hidung berbatang, serta bibir atas tipis-mungil.Tok ...! Tok...!"Adrian ... Adrian, bangun sayang, sudah siang!" teriak Mama Amelia. Sambil terus mengetuk pintu."Iya, Ma!" seru Adrian di dalam kamar. Kakinya melangkah lebar setelah meraih tas di meja belajarnya, menuju pintu.Ceklek...Menampakan Adrian di balik pintu yang terbuka itu."Mama kira kamu masih tidur

DMCA.com Protection Status