Share

Bab 71

Penulis: Louisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suasana kampus cukup riuh ketika Edgar baru saja tiba. Beberapa mahasiswa berlari tergopoh-gopoh menuju belakang Gedung C karena tak ingin ketinggalan pertunjukan menarik.

“Valentine berantem sama Indira!”

Itulah kalimat yang Edgar dengar saat baru saja turun dari mobil. Tanpa pikir panjang, laki-laki itu langsung berlari ke belakang Gedung C. Hatinya berselimut cemas, kepalanya terasa penuh seperti akan meledak.

Indira benar-benar berkelahi dengan Valentine, sampai luka di sana-sini. Edgar yang panik langsung menembus kerumunan untuk segera menghentikan perkelahian sebelum menciptakan kerumunan yang lebih besar.

“Stop! Jangan berkelahi di sini!” ucap Egdar.

Indira langsung berhenti ketika mendengar suara suaminya. Gadis itu menoleh, menatap Edgar yang sudah berdiri di antara kerumunan mahasiswa.

Bagaimana perasaan Indira saat ini? Tentu saja sangat malu dan marah, sebab perkelahiannya dengan Valentine ditonton oleh puluhan pasang mata. Setelah ini, gosip akan menyebar dengan leb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Meti
Indira jangan ambil keputusan saat marah.... pasti Mas Edgar membalas sampe berdarah buat Stella dan Valentina
goodnovel comment avatar
lilyedy.
Edgar turutin aja kemauan Indira mau ketemu Stella .Biar Stella tau kalau Indira bukan "pelakor" tapi istri sah dari Edgar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 72

    [Nomor Tak Dikenal : ini Kiran, Mas. Malam ini Indira mau menginap di rumah saya, handphonenya mati jadi sementara waktu nggak bisa dihubungi]Edgar mengembuskan napas setelah membaca sebaris pesan yang dikirimkan oleh Kiran. Mungkin Indira memang perlu menenangkan diri, sehingga menginap di rumah Kiran adalah solusi terbaik yang bisa diambil. Sementara itu, Edgar harus segera menyelesaikan masalah dengan Stella, lalu menyingkirkan semua komentar negatif yang tersebar luas di sosial media. Edgar menyalakan mesin mobilnya, kemudian melajukannya menuju sebuah tempat di mana Stella sedang berada. Menurut informasi yang diberikan oleh Delon, sudah satu jam lamanya Stella duduk di bar sambil mengisap rokok dan meminum cocktail. Edgar menuntut permintaan maaf, sebab apa yang dilakukan oleh Stella sudah sangat keterlaluan. Indira tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi fotonya disebarluaskan tanpa izin dan dicaci maki. Bahkan, Stella sampai nekat datang ke kampus hanya untuk memajang foto

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 73

    Indira masih menonaktifkan ponselnya, sebab ia belum ingin bicara dengan Edgar. Pagi ini, Indira bangun tidur dengan perasaan hampa. Seolah kehilangan seluruh semangatnya, hingga beranjak ke kampus atau kantor terasa sangat berat untuk dilakukan. Sejujurnya, Indira masih ingin mengurung diri, sambil memikirkan solusi yang paling efektif. Sialnya, hari ini ada jadwal mata kuliah yang harus diikuti karena dosen pengampu sering mengadakan kuis dadakan. Sekali saja tidak mengikuti kuis, bisa dipastikan Indira menjumpai huruf C di dalam transkrip nilai. Indira meminjam kemeja dan celana jins milik Kiran, sebab kemarin tak sempat pulang untuk sekadar mengambil pakaian. “Ndi, postingannya Stella udah ditake down dari sosial media,” ucap Kiran, memberi informasi seputar perkembangan rumor yang menyeret nama Indira. “Tapi, sampai sekarang belum ada klarifikasi, sih.” Indira tersenyum tipis, kemudian menggigit roti isi selai cokelat. Itulah menu sarapannya. “Aku pasti jadi bahan omongan d

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 74

    Stella telah menghapus postingannya, sehingga yang tersisa hanyalah jejak komentar-komentar dari netizen. Gosip telah merda, meskipun masih ada beberapa orang yang membicarakannya. Nanti Edgar akan meminta Stella untuk membuat klarifikasi agar tak ada lagi tuduhan atau hujatan yang ditujukan kepada Indira. Di kantor, tak ada satu pun yang mengetahui bahwa Edgar sedang menjadi hot issue di sosial media. Pertama, Stella tidak terang-terangan menyebut nama, hanya inisial EPB yang kesannya sangat umum. Kedua, tidak ada foto yang tersebar luas. Oleh sebab itu, kondisi di Bumantara Construction masih kondusif seperti biasanya. Semua staf menjalankan tugasnya masing-masing, tak ada kabar miring yang terdengar dari obrolan-obrolan di setiap ruang divisi. Toh, semua orang tahu kalau Edgar suka bergonta-ganti pasangan. Membicarakan atasan yang playboy bukan lagi hal yang menarik untuk dilakukan, sudah basi. Lain cerita kalau nantinya Edgar mengungkapkan soal istri yang selama ini disembunyika

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 75

    Edgar dan Indira duduk bersisian di balkon. Sekotak pizza dan dua gelas es sirup tergeletak di atas meja, menjadi menu makan malam mereka. Langit berselimut mendung, sebab tak ada kelip bintang yang terlihat. Tampaknya tengah malam nanti hujan deras akan turun. “Maaf, kemarin saya langsung pergi ke rumah Kiran tanpa ngomong dulu sama Mas Edgar,” ucap Indira, membuka pembicaraan di antara mereka. “Nggak apa-apa. Kiran chat saya, bilang kalau kamu nginep di rumahnya. Makanya saya nggak khawatir,” jawab Edgar. “Saya belum dewasa, Mas. Suka menyendiri kalau lagi ada masalah, bahkan berkelahi di kampus karena nggak bisa ngontrol emosi.” “Apa yang kamu lakukan itu wajar, Indira. Jangan merasa rendah diri. Lagipula, usia kamu masih dua puluh tahun, proses yang harus kamu lalui buat menuju kedewasaan masih sangat panjang.”“Sebentar lagi duapuluh satu tahun.”“Oh ya? Sebentar lagi kamu ulang tahun?”“Dua minggu lagi, Mas.” Ah, untungnya belum terlewati, sehingga Edgar bisa menyiapkan ke

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 76

    Indira mengerjapkan mata ketika rasakan hangatnya sinar matahari mengenai kulit wajahnya. Ia masih berbaring di atas ranjang dengan kondisi telanjang, hanya sehelai selimut yang menutupi tubuh sampai sebatas dada. Gaun tidur dan pakaian dalamnya tersebar di atas lantai. Sayup-sayup Indira mendengar suara shower dari arah kamar mandi. Indira terdiam selama beberapa saat, kemudian menenggelamkan wajahnya pada bantal. Masih tergambar jelas dalam ingatannya perihal apa yang terjadi tadi malam. Sial. Indira tiba-tiba diserang rasa gugup, bahkan wajahnya mulai memerah. “Aku beneran having sex sama Mas Edgar?” gumam Indira, kemudian menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Bercinta untuk pertama kalinya memang menyakitkan, tapi di sisi lain juga menghadirkan sensasi baru yang belum pernah Indira rasakan sebelumnya Tak berselang lama, Edgar keluar dari kamar mandi. Hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggang. Rambutnya masih setengah basah. Indira bahkan tidak berani keluar dari

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 77

    Edgar membuka ponselnya, hendak menelepon Mila. Ada beberapa hal penting yang perlu didiskusikan. “Pak Edgar lupa kalau sekarang tanggal merah?” tanya Mila ketika baru saja mengangkat telepon dari Edgar. “Saya nggak lupa,” jawab Edgar, kemudian terkekeh pelan. “Ada beberapa hal yang perlu saya diskusikan dengan kamu.”“Nggak bisa nunggu besok, Pak?”“Sayangnya nggak bisa. Ini cukup mendesak.” “Tentang Stella? Sampai sekarang dia belum datang menemui Bapak untuk meminta maaf?” “Jangankan meminta maaf, klarifikasi di sosial media saja belum dilakukan. Padahal postingannya mengundang banyak komentar kebencian untuk Indira.” “Besok kita bisa diskusi sama Pak Felix, biar bisa secepatnya melaporkan masalah ini ke pihak kepolisian.” “Indira nggak mau memperbesar masalah, hanya butuh permintaan maaf dari Stella.”“Temui orang tua Stella, Pak. Jelaskan kalau anak mereka sudah menyebarkan rumor di sosial media.”Edgar menghela napas, kemudian menatap ke arah kolam renang lewat jendela le

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 78

    Indira menyadari kalau dirinya masih menjadi pusat perhatian ketika menginjakkan kaki di kampus. Tapi, setidaknya sudah tak ada lagi selentingan bernada negatif yang merebak di selasar dan kantin. Kini semua orang malah membahas tentang fakta bahwa Indira telah menikah dengan pria kaya raya. Indira tak peduli lagi dengan ucapan orang lain, hanya ingin fokus menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswi. Toh, tinggal satu semester lagi ia akan meninggalkan kampus. “Ndi, habis ini mau ke kantor?” tanya Kiran ketika kelas baru saja selesai. Indira menggeleng, “aku hari ini ambil jatah cuti, soalnya nanti mau ketemu wedding organizer.” “Oh my God! Beneran mau ngadain resepsi?”“Iya, keinginannya Mas Edgar.” Kiran bertepuk tangan, senang bukan main karena sahabatnya akan segera menggelar pesta pernikahan. Akirnya Kiran bisa melihat Indira dalam balutan wedding dress. “Semoga lancar ya sampai d-day. Jangan lupa undangannya,” kata Kiran. “Iya, nanti aku sekalian pesen bridesmaid dr

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 79

    “Ini beberapa pilihan venue yang tersedia di tanggal yang Pak Edgar tetapkan,” jelas Agnes, wedding organizer yang akan membantu Edgar dan Indira mempersiapkan pesta pernikahan. Indira terdiam selama beberapa saat, mengamati foto-foto dari venue yang bisa dibooking. Semuanya mewah, kapasitasnya juga cukup besar. Tentu saja Indira bingung bukan main, sebab ia belum pernah sekali pun menghadiri pesta pernikahan yang digelar di ballroom hotel bintang lima atau convention hall yang super luas. “Saya nggak menyarankan konsep outdoor, karena akhir-akhir ini sering hujan, cuaca sulit sekali untuk diprediksi,” jelas Agnes. Edgar mengangguk, kemudian berkata, “konsepnya indoor, Miss Agnes. Saya ingin menggelar resepsi saat malam hari, jadi nggak mungkin pilih venue di tempat terbuka.”“Tradisional atau modern, Pak?”“Modern. Tapi, saya nggak ingin dekorasi yang berlebihan. Buat sesederhana mungkin, tapi tetap terkesan elegan.”Agnes membuat catatan ke dalam tabletnya, agar nanti bisa berdis

Bab terbaru

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 111

    Setelah duabelas hari lamanya dirawat di NICU, akhirnya hari ini Kavi diperbolehkan untuk pulang. Duabelas hari belakangan Indira selalu overthinking, tak bisa tidur dengan nyenyak saat malam hari karena mengingat putranya yang masih di rumah sakit. Yang bisa Indira lakukan setiap harinya hanyalah berdoa, seraya memulihkan kondisi fisiknya. Rasanya masih seperti mimpi saat akhirnya Indira bisa memeluk Kavi. Bayi laki-laki itu masih sangat kecil dan rapuh, membuat Indira berselimut rasa takut ketika menggendongnya. Tapi, Indira cukup lega karena bisa menjaga dan merawat Kavi dalam jarak dekat. Kebahagiaan yang hadir di dalam hati Indira tak dapat diterjemahkan ke dalam kata-kata, terlebih saat mendengar suara tangisan Kavi. Meskipun lahir lebih cepat dari perkiraan, tapi Kavi cukup kuat dan mampu bertahan.“Mau pulang sekarang?” tanya Edgar. Indira menganggukkan kepala, “ayo pulang, Mas.” Mereka sama-sama tersenyum, kemudian berjalan meninggalkan NICU. Saling bersisian, sesekali b

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 110

    Saat pertama kali melihat Kavi di NICU, Indira meneteskan air mata. Sebab bayinya begitu kecil, lemah, bahkan suara tangisannya juga tak terlalu keras. Lahir sebelum waktunya membuat berat badan Kavi hanya satu koma enam kilogram, perlu dirawat di inkubator dan mendapat pemantauan khusus dari dokter. Indira merasa bersalah, apalagi produksi ASI-nya tidak lancar. Hanya bisa memompa sebanyak sepuluh mililiter setiap harinya. Entah karena efek stress atau karena faktor lainnya. Setelah empat hari lamanya dirawat di rumah sakit, akhirnya Indira diperbolehkan untuk pulang. Agar fokus menjalani pemulihan di rumah. Sayangnya, Kavi belum bisa pulang karena masih memerlukan perawatan di NICU. Indira sedih bukan main, seperti ada bagian dari hatinya yang dicabik-cabik. Ia telah melahirkan dan resmi menjadi seorang ibu, tapi belum bisa memeluk dan menjaga putranya selama duapuluh empat jam. Hal-hal negatif mulai bermunculan di dalam kepala Indira, seketika menghadirkan rasa cemas yang sulit d

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 109

    Indira menatap punggung tangannya yang ditancapi jarum infus. Ia sudah dipindahkan ke kamar rawat, efek anastesi telah hilang sehingga nyeri di luka jahitan mulai terasa. Tubuhnya lemas, tak ada energi yang tersisa untuk sekadar bergerak. Indira tak menyangka kalau melahirkan ternyata sesakit itu. Yang lebih parah, hati Indira masih berselimut cemas lantaran bayinya harus dirawat di NICU. Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Matahari belum sepenuhnya naik, kamar rawat terasa cukup dingin karena AC yang dinyalakan. Kamar berselimut keheningan, hanya terdengar suara jarum jam yang cukup lantang. Indira mengerjapkan mata, menatap ke arah Edgar yang sedang tidur di atas sofa. Laki-laki itu tampaknya kelelahan karena tadi malam begadang, menemani Indira yang overthinking dan kesakitan. Operasi memang sudah selesai, tak ada pendarahan atau komplikasi. Tapi, tetap saja Indira belum bisa bernapas lega karena belum melihat seperti apa kondisi putranya. Indira menghela napa

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 108

    Indira mulai merasakan celana dalamnya basah ketika berada di dalam mobil, hingga akhirnya ada cairan yang mengalir di pahanya. Jantung Indira berdegup kencang, rasa gugup dan panik memenuhi rongga dadanya. Kandungannya baru memasuki usia tigapuluh dua minggu, HPL-nya masih dua bulan lagi. Edgar juga sama paniknya dengan Indira, terus menambah kecepatan mobilnya agar segera tiba di rumah sakit. Edgar mencoba untuk tetap tenang, menepis semua hal-hal negatif yang mulai bermunculan di dalam kepala. “Tahan, ya. Sebentar lagi kita sampai rumah sakit,” ucap Edgar. Indira meringis sambil menyentuh perutnya sendiri. Saking kalutnya, perempuan itu sampai tak dapat mengucapkan sepatah kata. Setibanya di rumah sakit, Edgar langsung menggendong Indira menuju IGD. Perawat lekas memanggil residen obgyn untuk melakukan pemeriksaan awal, agar selanjutnya bisa diskusi dengan konsulen mengenai tindakan yang harus diambil. Dan, dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 107

    Indira menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. Momen yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, tapi entah bagaimana Indira malah gugup luar biasa. “Jangan nervous, Ndi. Pasti lancar, kok,” ucap Kiran sambil menyerahkan sebotol air mineral. Indira duduk di atas kursi, menerima sebotol air yang disodorkan oleh Kiran. Saat ini mereka berada di depan ruang sidang, menunggu dosen pembimbing dan penguji datang. Jadwal sidangnya pukul setengah sembilan, tapi Indira sengaja berangkat ke kampus sejak pukul tujuh untuk membaca ulang catatan-catatan penting yang telah dibuat. Perempuan itu mengenakan baju hitam-putih, seperti kandidat karyawan yang akan melakukan tahapan interview. Perutnya tak bisa lagi ditutupi dengan blazer, sehingga siapa pun yang melihat pasti langsung tahu kalau Indira Kalani sedang berbadan dua. Kandungannya sudah berusia tujuh bulan, gerakan si bayi semakin aktif. Bahkan ketika Indira sedang gugup, si bayi menendang-nendang dengan cukup kuat. Se

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 106

    Saat kandungannya semakin membesar, Indira makin sulit menutupi baby bumpnya. Hari ini ia harus berangkat ke kampus untuk bimbingan, tapi agak ragu kalau harus muncul di kampus dengan perut besarnya. Bagaimana kalau ia kembali menjadi pusat perhatian? Bagaimana kalau ada rumor aneh yang berkembang di antara teman-teman satu angkatan? Indira sudah mencoba untuk menutupi perutnya dengan sweater dan jaket. Tapi, usahanya terbuang sia-sia karena baby bumpnya tetap terlihat dengan jelas. Awalnya Indira berniat untuk membatalkan jadwal bimbingan. Tapi, sedetik kemudian perempuan itu mengingat bahwa menyelesaikan skripsi sebelum melahirkan adalah prioritas yang harus diutamakan. Maka, akhirnya Indira berangkat ke kampus bersama Pak Rahmat. Tiba di pelataran parkir pada pukul sembilan pagi, masih ada sisa waktu satu jam sampai bimbingan dimulai. Yeah, Indira datang lebih awal karena khawatir terjebak macet, tapi ternyata jalanan cukup senggang pagi ini. Indira turun dari mobil dengan tote

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 105

    Indira berhasil melewati trimester pertama kehamilan yang terasa sangat berat. Saat mulai masuk trimester kedua, morning sicknessnya mulai berkurang. Indira bisa menelan lebih banyak makanan, bahkan bisa mengonsumsi telur dan ayam yang tadinya dapat memancing rasa mual. Sebuah hal yang patut disyukuri, meskipun tubuhnya jadi mudah lelah karena perutnya yang kian membesar. Perkuliahan semester genap telah berakhir. Indira bisa sedikit bersantai karena semester depan tak ada jadwal kelas yang tersisa, hanya perlu fokus mengerjakan skripsinya. Sesekali datang ke kampus untuk bimbingan. Setidaknya, Indira tidak perlu terus berkeliaran di kampus dengan perut besarnya (yang pastinya akan menjadi pusat perhatian). Minggu lalu, Indira sudah melakukan USG. Menurut penjelasan dokter, bayi yang ada di dalam kandungan Indira diprediksi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Edgar sangat bahagia, sebab sebentar lagi akan ada versi kecil dari dirinya. Hari ini Edgar mengajak Indira ke baby shop

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 104

    Indira bahagia menyambut kepulangan Papa Danu dan Ezra. Rumah tak lagi terasa sepi dan kosong. Saat siang hari, Indira bisa mengobrol dengan Papa Danu atau Ezra, sehingga tak perlu termenung seorang diri di dalam kamar dan merebahkan tubuh di atas ranjang. Saat ini Indira sedang berada di attic room, menemani Ezra yang sedang melukis. Edgar pasti mengomel panjang lebar kalau mengetahuinya, tapi Indira tak peduli. Lebih baik mengobrol dengan Ezra daripada hanya merebahkan tubuh di atas ranjang seperti orang yang sedang sakit parah. “Jujur, aku kaget waktu tahu kamu positif hamil. I mean, dulu kamu pernah bilang soal rencana nunda momongan,” ucap Ezra sambil menggerakkan kuasnya di atas palet. Indira tersenyum tipis, kemudian berkata, “kehamilan yang nggak direncanakan, Mas. Saya juga kaget banget waktu lihat dua garis di atas testpack, sampai nangis. Karena saya merasa belum siap punya anak, masih mau menikmati masa muda dan ngejar impian.” “I see. Pasti berat banget, ya?”“Iya, a

  • Gadis Rahasia Sang Pewaris   Bab 103

    Sebelum positif hamil, Indira sempat berencana untuk mengikuti program paid internship lagi. Untuk mengisi libur semester, sekaligus mencari pengalaman dan ilmu. Tapi, akhirnya rencana itu dibatalkan. Indira memutuskan untuk fokus memanfaatkan waktu luangnya untuk mengerjakan skripsi, plus memperdalam pengetahuannya tentang parenting. Indira berusaha menyingkirkan ambisinya. Toh, liburan semester kemarin ia sudah sempat menjadi intern selama tiga bulan. Meskipun ilmu yang didapatkan belum seberapa, setidaknya Indira sudah paham bagaimana sebuah perusahaan bekerja. Indira berdiri di depan standing mirror sambil mengusap perutnya sendiri. Baby bumpnya semakin terlihat. Apabila jalan-jalan di tempat umum, orang-orang pasti langsung tahu kalau Indira sedang berbadan dua. Perempuan itu mengembuskan napas, kemudian mengusap perutnya dengan lembut. Seolah sedang berkomunikasi dengan janin kecil yang ada di dalam sana. Beberapa saat kemudian, Edgar keluar dari kamar mandi. Langsung membuk

DMCA.com Protection Status