Home / Romansa / Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan / Bercinta Untuk Terakhir Kalinya

Share

Bercinta Untuk Terakhir Kalinya

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2023-10-04 20:50:44

"Tidak perlu kau tahu siapa aku! Aku berbeda dengan mereka, Ava!"

Aaron mencekal kedua pundak Valia dan menatapnya dalam-dalam pada gadis yang meringkuk menundukkan kepalanya menangis hebat.

Valia terus menggelengkan kepalanya dan ia merasa menjijikkan atas dirinya sendiri.

"Ti-tidak... Pergilah! Pergi!" pekik Valia mendorongnya.

Aaron tidak akan semenyerah itu. Ia mendekat dan menangkup kedua pipi Valia dengan hangat.

"Lihat aku, Ava! Lihat!" pekik Aaron menatap kedua manik mata Valia lekat-lekat. "Aku berbeda dengan mereka, aku bukan Victor, aku bukan Alieston, dan aku tetap Aaron! Aku Aaron, milikmu!" seru Aaron.

"Tidak. Kau... Kau Alieston, kau penjahat, kau bagian dari mereka yang membuatku menderita. Kau bagian dari orang yang membuat Papaku meninggal, kau bagian dari orang yang menghabisi pengasuhku dan membakar peninggalan mendiang Mamaku! Kalian semua penjahat... Aku benci padamu."

Valia menangis hebat, dan kenyataannya, Ella tidak membohongi Valia, justru Aaron yang m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puji Amriani
huhu sedih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Pertemuan Mengerikan di Rumah Kaca

    "Jangan lepaskan, tetaplah begini..." Valia memeluk punggung Aaron, gadis itu menjadikan lengan kiri Aaron sebagai bantalnya. Rambut Valia masih setengah basah. Ia baru saja membersihkan tubuhnya dan bergegas kembali berdua di atas ranjang. "Aku tidak akan tidur," ucap Aaron pelan, laki-laki itu melorot dan memeluk perut Valia tiba-tiba. "Aku tidak ingin saat aku bangun, kau sudah pergi." Valia terdiam, ia menatap langit-langit kamar dan tersenyum kecil mengusap rambut Aaron. "Kau berbeda dengan Alieston yang aku kenal. Kau... Kau tidak sama seperti Kakakmu, aku harap... Kau tidak bersandiwara di depanku." Valia mengucapkannya dengan pelan. "Aku bukan pengecut, Sayang." Aaron memejamkan kedua matanya dan membenamkan pada pelukan Valia. Laki-laki itu mendongak menatap wajah sembab Valia, ia pun tersenyum seperti ada yang lucu. Hingga tiba-tiba saja Aaron terbangun, ia mengecup kening Valia sebelum menunjuk ke arah jarum jam. Valia terdiam, ia tidak mengerti apa maksud Aaron.

    Last Updated : 2023-10-04
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Pengorbanan Avalia untuk Cintanya

    "Kau harus melangkahi mayatku sebelum kau mengambil Avalia dariku." Aaron berdesis geram, rahanganya mengetat mencengkeram kuat pergelangan tangan kiri Valia. Gadis itu ketakutan, ia menangis bersembunyi di belakang tubuh Aaron. "Ja-jangan... Jangan menyakiti Aaron," lirih Valia menaikkan tatapannya menatap Victor. Victor, laki-laki itu tertawa sumbang. "Ya, aku tidak akan menghabisinya kalau kau ikut pergi bersamaku," ujar Victor begitu licik ia mengulurkan tangannya pada Valia. "Ayolah Sayang, aku sangat merindukanmu, Valia." Valia mendongak menatap Aaron, laki-laki itu melepaskan cekalan tangan Valia. "Diamlah di belakangku, aku tidak ingin kehilanganmu," ujar Aaron menangkup satu pipi Valia. "Jangan meracuninya, Aaron!" teriak Victor tiba-tiba ia mengarahkan pukulannya di pipi Aaron. Valia pun menjerit, ia langsung mundur perlahan-lahan. Hati Valia terasa sakit melihat dua bersaudara yang mempeributkannya. "Apa yang kau inginkan? Perusahaanku? Rumah? Vila? Mansion? Bukann

    Last Updated : 2023-10-05
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Orang Tua yang Dulunya Bersahabat

    Aaron duduk diam memejamkan kedua matanya, ditemani oleh Riftan yang datang tepat waktu untuk membantunya. Sementara di dalam, dokter tegah berupaya mengobati Valia yang sudah berjam-jam lamanya."Semua akan baik-baik saja, Aaron," ujar Riftan menepuk pundak sahabatnya. Aaron tidak menjawabnya. Ia mengembuskan napasnya panjang dan semakin tertunduk. "Aku tidak ingin dia meninggalkanku," ujar Aaron sedih. "Permisi, Tuan Riftan, mari ikut dengan saya sebantar..." Suara seorang suster memanggil Riftan. Riftan yang bertanggung jawab di sana, karena tidak mungkin Aaron yang melakukannya. Saat ini kondisi Aaron pun sedang sangat kacau. Laki-laki itu lantas menepuk pundak Aaron dan bergegas pergi dari sana meninggalkan sahabatnya. Sementara Aaron, ia tertunduk menatap telapak tangannya yang masih kotor dengan darah. Dadanya terasa sesak ingin berteriak. "Maafkan aku Ava, maafkan aku...." Aaron mengacak rambutnya, ia tidak tahan untuk tidak menangis. Hingga tiba-tiba dari arah lorong

    Last Updated : 2023-10-05
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Jangan Bermain-main dengan Aaron!

    Sore ini Valia berada sorang diri di dalam kamar inapnya, Aaron tengah pergi untuk mengurus sesuatu kondisi genting di kantornya. Valia menegaskan pada Aaron kalau dia akan baik-baik saja sampai Aaron kembali. Gadis itu kini diam menatap kedua kakinya yang kini terasa berat, fakta menyedihkan Valia dengarkan saat dokter mengatakan ia tidak bisa berjalan untuk satu sampai dua bulan ke depan. "Menyedihkan," lirih Valia mendengus pelan memeluk bonekanya. "Lagi-lagi aku harus merepotkan orang lain." Gadis itu mengembuskan napasnya panjang sebelum pintu kamar inapnya tergeser sedikit. Valia pun melebarkan kedua matanya menatap siapa yang ada di luar sana. "Aaron..," panggil Valia, ia menatap sebuah sepatu pantofel yang nampak di depan sana, serta siluet banyak orang berbaju hitam. Detak jantung Valia mulai berpacu, siapa mereka?Pintu kaca buram itu pun terbuka, di sana Valia meremas selimutnya menatap dua laki-laki yang masuk ke dalam ruangannya. "Ohhh... Putri Geraldi," ujar seora

    Last Updated : 2023-10-06
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Mengambil Kembali Gadisku

    "Ayo makanlah, sekarang aku yang merawatmu. Aaron mungkin sudah mati!" Victor dengan bangganya ia mengatakan hal itu pada Valia. Laki-laki yang kini merasa sangat senang seperti bisa memiliki Valia kembali. Perlahan Victor mengarahkan sendok berisi bubur kacang merah yang masih panas di hadapan Valia, ia cukup tahu kalau gadis ini sangat menyukai makan tersebut. "Ayo makan Valia, kau harus cepat sembuh," ujar Victor menatap wajah Valia yang terdiam menatap kosong. "Apa kau benar-benar ingin selalu di tempat ini? Kau tidak ingin pulang ke rumah kita? Valia..." "Pergi!" Valia menepis tangan Victor hingga sendok yang dia bawa pun terjatuh. Helaan napas berat keluar dari bibir laki-laki itu. Ia menatap kesal pada Valia yang tidak mau menurutinya. Victor berdiri, ia meraih sendok yang terjatuh dan meletakkan di atas nakas. Menggantikan dengan sendok yang bersih. "Makan, aku tidak menerima penolakan apapun!" seru Victor berdesis marah. "Makan!" teriak Victor. "Tidak! Aku tidak ma- E

    Last Updated : 2023-10-06
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Teman Kesayangan Valia

    "Kau berjanji tidak meninggalkan aku lagi, kan?" Valia mengusap pipi Aaron saat laki-laki itu menggendongnya dan mengajaknya keluar dari dalam rumah sakit. Aaron meliriknya dan menggeleng saja, Valia pun menyandarkan kepalanya pada dada bidang Aaron dan menyadari betapa lemahnya ia. "Kita pulang ke Trieste," ujar Aaron. "Heem, aku sangat merindukan Lizer," jawab Valia. "Tidak merindukanku?" Pertanyaan bodoh itu membuat Valia tersenyum dan menggeleng pelan. Mereka pun sudah sampai di luar, Aaron langsung membawa Valia masuk ke dalam mobilnya. Mobil hitam milik Aaron segera melaju meninggalkan rumah sakit. Valia merasa sangat-sangat lega, bersama dengan Aaron, ia merasa terselamatkan dunianya. Di dalam mobil, Aaron menatap Valia yang duduk dipangkuannya. Gadis itu tidak henti-hentinya tersenyum. "Apa tidurmu tidak nyenyak semalam, hem?" tanya Aaron mengusap pipi Valia. "Tidak. Aku tidak bisa tidur, aku tidak makan, dan aku terus menunggumu. Victor bilang kalau dia sudah mengh

    Last Updated : 2023-10-07
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Mengembalikan Hak Milik Valia

    Malam gelap kembali menghantui Valia, ia tidak kunjung tidur meskipun Aaron sejak tadi menemaninya. Valia tetap berbaring memeluk bonekanya dan membiarkan pikirannya berkelana. "Tidur Ava, apa yang kau pikirkan, hem?" Aaron meletakkan laptopnya dan ikut berbaring di samping Valia. Gadis itu membalikkan badannya dan menatap wajah Aaron yang tepat berada di depannya. "Apa Ella baik-baik saja?" lirih Valia. "Tentu. Dia akan tinggal di rumah besar keluaga Garnett, dia akan baik-baik saja. Lebih baik pikirkan dirimu sendiri agar kau cepat sembuh, okay?!" Aaron mengecup pipi Valia. Gadis itu tersenyum hangat, ia mengusap pipi Aaron dengan lembut dan kembali tersenyum. "Kau tidak akan jauh-jauh dariku kan, Aaron?" "No. Aku akan meninggalkanmu kalau aku mati." Aaron menjawabnya dengan santai. Valia pun terkekeh. "Kau tidak boleh mati, kan kita belum menikah." Aaron mengubah posisinya menjadi mengurung sisi tubuh Valia. Ditatapnya wajah cantik yang sudah berhari-hari tidak ia peluk.

    Last Updated : 2023-10-07
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Ada Apa Denganmu, Sayang?

    Satu bulan kemudian...Malam ini Aaron baru saja pulang dari luar kota. Setelah kondisi Valia membaik, Aaron memang memutuskan untuk kembali bekerja. Dan malam ini, kepulangannya setelah lima hari lamanya ia pergi ke luar kota bersama beberapa rekan kerjanya yang lain. Jujur saja, Aaron sangat merindukan Valia dan ingin memeluknya erat-erat malam ini. "Di mana Ava? Kenapa dia tidak menyambut kepulanganku?" Aaron menatap Merina yang baru saja membukakan pintu. "Nona sedang jalan-jalan di ruang samping, Tuan. Nona Ava juga tidak mau saya temani," jawab Merina tersenyum. "Nona sedikit aneh, Tuan. Dia sering murung dan terus mengeluh merindukan Tuan." Aaron pun langsung bergegas, laki-laki itu meletakkan tuxedo hitamnya di sofa dan menatap Merina. "Segeralah kembali ke paviliun!" serunya memerintah."Baik Tuan." Merina berjalan pergi, begitu pula dengan Aaron yang kini langsung bergegas keluar menuju ruangan samping. Langkah kaki Aaron terhenti saat ia melihat sosok Valia yang berd

    Last Updated : 2023-10-08

Latest chapter

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    AKHIR YANG BAHAGIA

    Pemandangan yang indah saat Valia menatap anak dan menantunya tengah menikmati hari yang indah di taman mansion pagi ini. Waktu berjalan dengan cepat, Valia percaya dengan adanya cinta sejati dan ia tidak salah menempatkan hatinya sejak awal pada orang yang mau menjadi sandarannya hingga kini. "Sedang apa, Sayang?" sapa Aaron mendekati Valia. "Hem, tidak ada. Senang sekali melihat mereka, dan tempat ini...." Valia mendongak menatap seisi mansion yang tidak berubah sama sekali. Tempat itu sangat terawat dan juga bersih bahkan beberapa barang-barang yang dulu Valia tinggalkan masih di tempat. Betapa membekas kuat semua kepingan-kepingan ingatannya dari kisah cinta hingga kebenciannya kepada Aaron yang kini sudah tertutup rapat. "Tempat ini masih khas dengan segala hal yang menyangkut kita," ujar Aaron menatap Valia dan memeluknya. "Dan aku merasa bahagia bisa menua bersamamu." Valia tidak yakin mendengar apa yang suaminya katakan barusan, tapi ia merasa tersentuh begitu Aaron men

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Ceritakan Pertemuan Mama dan Papa

    Trieste, Italia. Seperti masa kecil Mamanya, shopie terlihat sangat heboh saat dia telah sampai di Trieste. Tepatnya di mansion milik sang Opa. Bangunan super megah yang dikelilingi pemandangan laut yang indah. Tidak ada yang berubah di sana, Layla dan Nathaniel juga sangat menikmati keindahan tempat itu. "Wahh... Bagus sekali, kenapa aku dulu tidak betah tinggal di sini Ma? Padahal bagus sekali!" Layla memeluk lengan Valia dan mereka berjalan di teras samping samping mansion."Entah karena apa dulu, mungkin karena kita kasihan pada Kakek," jawab Valia. Ia tidak mau mengingatkan masa lalu yang cukup buruk pada Layla. Nathaniel bersama Aaron di depan sana, laki-laki itu menggendong Shopie yang sudah bingung ingin pergi mengelilingi mansion. Sementara Valia masih bersama dengan Layla. Valia merasa ada sesuatu yang menyentuh hati terdalamnya, tempat ini mempunyai ribuan kisah Valia dan Aaron, dari benci, marah, ambisi, obsesi, hingga cinta yang sangat tulus. Sosok Aaron yang sama

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kembali Untuk Berlibur

    Lima Tahun Kemudian..."Shopie! Jangan lari-lari nanti jatuh..." Suara teriakan keras itu berasal dari bibir Layla yang berdiri di dalam rumah memperhatikan putri kecilnya yang terlihat begitu kesenangan. Shopie Tan Ferdherat, gadis cantik yang memiliki wajah sangat mirip dengan Mamanya. Dia juga sangat keras kepala seperti Papanya, dan Sopie anak yang manja, seperti Mamanya. "Mi, katanya nanti malam mau pergi sama Opa dan Oma, ayo... Sopie bantu-bantu Mami!" seru anak itu lompat-lompat kesenangan. "Iya, tapi nanti dulu, Sayang... Sekarang Shopie naik ke atas yuk, jangan lari-larian di bawah. Mami mau ke atas." Layla mengulurkan tangannya pada Shopie. Anak itu pun seketika mengangguk antusias, mereka berdua langsung berjalan ke lantai atas dan Sophie berjinjit membuka pintu kamarnya. Di dalam sana, anak itu menatap Papanya yang masih tertidur dengan santai dan nyenyak. Shopie tersenyum tipis, ia berjalan perlahan-lahan naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Papanya. "Papi... Ay

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Janji yang Tak Akan Diingkari

    "Mama dan Papa akan sering-sering ke sini untuk memantau Layla, karena Papa perhatikan akhir-akhir ini kau sangat sibuk sampai sering meninggalkan istrimu sendiri yang di rumah." Aaron mengatakan hal itu kepada menantunya, dan tentu saja nontonnya langsung mengangguk setuju disadarinya ia memang tidak pernah ada waktu untuk Layla. Bukan berarti Nathaniel merasa leluasa, ia juga berusaha mencari celah di mana ia bisa meliburkan diri dan menjaga Layla seperti suami-suami di luar rencana pada umumnya. "Iya Pa, aku juga mencari waktu yang tepat untuk libur. Aku terus kepikiran dan tidak bisa fokus saat bekerja," ujar Nathaniel. "Harusnya di saat usia kandungan istrimu sudah tua seperti ini kau libur rumah karena bayi lahir itu tidak tahu kapan dan juga sulit untuk diprediksi," jelas Aaron pada Nathaniel. Nathaniel diam dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Papa mertuanya, ia sadar kalau dirinya memang keliru. Aaron juga orang yang sangat gila kerja, sama seperti dirinya tapi beda

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Mencoba Untuk Menjadi Paling Pengertian

    "Kalian ini... Apa tidak bisa ditunda sampai besok pagi, hah?!" Nathaniel marah saat masuk ke dalam ruangannya, di dalam sana semua rekannya sudah menunggu. Laki-laki itu meletakkan dengan kasar kunci mobilnya di atas meja, karena ia sudah menduga kalau di rumah Layla pasti marah padanya. "Ya bagaimana lagi?!" sahut Regar frustrasi. "Huhh... Sialan kalian, jadi jadwal kemarin itu salah?!" Nathaniel menatap mereka semua. "Salah!" jawab keempat orang itu kompak. Helaan napas panjang terdengar dari bibir Nathaniel. Saat itu juga ia langsung duduk di kursinya dan mulai membuka laptopnya dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Namun tetap saja Nathaniel tidak bisa tenang memikirkan Layla yang ia tinggalkan di rumah sendirian. Laki-laki itu pun mengambil ponselnya dan ia menghubungi Papa mertuanya karena hanya Aaron yang bisa membantunya saat ini. "Halo Pa, Pa aku boleh minta tolong, tidak?" pinta Nathaniel. "Hem, ada apa jam segini kok menelepon Papa? Apa terjadi sesuatu pada Layl

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kapan Ada Waktu Untukku

    Beberapa Bulan Kemudian...Kandungan Layla sudah memasuki tujuh bulan. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan Layla menjalani hari-harinya dengan sangat bahagia besama suaminya. Nathaniel, menjadi suami super posesif dan selalu memantau Layla dari segala kondisi, bahkan mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur. "Layla ke mana, Bi?"Suara Nathaniel di ruang tamu sore ini membuat Layla langsung menoleh, gadis itu tengah beduaan dengan Jeremy di dalam ruangan keluarga. Seketika Layla meminta Jeremy menutup pintu ruangan itu. Sehari saja, Layla ingin suaminya itu tidak terlalu posesif, Layla pusing dengan sifat Nathaniel yang sangat menyebalkan. "Sudah Kak," ujar Jeremy seraya terkikik geli anak itu berjalan mendekati Layla seraya membawa roti sus miliknya. "Sini-sini, duduk di samping Kakak. Biar saja Kak Nathan teriak-teriak di luar, Kakak pusing sekali dengannya," keluh Layla mendongakkan kepalanya. "Tapi kata Mami Valia, kalau dicereweti Papi Aaron, tandanya Papi Aaron i

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Rumah Megah untuk Istriku

    Setelah acara pernikahan, Layla dan Nathaniel pulang ke rumah mereka sendiri. Nathaniel adalah laki-laki mapan yang sudah mempersiapkan segalanya sebelum menikah. Ada dua pembantu di rumahnya yang akan mengerjakan pekerjaaan rumah dan membantu Layla. Dan Nathaniel memberikan rumah itu pada Layla untuk hadiah pernikahan mereka. "Rumahnya bagus sekali," cicit Layla seraya menoleh dan menatap wajah tampan Nathaniel. "Kau suka?" Nathaniel mengusap pucuk kepala Layla. Layla pun mengangguk dengan mantap. "Sangat! Ini rumah paling bagus yang pernah Layla lihat. Seperti istana kalau dilihat dari luar, ada kerucutnya di atas sana!" seru Layla tersenyum. "Ya, memang desain awalnya aku buat seprti itu, agar tidak ada yang menyamainya." Layla hanya mengangguk saja, dan ia berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua. Tangga melengkung dan lebar, lantai mengkilat dari marmer berwarna cream, dan beberapa pilar besar di dalam ruangan, serta lampu kristal besar yang menggantung di langit-lan

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kita Telah Resmi

    Pernikahan yang dimimpikan selama ini oleh Layla benar-benar terlaksana. Dalam hitungan detik demi detik pernikahan mereka sudah resmi.Dan begitu pula yang dirasakan oleh Nathaniel. Memiliki Layla seutuhnya dan ke mana-mana bisa ia jaga dan ia bawa, adalah cita-cita Nathan sejak dia masih kecil. Layla dan Nathaniel kini tengah sibuk dengan para tamu, tak lain adalah para teman-teman Nathaniel, karena Layla sendiri tidak memiliki teman. "Selamat ya kalian berdua, wahhh... Kapan ya aku nyusul?" seru Vargo menepuk pundak Nathaniel. "Mulutnya!" sinis Caley merangkul dan memukul punggung Vargo hingga laki-laki dengan tuxedo abu-abu itu tertawa. "Ya... Siapa tahu saja yang kedua kalinya." Vargo menjawab dengan sangat santai. Seketika Nathaniel terkekeh, ia menggenggam tangan Layla dan mengecupnya dengan lembut. "Jangan mendengarkan Sayang, mereka ini laki-laki gila!" sinis Nathaniel seraya menatap aneh pada semua temannya. "Iya, mereka lucu," ujar Layla. Layla merasakan ia seperti

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kesayangannya Layla

    Hari yang dinanti-nanti oleh Layla dan Nathaniel esok pagi akan terlaksana. Mereka semua keluarga kini berada di sebuah hotel milik keluarga Ferdherat. Hotel bintang lima yang berada di tengah-tengah kota Berlin. Laila Tengah berada di dalam kamarnya bersama Sarah, Caroline, Rosalia dan juga Valia. Keluarga Jazvier yang datang jauh-jauh hanya ingin melihat Layla menikah dengan Nathaniel. "Tidak terasa kita sudah tua ya Sarah, Cucu kita besok sudah mau menikah," ujar Caroline pada Sarah. "Iya, aku merasa seperti kemarin kita mengasuh anak-anak, tapi sekarang mereka sudah menikah saja. Ini waktu yang terlalu cepat atau apanya yang salah?" gumam Sarah seraya duduk bersandar. Valia bersama Rosalia duduk di atas ranjang bersama Layla yang berbaring bersama Jeremy. "Sepertinya tidak ada yang salah, Nenek saja yang menolak tua," sahut Jeremy tiba-tiba, anak itu sangat cerdas. Mendengar apa yang dikatakan bocah itu sontak membuat semua orang di dalam ruangan tersebut langsung tertawa.

DMCA.com Protection Status