Keajaiban tangan Rudy HunRudy Hun membuka kotak ajaibnya, berisi peralatan jahit yng selalu dibawanya kemanapun dia pergi.Suara detak jarum jam terdengar seolah memiliki volume yang begitu kencang, berpacu dengan deru jantung setiap orang yang ada di ruangan itu. Tidak boleh ada kesalahan, malam ini seolah menjadi penentuan karirnya seumur hidup. Rudy Hun terlihat dengan begitu teliti memasang batu batu cantik, menjahit, mengamati dan membuat semuanya menjadi pas. Semua orang di ruangan itu was was, mempertanyakan apakah pekerjaan Rudy Hun akan menghasilkan hal yang baik sehingga pesta pernikahan akan berjalan sesuai rencana? Devanka tidak bisa berbuat apa apa, gaun pengantin itu adalah gaun satu satunya yang disediakan Rudy Hun.Dua puluh menit berlalu, semua orang penasaran dengan hasil perbaikan yang Rudy Hun lakukan. Rury terus saja melihat ke arah jam tangannya, gusar, risau, rasa takut mulai menyusup."Akhirnya selesei," ucap Rudy Hun. Dia terlihat membentangkan gaun itu di a
Pernikahan Agung Part 2Devanka memasuki gedung pernikahan, dengan digandeng ayah juga pamannya. Begitu cantik dan semua mata tertuju padanya."Wah cantik sekali pengantinnya.""Itu gaun indah sekali, aku tidak pernah melihat gaun pernikahan seunik dan secantik itu.""Itu karya Rudy Hun, dia memang yang terbaik.""Pantas saja tuan muda Reynold jatuh hati pada gadis itu, dia benar benar cantik.""Itu dia pengantinnya, sungguh beruntung sekali.""Gaun pengantin itu sepertinya akan menjadi trend tahun ini.""Aku akan menggunakan gaun seperti itu untuk pernikahanku nanti."Begitulah kira kira beberapa ucapan yang terlontar dari bibir tamu undangan, mereka menyaksikan langkah demi langkah Devanka. Dengan begitu anggun Devanka melangkahkan kaki, terus tersenyum dan dia benar benar menebarkan kebahagiaan pada semua tamu yang datang.Di ujung langkah, tepat di atas panggung dekorasi pernikahan, berdiri seorang pria tampan dengan jas hitam. Pria tampan yang terlihat begitu mempesona, pantas s
Pernikahan Agung Part 3Lampu gedung pernikahan padam, seluruh ruangan gelap dan beberapa orang terdengar berteriak. Ada satu teriakan yang begitu kencang, lengkingan suara terdengar menyakitkan. Semua orang panik, mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Gedung mewah dengan fasilitas canggih mengalami mati lampu di saat acara penting berlangsung? sungguh sesuatu yang harusnya tidak mungkin terjadi.Beberapa orang yang bertanggung jawab atas berlangsungnya acara pernikahan terlihat panik, mereka berusaha menenangkan tamu undangan yang mulai ketakutan karna gedung pernikahan benar benar gelap. Harusnya ada genset otomatis yang akan membuat semua lampu hidup sebagaimana mestinya manakala terjadi pemadaman listrik, genset besar dan mahal itu seolah kehilangan fungsinya."Apa yang terjadi?" "Aku tidak bisa melihat apa apa.""Apa ini?""Gelap sekali, dimana petugasnya.""Au sepertinya aku menabrak sesuatu," "Siapa tadi yang berteriak?" Banyak sekali suara suara yang terdengar begitu
Misteri penusukan di pesta pernikahanReynold dan sekretaris Pete terlihat mondar mandir di depan pintu ruang Unit Gawat Darurat. Mereka menampilkan wajah khawatir, bingung, tidak tau harus bagaimana, hanya bisa komat kamit berdoa penuh harap semoga yang mereka tunggu segera memberikan kabar yang berupa harapan menuju kebahagiaan, bukan sebaliknya.Reynold yang masih menggunakan jas pengantin dengan dasi yang sudah dilonggarkan terlihat melemparkan tubuh di kursi besi yang berada di depan ruangan itu. Dia tidak tau harus berbuat apa, hanya bisa menunggu. Dia terlihat mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang."Inspektur, sudah mendengar kabar hari ini?" tanya Reynold pada seseorang yang ternyata adalah polisi Yusuf."Sudah tuan muda, tuan besar Hamzah sudah menghubungi saya lewat Maria, saya akan segera menyelidiki semuanya," ucap polisi Yusuf di sebrang panggilan."Baiklah, terimakasih inspektur," ucap Reynold lalu dia menutup panggilan telephone tersebut."Bagaimana tuan, sud
Tegap Langkah MonalisaMonalisa masuk ke dalam gedung rumah sakit, dengan langkah yakin dan begitu berani. Dia akan menjadi pahlawan hari ini, paling tidak dia akan mendapat sedikit perhatian dari keluarga Hamzah, terutama Reynold, itu yang paling penting yang dia pikirkan sejak awal."Nona, terimakasih sudah bersedia datang," ucap sekretaris Pete."Saya antar ke tempat pemeriksaan," lanjut sekretaris Pete.Monalisa hanya tersenyum, mengikuti langkah sekretaris Pete yang sengaja menunggunya di depan lobby rumah sakit.Monalisa menjalani pemeriksaan awal, petugas menyatakan tekanan darah, kadar hemoglobin, suhu tubuh, dan nadi Monalisa dalam keadaan baik dan bisa untuk melakukan prosedur lengambilan darah. Monalisa terlihat menghela nafas panjang, dia akan mengambil salah satu bagian terpenting di dalam tubuhnya, untuk seseorang yang sebenarnya telah membuat dia terluka, namun dia harus melakukan ini untuk tujuan yang lebih besar dalam mewujudkan mimpinya.Monalisa bersiap untuk pengam
Genggaman Tangan SuamiReynold menggenggam tangan Devanka, begitu erat, seolah tidak ingin kehilangan. Mengelusnya, menciuminya, ini adalah hal yang sangat jauh dari karakter dirinya. Reynold bukanlah seseorang yang begitu larut dalam cinta, bukan budak cinta yang bertabur perhatian, bukan seperti pria romantis yang memperlakukan pasangannya dengan begitu istimewa, namun dengan Devanka dia menjatuhkan semua kewibawaannya, keegoisannya dan keangkuhannya, dia berubah menjadi sosok pria yang begitu takut kehilangan wanitanya. "Kau tidak menarik tanganmu?" goda Reynold pada Devanka yang mulai menggenggam kesadarannya."Reynold," bisik lembut Devanka."Kau seharunya menarik tanganmu, supaya aku bisa mengejarnya," goda Reynold. "Kau tidak perlu khawatir, semua akan baik baik saja, setelah ini kau akan pindah ke ruang perawatan, ruang perawatan paling mewah di rumah sakit ini, kau akan betah berlama lama di sana," ucap Reynold."Aku tidak ingin di rumah sakit, aku ingin pulang," ucap Devan
Malam Pertama Sebagai Seorang IstriDevanka masih berusaha mengembalikan tubuhnya seperti semula, dia harus banyak istirahat, tidur dan meletakkan pikirannya, namun apa daya, malam pertama sebagai seorang istri membuatnya tidak mampu melakukan semua itu, dia terus saja mengintip dari balik matanya yang tertutup, mencuri pandang ke arah Reynold yang terlihat duduk di kursi sofa. Devanka hanya bisa berpura pura tidur, apalagi ketika Reynold menoleh ke arahnya, dia tidak boleh terlihat membuka mata. Reynold beranjak dari posisi duduknya, menghampiri Devanka yang sepengetahuannya terlihat dalam pelukan lelap. Reynold mengelus rambut Devanka dan mengecup dahinya. Saat itu deru jantung Devanka seolah tidak mampu dikendalikan, berdetak hebat seolah ingin meloncat keluar dari dalam tubuhnya. Ada rasa gugup, takut, dan khawatir, ini adalah pertama kalinya seorang pria mencium keningnya."Aku tau kau belum tidur," ucap Reynold. Mendengar itu Devanka mengintip dari balik kelopak matanya, lalu t
Kedatangan Sekretaris PeteJam menunjukkan pukul 07.00.Sekretaris pete sudah berdiri di depan unit apartemen Monalisa. Hari ini dia akan menemui Monalisa untuk menanyakan sesuatu yang penting, seperti yang Reynold perintahkan.Dengan hati hati sekretaris Pete mengetuk pintu depan unit apartemen Monalisa."Tok, tok, tok," Sekretaris Pete menunggu, ada sedikit rasa tidak enak di dalam hatinya, harus menemui seseorang yang seolah seperti duri di dalam kehidupan Reynold yang sekarang merupakan suami dari keponakannya, namun demi sebagai seorang profesional, dia harus menjalankan semua tugas yang diberikan atasannya. Beberapa menit sekretaris Pete menunggu, belum ada tanda tanda seseorang membuka pintu tersebut. Sekretaris Pete hendak mengetuknya lagi namun tiba tiba terdengar seseorang membuka pintu itu.Ternyata Monalisa sendiri yang membuka pintu itu, dengan masih mengenakan baju tidur tipis yang tembus pandang, berwarna hitam, hanya seperti jaring."Sekretaris Pete, masuklah," ucap
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa