Li Jianli memutar matanya, bergegas membalas perkataan Dong Kaili, “apakah Nyonya Dong ingin mengatakan kalau aku adalah orang yang tidak baik hati karena tidak memaafkan kalian?”Dong Kaili menundukkan kepalanya, menunjukkan wajahnya yang berpura-pura sedih karena perkataan Li Jianli, “Li'er, aku Bibi Pertamamu, mengapa kamu memanggilku dengan sebutan ‘Nyonya’?”Li Jianli menjawab dengan acuh tak acuh, “hubungan keluarga kita sudah lama selesai. Kamu dan aku adalah orang lain, mengapa aku harus memanggilmu dengan panggilan ‘Bibi Pertama’? Aku bahkan masih menyimpan surat pemisahan keluarga dengan baik bersamaku.”Li Labao, yang terbiasa memerintah Li Jianli, merasa sangat tidak senang dengan keberaniannya. Dia ingin segera meminta ibunya untuk memukuli Li Jianli dengan tongkat. Namun kali ini sepertinya dia hanya bisa menahannya dan diam.Keadaan emosional Chu Ning tidak jauh lebih baik. Dia mulai kehilangan kesabarannya. Tapi sekali lagi, demi uang, dia harus menahan lonjakan darah
Hening.Dong Kaili dan Li Labao tertegun.Mulut Chu Ning menganga lebar, tidak menyangka Guan Lin akan tidak mengakui hal ini. Dia menunjuk Guan Lin dengan telunjuknya dan berkata dengan suara terbata-bata saking marahnya, “ini … ini … bagaimana bisa kamu tidak mengakui perbuatanmu?”Guan Lin memegang dagu, menoleh, lalu bertanya kepada penduduk lainnya dengan nada acuh tak acuh, “apakah ada seseorang yang melihatku mematahkan tangannya?”Dia melakukannya dengan sangat cepat, hingga menipu mata semua orang. Selain jaraknya dengan Li Labao yang menjadi lebih dekat, siapa yang benar-benar melihat dia mematahkan bahunya?Penduduk desa yang ada di sana, “....”Baiklah! Kami tidak melihatnya.Mereka hanya memalingkan wajah, berdeham, dan berpura-pura tidak melihat sesuatu yang aneh. Hei! Jangan salahkan kami. Kami benar-benar tidak melihatnya! Wajah Li Labao sudah sangat pucat karena kesakitan, tapi menjadi lebih pucat lagi karena marah. Dia hampir saja memuntahkan seteguk darah, namun t
Xue Ming melambaikan tangannya dengan santai, “tidak masalah, bukan salahmu. Baiklah, kalau begitu aku harus kembali dulu.”“Terima kasih Kepala Desa, hati-hati di jalan,” kata Li Jianli.Xue Ming berjalan pergi. Penduduk desa juga membubarkan diri mereka, berjalan berdua atau bertiga, sambil berbisik membicarakan hal yang baru saja terjadi.Li Jianli menghela nafas pelan. Keluarga Li benar-benar tidak tahu malu sampai ke level yang tidak bisa dia bayangkan. Dia menoleh, menatap wajah keluarga cemas keluarganya satu persatu.Xue Nuan, yang sedari tadi masih berdiri di tempatnya, akhirnya berjalan mendekati Li Jianli dan memeluknya, “jangan dipikirkan, jangan biarkan hatimu sakit.”Li Jianli mengangguk seraya bergumam pelan. Dia tidak sakit hati, dia hanya merasa sedikit tidak nyaman. Mungkin ini adalah perasaan yang tersisa dari pemilik asli tubuhnya.Xue Bao berlari mendekat, memeluk kaki Li Jianli dengan erat, “Bibi, kamu tidak perlu khawatir. Aku pasti akan melindungimu dari orang-
“Bukankah kita akan pergi berburu? Aku menunggu terlalu lama, jadi aku mencarimu ke sini,” jawab Hao Yu.“Berburu?” Li Jianli terbelalak ketika mendengar perkataan Hao Yu. “Tidak! Tidak boleh! Lukamu baru saja sembuh, kamu tidak diperbolehkan terlalu banyak bergerak dulu!”“Tapi ….” Hao Yu ingin mengatakan kalau mereka sudah terbiasa melakukan pertarungan antara hidup dan mati setiap hari. Tidak peduli kamu sedang terluka atau tidak, pertarungan tetap tidak bisa dihindari. Namun sebelum Hao Yu menjelaskan, perkataannya langsung dipotong oleh Li Jianli.“Bukankah aku baru saja menyuruhmu untuk lebih menghargai nyawamu? Mengapa kamu langsung mengingkari janji? Setidaknya tunggu 1 atau 2 minggu lagi!” ujar Li Jianli kesal. Dia lalu menambahkan, “jangan cari aku kalau kamu sampai terluka lagi!”Guan Lin terlihat cemas ketika melihat Li Jianli marah. Dia langsung menepuk lembut punggung Li Jianli seraya berkata, “baiklah, baiklah. Hao Yu tidak akan pergi berburu denganku. Aku akan menyuruh
Guan Lin melompat di detik-detik terakhir. Andai saja dia terlambat, cakar harimau itu pasti akan melukai kakinya.Tubuh harimau di depannya berukuran sangat besar dan dia terlihat kuat. Bulunya berwarna oranye keemasan dengan pola garis-garis gelap di punggungnya. Itu jelas seekor Harimau Siberia dewasa.Guan Lin melihat Harimau Siberia itu mulai memanjat pohon yang dia tempati. Kening Guan Lin berkerut, dia merasa penasaran dengan apa yang sedang dikejar oleh harimau itu. Dia mengulurkan tangannya dan seketika melihat dua bola mata besar sedang melihatnya dengan tatapan penuh permohonan.Seekor rubah putih?Meskipun harimau itu bisa melihat mangsa yang lebih besar, namun dia terlihat sangat dendam terhadap rubah putih kecil yang ada di dalam pelukan Guan Lin. Dia bergumam pelan ke arah rubah putih kecil, “mengapa dia sangat mengincarmu?”Guan Lin kembali melayangkan pandangannya ke arah Harimau Siberia, lalu memicingkan matanya. Terlihat sebuah luka memajang baru yang masih mengelu
“Lin!” Li Jianli berlari keluar halaman dengan penuh semangat. Dia melihat kagum ke arah tubuh harimau besar yang tergeletak di atas tanah, “benar-benar seekor harimau! Kamu tidak tahu betapa takutnya Bibi Lao ketika memberitahuku soal ini!”Tawa nyaring Li Jianli terdengar bergema di halaman, seperti lonceng yang merdu, memasuki telinga Guan Lin dan menetap di hatinya.Guan Lin mengangkat kedua sudut bibirnya, tidak menyembunyikan senyum tipis di wajahnya. Senyumannya semakin melebar ketika Li Jianli berdiri tepat di hadapannya.Li Jianli berjongkok, menyodok mayat harimau dengan jari telunjuknya, lalu memuji, “benar-benar tangkapan yang bagus!”Ya, tubuh harimau sangat berharga. Kulit harimau ini, selain luka pada bagian tengkuknya, bisa dibilang utuh. Bulu ini pasti bisa menjadi mantel yang sangat bagus. Daging dan tulang harimau dipercaya sebagai tonik yang sangat berharga dan langka. Jarang ada pemburu yang mampu memburu harimau, jadi Li Jianli tidak akan terkejut kalau harganya
“Salam kenal, Tuan Yan. Namaku Li Jianli, dan ini adalah Guan Lin,” kata Li Jianli seraya menangkupkan kedua tangannya lalu menunjuk ke arah Guan Lin.“Tidak perlu terlalu sopan,” jawab Yan Heng seraya melambaikan tangannya pelan. “Apakah Tuan Yan bersedia memberi tahu kami kemana harus pergi?” tanya Li Jianli.“Hmm,” gumam Yan Heng. Dia lalu menjelaskan, “istri Hakim Meng telah melahirkan seorang putra 2 tahun yang lalu. Semenjak itu, tubuhnya menjadi sangat lemah. Dia tidak dapat melakukan apapun selain berbaring di tempat tidur.” Yang Heng lalu menoleh ke arah gerobak, “aku yakin Tuan Hakim pasti akan membeli buruanmu dengan harga yang bagus.”Kilatan dingin melintas cepat di kedua mata Guan Lin. Hakim Kota Teratai, Hakim Meng, Meng Shun. Dia seharusnya menjadi target tugas Guan Lin terakhir kali.Meng Shun dikenal sebagai hakim kota kecil yang hidup sederhana dan sangat menghargai rakyat. Selama dia menangani kasus, dia tidak pernah membeda-bedakan rakyat kaya ataupun miskin. Bag
Baihu memejamkan matanya, menikmati elusan pelan Li Jianli pada punggungnya, meskipun dia harus berjuang untuk tidak memperdulikan aura membunuh yang memancar dari Guan Lin.Hari sudah gelap ketika mereka tiba di Yamen. Sepasang penjaga terlihat sedang menjaga pintu dan berdiri dengan tegak. Yan Heng turun, menghampiri salah satu penjaga pintu lalu berkata, “pergi dan katakan kepada Hakim Meng kalau ada seseorang yang datang ke sini untuk menjual harimau.”Penjaga pintu itu terkejut. Dia memiringkan kepalanya, mencoba melihat 2 orang di belakang Yan Heng melalui samping tubuhnya.“Seekor harimau?” Alis penjaga itu berkerut ketika dia memastikan kalau dia tidak salah dengar.“Hmm,” gumam Yan Heng terlihat sedikit kurang sabar, “bisakah kamu pergi sekarang? Atau kamu akan mendapatkan hukuman karena menunda kepentingan Nyonya!”Penjaga itu tidak berani memikirkan apa-apa lagi selain segera berlari masuk. Setelah hampir 1 cangkir teh, penjaga itu kembali bersama 2 orang yang berjalan den