"Nuan'er?" Seorang wanita setengah tua menatap ke arah pintu dengan penuh kerinduan. Wajahnya sangat mirip dengan Xue Nuan, namun sudah mulai dipenuhi keriput. Kesusahan hidup membuat seseorang lebih cepat menua."Ibu, bagaimana kabarmu?" tanya Xue Nuan hampir tersedak oleh air matanya. Meskipun jarak mereka dekat, dia jarang mengunjungi rumah kelahirannya. Meskipun keluarganya tidak mempermasalahkannya, namun dia merasa malu karena tidak bisa membawa apapun ketika pulang."Nuan'er, itu benar-benar kamu!" Liu Zhi segera meletakkan ember kayu di tangannya dan berjalan menghampiri putrinya. Ketika dia tiba di hadapannya, dia membelai lembut wajah Xue Nuan, sorot matanya dipenuhi dengan kelembutan, "apakah kamu baik-baik saja?" Liu Zhi sudah mendengar kalau kehidupan keluarga Jing Yue semakin membaik. Seluruh penduduk Desa Xueda membicarakan Xue Nuan yang telah membawa pulang seorang anak gadis yang membawa keberuntungan. Beberapa penduduk desa menyarankan agar Liu Zhi mendatangi Xue N
"Ibu, Ayah, Feng'er, sepertinya kami harus segera pulang," kata Xue Nuan setelah mereka menyelesaikan makan siang bersama."Nuan'er, tunggu sebentar!" Liu Zhi menghentikan Xue Nuan yang hendak menggendong tas punggungnya. Dia bergegas ke dapur dan membawa setumpuk besar berbagai jenis sayuran. Dia memasukkan semuanya ke dalam keranjang, "kami hanya memiliki sayuran-sayuran ini di rumah. Bawalah mereka bersamamu. Sayuran-sayuran ini besar dan gemuk. Masaklah hidangan enak untuk Ibu Mertuamu, Baobao dan Li'er."Xue Nuan hendak menolak pemberian keluarganya. Tidak berbeda dengan keluarga Jing Yue, Xue Kong dan keluarganya hanya memiliki sepetak tanah untuk ditanami. Mereka biasanya mengandalkan sayuran-sayuran itu untuk menyambung hidup. Dia tidak tega untuk menerima sesuatu dari keluarga kelahirannya. Namun, ketika melihat Li Jianli menyentuh tangannya seraya menggeleng pelan, dia mengurungkan niatnya. Benar. Dia harus menerima pemberian tulus dari orang tuanya, kalau tidak mereka akan
"Tuan, apakah kamu ingin membeli obat atau bertemu dengan Tabib?" Tao Erfu menghampiri Guan Lin yang baru saja memasuki Balai Pengobatan Lao Can."Tabib," jawab Guan Lin."Baiklah. Kalau begitu kamu bisa menunggu di sini untuk mengantri. Aku akan memanggilmu ketika giliranmu tiba," kata Tao Erfu lagi.Guan Lin menoleh ke arah kursi tunggu. Hanya ada 2 orang lelaki tua yang masih mengantri. Keduanya melihat ke arah Guan Lin.Guan Lin duduk dengan acuh tak acuh dan mengabaikan tatapan penasaran mereka. Dia menyandarkan tubuhnya ke dinding dan memejamkan matanya. "Anak muda, kamu terlihat sangat sehat dan kuat. Kamu tidak terlihat seperti orang yang sakit." Salah seorang pria tua mulai mengajaknya berbicara. Guan Lin melirik ke arahnya. Dia paling malas untuk berbasa basi dengan orang asing. Setelah beberapa saat, dia memilih untuk memejamkan matanya kembali dan tidak menjawab pertanyaan pria tua itu.Pria tua itu sedikit kesal karena Guan Lin mengabaikannya. Namun dia tidak menyerah,
"Lin, mengapa arak ini keras sekali?" tanya Li Jianli. Dia bahkan mengernyit ketika merasakan Arak itu berjalan memasuki tenggorokannya. Setelah beberapa saat, dia menatap kembali kendi arak di tangannya, "bagaimana bisa aku membawa 2 botol kendi sekaligus?"Guan Lin mendesah, "toleransi tubuhmu terhadap alkohol sangat rendah, mengapa kamu masih nekat meminumnya?""Siapa bilang toleransi tubuhku rendah. Lihatlah, aku akan menunjukkannya padamu lagi," kata Li Jianli kesal seraya mengangkat kendi arak di tangannya.Guan Lin menyambar kendi arak dari tangan Li Jianli secepat kilat, "cukup. Kamu tidak bisa minum lagi, atau kamu tidak akan bisa bangun untuk pergi ke kota besok.""Kenapa kamu selalu bersikap menyebalkan? Kembalikan kendi arak itu kepadaku." Li Jianli berdiri dan tersandung kakinya sendiri. Tubuhnya jatuh tepat ke arah Guan Lin yang masih duduk "ah!"Bruk!Guan Lin tidak siap dengan gerakan ceroboh Li Jianli. Pada akhirnya dia hanya bisa pasrah ketika menjadi bantal Li Jianl
"Jianli, kamu benar-benar gila," desah Li Jianli seraya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Andai dia bisa, dia ingin menggali sebuah lubang dan bersembunyi di dalamnya. Bagaimana dia bisa bertindak secentil itu? Dia bahkan memprovokasi seorang pria!Belum sempat rasa malunya menghilang, tiba-tiba selimut yang menutupi kepalanya dibuka. Li Jianli sedikit terkejut, apalagi ketika melihat siapa orang yang membuka selimutnya."Lin, apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana kalau sampai Kakak masuk ke kamar?" tanya Li Jianli. "Tenanglah, aku sudah memastikan semuanya aman. Lagi pula telingaku tajam. Aku akan tahu ketika seseorang datang," jawab Guan Lin.Seketika adegan demi adegan saat dirinya mabuk kembali melintas di kepala Li Jianli. Wajahnya terasa panas dan tanpa sadar dia kembali menyusup ke dalam selimut untuk menghindari tatapan Guan Lin.Guan Lin melihat reaksi Li Jianli. Dia tahu kalau gadis itu pasti mengingat kejadian tadi malam. Namun Guan Lin tetap mempertahankan ekspr
Xue Nuan menatap langit setelah menyelesaikan pekerjaannya, "sudah waktunya kita berangkat, atau kita akan membuat semua orang menunggu.""Baik," jawab Li Jianli patuh. "Di mana Baobao?""Tuan Guan datang pagi ini. Dia masih berlatih kuda-kuda di halaman depan," jawab Xue Nuan."Aku dengan Tuan Guan ikut pergi ke kota pagi ini. Apakah Baobao akan ikut juga?" tanya Li Jianli.Xue Nuan menggeleng, "tidak. Tuan Guan sudah meminta Baobao untuk berlatih kuda-kuda hingga jam makan siang. Dia boleh beristirahat sebentar setiap 15 menit.""Oh, baiklah," jawab Li Jianli.Setelah itu keduanya mencuci tangan mereka dan masuk ke dapur. Masing-masing dari mereka langsung menggendong sekeranjang apel. Li Jianli juga membawa beberapa apel dan memasukkannya ke dalam kantong kain kecil lalu membawa mereka bersamanya. Setelah semuanya siap, mereka berpamitan kepada Jing Yue dan Xue Bao.Xue Bao menatap mereka dengan tatapan sedih. Kali ini dia sedikit menyesali keputusannya berlatih seni bela diri. And
"Baiklah, pastikan kalian kembali sebelum sore hari. Aku dan gerobakku akan menunggu di sini," teriak Xue Dafu ketika semua orang menuruni gerobak satu persatu.Li Jianli, Xue Nuan dan Guan Lin berjalan bersama menuju Toko Buah Zhao Hong untuk menjual apel yang mereka bawa. Xue Nuan sudah mengetahui kalau Guan Lin akan menemani mereka untuk membawakan barang belanjaan hari ini. Jadi dia tidak keberatan.Mereka tiba di Toko Buah Zhao Hong dan menyelesaikan keperluan mereka dengan cepat. Seperti biasa, Zhao Hong selalu merasa puas dengan buah yang dibawa oleh Li Jianli. Setelah menyelesaikan akun, ketiganya berjalan keluar menuju pasar."Apa yang akan kita beli lebih dulu?" tanya Xue Nuan."Daging!" jawab Li Jianli cepat."Baiklah, kalau begitu kita pergi ke kios daging terlebih dahulu," kata Xue Nuan.Guan Lin tidak memiliki apapun untuk dikatakan. Hari ini dia hanya akan berperan sebagai tukang pembawa barang.Mereka membeli daging, sayuran, tepung, beras dan beberapa bibit sayuran. L
"Apakah aku benar?" tanya Mei Ning lagi ketika semua orang terdiam dan menatap Li Jianli.Sudut bibir Li Jianli berkedut, lalu berkata di dalam hatinya, 'wanita tua ini! Aku tidak ingin membuat masalah dengannya, tapi dia selalu mengejarku!'Setelah beberapa saat, Li Jianli tersenyum, "Bibi, apa yang kamu katakan? Meskipun aku bukan berasal dari Desa Xueda kalian, tapi aku sangat berterima kasih karena kalian telah menerimaku dengan baik. Apabila ada hal baik di masa depan, bagaimana mungkin aku tidak membawa kalian?"Mei Ning mendecih dan berkata dengan kesal, "cih, kalau memang seperti itu, mengapa kamu tidak membagi uang yang kamu hasilkan dari ginseng itu dengan kami? Bagaimanapun kamu menemukannya di gunung belakang desa kami."Beberapa penduduk desa yang ada di atas gerobak sapi awalnya sedikit ragu, tiba-tiba menjadi berubah. Mereka menatap Li Jianli dengan wajah gelap.Xue Nuan yang biasanya bersikap lemah lembut ikut merasa kesal dengan hasutan Mei Ning. Dia segera berkata ke