Setelah kejadian tadi siang, Rizal, Nenek dan Olivia saat ini, mereka menuju ke rumah Ustadzah Lina. Yang dimana Bu Susi tinggal saat ini. “Apakah sudah siap kamu nak, menemui calon mertuamu?” Tanya Nenek yang meledek Rizal.“Sebenarnya aku deg-degan Nek, mau ketemu sama Ibunya Oliv,” ucapnya pada Nenek.“Ah masa sih mas, kamu deg-degan? Aku nggak percaya,” ujar Oliv yang ikut meledek Rizal.“Jika kamu tidak percaya belah lah dadaku,” gurau Rizal pada Oliv.“Waduh! Kalau di belah nanti nggak bisa disatukan kembali Mas.”Nenek dan Rizal pun tertawa mendengar ucapan Oliv. Selama dalam perjalanan mereka masih membahas masalah tadi pagi di Hotel. Nenek yang tidak tau pun jadi tau masalah yang terjadi tadi pagi.“Kenapa dia berbuat seperti itu sama kamu nak?” Tanya Nenek pada Oliv.“Entahlah Nek, awalnya dia menanyakan kalung yang aku pakai ini, ya aku jelasin kalau kalung ini pemberian dari mas Rizal. Eh malah dia yang sewot dan bilangnya aku wanita yang nggak benar lah, karena kesal ya
Setelah acara lamaran Rizal dan Olivia. Saat ini Olivia masih bekerja di hotel Areta. Sedangkan, Rizal kembali ke Bandung dan bekerja seperti biasanya. Hari ini Oliv sudah bersiap untuk berangkat kerja. Namun, sebelum berangkat Oliv terlebih dulu sarapan pagi.“Sebelum berangkat kerja, ada baiknya kamu sarapan dulu,” ucap Ustadzah Lina yang meminta Olivia untuk sarapan.“Iya Ustadzah, ini saya sudah mau sarapan,” jawabnya pada Ustadzah.“Ayo Bu Susi, kita sarapan bersama,” ajak Ustadzah.“Iya Ustadzah.”Mereka pun sarapan bersama. Selesai sarapan Olivia berpamitan pada Ibu dan Ustadzah. Setelah, berpamitan dia langsung menuju ke jalan raya untuk menunggu angkutan umum yang lewat.Setibanya di depan hotel Areta, Oliv langsung menuju ke dalam hotel lewat pintu belakang hotel. Setibanya dia langsung mengganti pakaiannya dengan seragam cleaning service. Dia mulai merapikan kamar tamu dan membersihkan ruangan di dalam hotel.Di rumah Arsen saat ini, Kinan mau ikut Arsen ke Hotel Areta. Dia
"Olivia!” Panggil Arsen. Olivia yang di panggil pun mendongakkan kepala ke arah suara tersebut. Betapa kagetnya Oliv melihat Arsen berada di hadapannya. “Bang Arsen!” Ucap Oliv yang kaget. “Sedang apa kamu disini?” Tanya Arsen. “S-saya, kerja disini Bang,” jawab Oliv. “Kerja? Kamu kerja apa?” Tanya Arsen. “Bang, kamu ngobrol sama siapa sih?” Tanya Kinan dari dalam kamar “Ini sayang aku sedang mengobrol-," ucapan Arsen terpotong saat dia melihat Olivia sudah tidak ada di hadapannya. “Kemana perginya tuh orang?” Arsen bertanya pada diri sendiri. “Kenapa Bang? Sepertinya kamu lagi nyari sesuatu?” Tanya Kinan pada suaminya. “Iya Dek, tadi yang mengantar Air teh manis ini Olivia,” jelas Arsen pada sang istri. “Masa sih Oliv bekerja disini?” Tanya Kinan yang tidak percaya. “Entahlah aku belum cek juga apakah benar hotel ini menerima karyawan baru, atau tidak,” ucap Arsen yang menjelaskan pada Kinan. Arsen memberikan teh manis hangat pada Kinan. Dengan teliti dia mem
Saat ini Rizal dan Olivia berencana akan mengadakan acara pernikahan. Mereka melakukan acara prewedding di pantai. Namun, saat mereka sedang melakukan sesi pemotretan tiba-tiba Damar datang menghampiri mereka berdua.“Wah-wah rupanya ada yang mau merid nih? Sudah lupa sama aku ya,” ucapnya yang melihat Olivia dan Rizal.“Maaf ya mas, anda siapa? Kenapa anda berbicara seperti itu?” Tanya Rizal.“Kamu tidak akan tau siapa saya, tapi calon istri anda mengetahui siapa diri saya, iya kan Oliv,” ujarnya yang melirik Oliv.“Kurang ajar kamu! Beraninya kamu mengganggu calon istri saya! Buk buk,” Rizal merasa marah pada Damar yang sudah berani kurang ajar pada Olivia.“Sudah Mas! Hentikan,” teriak Oliv yang berlari menuju ke arah Rizal yang sedang memukul Damar.Olivia memisahkan keduanya dan di bantu oleh fotografer tersebut. Olivia melihat ke arah Damar dan dia menampar Damar.Plak … plak, terdengar suara tamparan dari tangan Olivia.“Beraninya kau menamparku Jalang!” Teriaknya yang mengangk
Saat ini Andre dan Ira tengah bahagia. Karena, Ira dinyatakan positif hamil. Mama Ratih yang mengetahui sang menantu hamil merasa sangat senang. Dia tidak mengizinkan Ira mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan, Mama Ira meminta Andre untuk mempekerjakan orang untuk beres- beres di rumahnya.“Bang, sebaiknya kamu pekerjakan orang saja untuk beres-beres rumah! Kasihan istrimu tengah hamil muda, Mama takut terjadi apa-apa sama istrimu jika dia terlalu capek,” ucap Mama Ratih pada Andre.“Nggak apa-apa kok Ma, aku bisa ngerjainnya pelan-pelan,” ujar Ira pada mertuanya.“Nggak! Mama tetap nggak setuju kalau kamu terlalu capek, Mama mau kamu istirahat dulu. Jaga dirimu dan janinmu dengan baik,” ucap Mama pada menantunya.“Untuk mempekerjakan orang di rumah ini sudah saya pertimbangkan Ma, memang harus ada orang yang bisa bekerja di rumah ini. Aku tidak mau jika istriku kecapean, apalagi saat ini dia tengah berbadan dua,” Andre menyetujui usulan sang Mama.“Baiklah besok, aku akan menelpon yaya
Kinan sedang berbadan dua, begitu juga dengan Ira yang saat ini sedang hamil juga. Indriana mendengar jika saat ini Ira tengah berbadan dua. Antara senang dan kecewa yang dia rasakan saat ini. “Sayang kamu kenapa kok diam saja? Apa kamu sakit?” Tanya Bella pada anaknya.“Aku nggak apa-apa kok” jawab Indriana yang tidak mau sang Mami khawatir padanya.“Kamu yakin nggak apa-apa?” tanya Mami.“Iya Mi, aku yakin kok kalau aku baik-baik saja,” ujarnya pada sang Mami.“Mi, aku ingin melanjutkan kuliah lagi di Belanda,” ujarnya yang memberitahu keinginannya.“Kamu serius nak, ingin melanjutkan kuliah di Belanja?” tanya Mami pada Indriana.“Iya Mami, aku serius,” ucapnya yang menatap sang Mami.“Maafkan aku mi, kalau aku terpaksa harus berpisah dengan kalian semua. Aku cuma ingin menenangkan hati saja. Mungkin dengan cara aku melanjutkan kuliah, semoga aku bisa melupakan Bang Andre,” gumam Indriana dalam hati.“Ya sudah kalau memang itu keinginanmu, maka Mami akan coba untuk bicara dengan Pa
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru