Sesampainya di kamar mereka, Leo menurunkan Stella dan mendudukkanya di pinggiran ranjang.
Setelah itu, dia berjalan kearah lemari yang sudah tersusun rapi baju-baju mereka berdua di dalamnya.Leo mencari-cari baju yang ingin dia minta untuk Stella pakai malam ini, sebagai pakaian dinas di malam pertama honeymoon mereka.Dia mencari di setiap tempat di lemari itu, hingga saat dia membuka laci bagian bawah lemari dan ternyata disana lah benda yang dia cari itu berada, sebuah paper bag berwarna merah.Leo pun tersenyum dengan senyuman yang sulit di artikan saat menyambar paper bag itu, lalu beranjak menghampir Stella dan memberikan paper bag itu pada Stella untuk dia pakai."Pakailah sayang," bisik Leo tepat di sebelah telinga Stella, yang auto membuat bulu roma Stella merinding disco karena hembusan napas Leo yang menyapa telingannya dengan lembut."Apa aku harus memakai baju dinas ini sekarang?" tanya Stella dengan wajah polosnya itu, menatap Leo sambil berkeSang surya pun menyapa, menampakkan sinarnya ke bumi sebagai pertanda malam yang sudah berganti pagi.Deburan ombak dan hembusan angin pantai, membuat kedua insan itu nampak enggan bangkit meskipun kedua mata mereka sudah melihat terangnya cahaya di luar sana.Belle merasakan pinggangnya yang hampir remuk redam karena gempuran yang di lakukan oleh Bryan semalaman dan mereka pun baru memejamkan matanya saat hampir subuh.Belle meregangkan tubuhnya dan bergeliat, namun hangatnya tangan Bryan yang melingkar cantik di pinggangnya menambah daftar alasan bagunya untuk tak beranjak dari ranjangnya."Pagi sayang.." Bryan mencium lembut kening istrinya, masih tampak jelas kelelahan di wajah Belle namun tak bisa menyembunyikan kebahagiaan di dalamnya."Pagi juga sayang.." Balas Bell seraya mengecup singkat bibir Bryan."Jangan memancingku sayang.. aku masih kuat untuk melanjutkan pertandingan kita semalam beberapa ronde lagi, tapi aku tau kau sudah lelah jadi aku melep
Seorang petinggi pasar gelap, lebih tepatnya orang yang diketahui bertanggung jawab atas pasar gelap saaat ini Shiro.Shiro nanasu, pria paruh baya yang memimpin pasar gelap namun, yang orang lain tidak ketahui adalah bukan dia pemimpin pasar gelap sesungguhnya.Dia hanya di percaya untuk mengurus pasar gelap atau bisa dibilang juga dia adalah tabgan kanan si penguasa asli pasar gelap itu, dia seorang pria berdarah asli jepang.Shiro mengurus pasar gelap bersama anak laki-laki satu-satunya, seorang pemuda gagah dengan bekas luka (codet) di wajahnya.Wajah yang tampan namun jadi terlihat agak mengerikan karena bekas luka itu, namanya hyuga nanasu."Hyuga, kerahkan anak buahmu untuk menyelidiki Belle. Jika berita yang informan kita bawa itu benar, kita harus bertindak cepat dan menghabisinya." Suara berat dan terdengar berwibawa itu ia tujukan pada anak laki-lakinya."Berita yang mana ayah?" Tanya Hyuga yang belum tahu duduk perkaranya, karena dia baru saja kem
Tok..tok..tok..Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan itu, dan suara seseorang yang meminta izin untuk masuk dan menemui si pemilik ruangan."Tuan? Boleh saya masuk?" Tanya seseorang dari luar ruangan itu."Masuklah." Suara bariton dari dalam ruangan pun menjawab pertanyaan orang itu.Cklak!Tak..tak..tak..Pria bertubuh tinggi besar itu pun perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan itu setelah mendapatkan izin dari si empunya ruangan."Ada apa?" Suara bariton yang terdengar dingin itu pun, langsung bertanya tanpa basa basi pada pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu dan kini tengah menundukkan kepalanya."Ada berita baru tentang nona Belle dari informan kita tuan." Jawabnya agak ragu-ragu, karena dia fikir tuanya pasti akan marah saat mendengarnya."Berita apa?" Tanyanya lagi tanpa membalikkan tubuhnya, dan masih setia duduk di kursi kebesaranya menghadap ke dinding kaca memandang ke arah luar."No..nona Belle naru saja meni
Sesampainya di penginapan bertepatan dengan jam makan malam, Belle dan Bryan pun mengajak yang lainya untuk makan malam bersama.Sekaligus menyampaikan keputusan mereka untuk mengakhiri honey moon mereka lebih cepat dari jadwal yang sudah di atur.Kini mereka pun sudah berkumpul di meja makan panjang, duduk berdampingan dengan pasangan masing-masing.Berbagai macam masakan chinese telah terhidang rapi dan nampak menggugah selera di atas meja makan itu, dengan dihiasi beberapa lilin yang juga di tata rapi di atas meja itu.Mereka pun menikmati makan malam mereka dengan keheningan dan khidmat, tanpa ada yang berani membuka obrolan.Semua itu karena mereka melihat raut wajah Belle yang terlihat suram dan tidak bahagia.Jadi mereka tau Belle tidak sedang dalam mood yang baik malam ini, sehingga mereka memutuskan untuk diam dan menunggu Belle sendiri yang mengatakan ada apa denganya malam ini.Hampir setengah jam berlalu dengan keheningan, hanya suara sendok d
"Waw! Sepertinya banyak juga yang belum aku tahu tentangmu sayang." Sindir Belle sambil memperhatikan Bryan yang tengah menerbangkan sendiri helikopter itu."Hmm, masih banyak memang, kau akan tahu dan lihat lebih banyak hal yang bisa suamimu ini lakukan sayang." Balas Bryan sambil tersenyum geli menatap Belle yang memandang kagum dirinya."Tapi bukankah kita sama sayang? Awalnya aku tahu kau adalah wanita yang begitu menggoda dan membuatku tertarik. Lalu kau menambahkan title ketua kelompok pencuri kelas kakap yang menjadi tujuan misiku, lalu tidak cukup sampai disitu saja, sekarang kau menambah daftar titlemu sayang. Yaitu seorang ilmuwan, bahkan kau sudah menciptakan virus-virus yang mengerikan. Dan mungkin, kau masih akan menambah daftar titlemu nantinya." Sindir balik Bryan yang di jawab kekehan oleh Belle.Karena yang di ucapkan Bryan memang sepenuhnya benar, dan memang tidak menutup kemungkinan kedepanya Belle akan kembali menambah title di dalam namanya."Buk
Saat ini Belle pun tengah berkutat dengan tabung-tabung reagen di Labnya, dia memperbaiki bebeapa hal yang dia rasa kurang tepat dari penelitian yang di lakukan oleh Kevin.Dan pada step terakhir, sebelum Belle meng uji coba penawar yang sudah rampung di teliti olehnya dan Kevin itu, dia tak lupa menambahkan setetes darahnya sebagai bahan baku penting penawar itu.Kevin pun di buat takjub dengan reaksi penawar itu saat bercampur dengan darah Belle di dalamnya."Wah, nona Belle sepertinya penawar ini sudah rampung, nona bisa langsung mencobanya sekarang." Ucap Kevin dengan girangnya, karena dia yakin 100% penawar yang di buatnya dengan sentuhan akhir dari Belle itu sudah sempurna."Sebenarnya aku ingin menguji ini lebih dulu padamu. Ehm, tapi sayangnya aku tidak punya sample virusnya. Ha ha ha." Kekeh Belle menggoda Kevin.Namun tetap saja membuat Kevin bergidik ngeri, saat mendengar dirinya akan kembali di jadikan tikus percobaan oleh Belle."Tidak nona, teri
"Uhmm... aw sakit sekali.." Meringis menahan sakit sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat berat."Sayang.. kau sudah bangun? Apa kepalamu masih sakit?" Memegangi pundak Belle dan nampak sangay khawatir padanya."Siapa kau? Dan dimana aku? Kenapa aku bisa ada disini?" Tanyanya saat menatap pria itu dan kemudian dia memutar matanya, meneliti setip sudut ruangan itu yang tampak sangat asing baginya."Hey sayang, tenanglah dulu okey? Dokter bilang kamu mengalami amnesia karena trauma akan kejadian berdarah saat insiden itu, insiden saat pembantaian keluargamu. Dan aku hanya menemukanmu yang selamat saat itu. Aku menemukanmu sedang merinkuk ketakutan di dalam lemari." Jelas pria itu dengan raut wajah yang berubah dari panik ke sedih."Apa maksudmu? Insiden? pembantaian? apa maksudnya semua itu!?"Belle pun mulai histeris dan mencengkram kuat kepalanya, dia marah, bingung, sedih karena dia tak bisa mengingat apapun tentang hal yang di jelaskan oleh pria itu.
Genap 5 tahun sudah, Belle berada di pulau itu dan berkutat dengan hal yang sanga5 dia sukai.Namun, akhir-akhir ini Belle juga mulai jenuh dengan keseharian yang tak ubahnya seorang narapidana. Tak bisa keluar dari pulau itu dan menjalani hidupnya seperti orang-orang normal lainya.Dan Kevin pun melihat gelagat aneh Belle selama beberapa hari ini, dia merasa kasihan pada Belle. Karena dia tahu apa yang Belle inginkan.Belle memang selalu terbuka padanya. Dia tak pernah ragu untuk menceritakan tentang keinginanya untuk melihat dunia luar, dan tidak terus terkekang di penjara berlebel rumah, bagiya itu."Nona Belle, apapun yang terjadi, aku akan melindungimu, mendukungmu, dan juga membantumu semampuku. Aku tak akan melupakan pertolonganmu padaku dan keluargaku, nona. Aku pasti akan membalas kebaikanmu itu, meski jika harus dengan nyawaku." Ucap Kevin dengan yakin di dalam hatinya.Tangan Kevin terkepal erat sambil menatap Belle yang tengah duduk, sambil melamun di sofa panjang ruangan