Semua orang tengah berkumpul di depan ruangan persalinan, waktu yang tidak tepat membuat mereka khawatir dengan keselamatan Yasmin yang sedang berjuang di dalam sana. Tidak ada hentinya mereka berdoa untuk keselamatan bayi dan ibunya, walaupun secara medis tingkat keselamatan Yasmin sangat rendah, tetapi mereka sangat berharap keajaiban doa saat ini. Satu jam telah berlalu, belum ada tanda apapun dari ruangan persalinan. Tiba-tiba Marcel berlari menghampiri keluarganya yang sedang bersitegang. “Daddy, mommy, kita harus segera keruangan Arkana.” Ujarnya dengan nafas tersengal-sengal.“Ada apa? Jangan bikin kita semakin panik Marcel,” kata Amijaya membuat mereka semua menatap Marcel. “Iya nak, tenang dulu.” Ujar Faramita. Marcel mengambil nafas panjang, kemudian mengeluarkannya secara perlahan, ia menatap kedua orang tuanya dengan senyuman tipis.“Arkana sudah melewati masa komanya,” ujar Marcel. Air mata Faramita jatuh, mendengar kabar bahagia itu ia langsung memeluk suaminya me
Dua perawat dan satu dokter mengawal Arkana untuk menemui kedua janin istrinya yang tidak bisa diselamatkan.Baru saja membuka kedua matanya, Arkana langsung teringat dengan kondisi istrinya dan memaksa mereka semua untuk mempertemukannya, walaupun dalam keadaan masih lemah. Arkana berada di kursi roda dengan selang infusan dan juga oksigen yang dipegang oleh kedua suster. Menuju ruangan inkubator kedua janinnya. “Maafkan Daddy nak, Daddy tidak bisa menjaga kalian dengan baik.” Ucap Arkana begitu pelan mencium tabung inkubator.Air mata Arkana menetes, dada mulai kembali sesak menahan kesedihan melihat janin yang tumbuh dalam perut istrinya, belum berkembang dengan sempurna harus lahir secara prematur. “Tolong jangan ajak mommy kalian pergi hiks, doakan mommy kembali sehat. Daddy sangat mencintainya,” ucap Arkana semakin deras dengan air mata. “Tuan, anda harus segera kembali. Ini sudah terlalu lama,” ujar dokter. Arkana menganggukan kepala, ia menghapus air matanya saat suster m
Kondisi Arkana semakin hari semakin membaik, tubuhnya sudah terbebas dari peralatan oksigen dan juga infusan, bahkan kini ia mulai bisa makan untuk menambah nutrisi dan mengembalikan kebugaran tubuhnya.Keluarganya begitu perhatian dan merawatnya dengan baik. Namun, disisi lain Yasmin belum kunjung sadar dan masih kritis. Masih dalam ruangan yang sama, Arkana tidak pernah meninggalkannya sedetikpun, ia selalu berada disampingnya sampai Yasmin sadar suatu saat nanti.Dalam keadaan seperti itu, rasa cinta Arkana kepada Yasmin justru semakin besar. Arkana mengajaknya berinteraksi dan bahkan membersihkan tubuh istrinya yang hampir selama satu bulan tidak bergerak. “Sayang, hanya aku yang boleh melakukan hal seperti ini sampai kapanpun oke!” Ujar Arkana mengelap tubuh Yasmin dengan kain basah. Senyuman di wajah terbit, ia mencium punggung tangan istrinya, kemudian merapikan kembali pakaian Yasmin seperti semula. Aroma wangi dan ciri khas parfum yang biasa Yasmin kenakan membuat Arkana
“Saya tidak akan pernah menandatanganinya tanpa bertemu langsung dengan orangnya, jika kalian serius dengan proyek besar ini. Seharusnya secara langsung dia yang turun tangan, bukan mengutus kalian sebagai perantara.”“Bukankah tuan Arkana sudah menjelaskan hal ini kepada nona?” Tanya Jessica menaikan salah satu alisnya penasaran. “Ya, dia memang mengatakan akan mengirim orang untuk mengurus berkasnya. Tapi, secara tidak langsung dia tidak menghargai saya yang sudah berusaha meluangkan waktu untuk mengurus proyek ini,” ujarnya. “Saya mengerti nona, tuan Arkana tidak bisa datang bukan tanpa alasan, dia harus menjaga istrinya yang sedang kritis.” Kata Jessica. Perempuan muda itu tertegun mendengar perkataan Jessica, ia mengerjapkan matanya beberapa kali melihat Jessica dengan serius. “Jadi dia sudah punya istri?” Katanya dengan pelan. “Iya, tuan Arkana sudah menikah.” Jawab Jessica memperhatikan mimik wajah perempuan itu terkejut mendengar jawabannya. Perempuan itu menghembuskan n
Arkana merasa jengkel menghadapi Emeli yang begitu banyak maunya, selain melakukan pekerjaan, perempuan terlihat jelas berusaha merayu Arkana.Waktu selama 45 menit telah mereka habiskan hanya untuk menemani Emeli makan, jika saja bukan karena kontrak dan Jessica yang terus menahannya, Arkana sejak tadi sudah meninggalkan cafe tersebut.“Tomi ayo jalan,” kata Arkana.“Loh, Jessicanya mana tuan?” tanya Tomi mencarinya.“Dia bisa pulang sendiri,” jawab Arkana.Tomi hanya menganggukan kepala, kemudian ia menjalankan mobil, meninggalkan cafe.Arkana baru bisa bernafas dengan lega, ia memejamkan kedua matanya, menyandarkan punggungnya di bangku bangku.“Yasmin,” hatinya tidak bisa berhenti memanggil nama istrinya.Ponsel Arkana tidak berhenti berdering, panggilan masuk dari Jessica berulang kali, Arkana mematikan ponselnya dengan kesal membuang ponsel tersebut ke bangku belakang.Arkana kembali memejamkan kedua matanya, tidak lama kini panggilan itu beralih ke ponsel Tomi. Sebelum Tomi ber
“Mami,” panggil Yasmin menangis ketakutan setiap kali Arkana mendekatinya.Arkana menyingkir dari hadapan Yasmin, ia memberikan tempat untuk dokter menenangkannya.“Nona tenang ya, ini suami Nona.” Ujar dokter. Yasmin menggelengkan kepala, air matanya semakin berlinang mencari keberadaan Meli. “Mami,” panggilnya lagi. “Sepertinya ingatan nona Yasmin ada hilang, lebih baik sekarang tuan panggil orang tua nona Yasmin untuk menenangkannya. Saya akan membantunya dengan menyuntikan obat penenang,” ujarnya. Arkana menganggukan kepala, ia memundurkan langkahnya menatap istrinya dengan nanar. Arkana segera mengambil ponsel, ia menghubungi mertuanya. Jantung Arkana berdetak dengan cepat, ia membuang nafas panjang merasa lega istrinya sudah sadar, tetapi disisi lain ia sedih melihat Yasmin tidak mengenalinya. Tidak lama Meli dan Aditya datang dengan tergesa-gesa menghampiri Arkana. “Bagaimana Yasmin?” Tanya Meli. “Dokter sedang memeriksanya,” jawab Arkana.Mereka menunggu di depan ruang
Kondisi Yasmin semakin hari semakin baik, tidak perlu menggunakan infusan atau alat lain, ia sudah mulai makan dengan normal dan bahkan diperbolehkan untuk berobat jalan untuk memeriksa ingatanya yang hilang.Begitu cepatnya Yasmin pulih, karena sifat dan jiwa semangatnya begitu besar, sangat membantu pemulihan lebih cepat ketimbang minum obat.Hari ini ia sudah siap kembali ke rumah bersama kedua orang tuanya. Yasmin tidak sabar ingin melihat rumah baru seperti yang diceritakan oleh maminya.“Mami memangnya aku pingsan berapa lama? kenapa barangnya banyak sekali?” tanya Yasmin terkejut melihat begitu banyak koper besar.“Satu bulan lebih kamu disini, tidak hanya barang kamu, tetapi ini barang suamimu juga.” jawab Meli mengambil tas selempangnya.“Bibi telepon tuan dulu ya nyonya,”ujar bibi Anna.“Iya bi, jangan lupa ajak Jessica.” ujar Meli.Mendengar nama Jessica disebut. Yasmin memutar bola matanya, dengan wajah cemberutnya merubah moodnya menjadi jelek.Meli tersenyum tipis memper
Yasmin menikmati makanan yang begitu enak, terlihat dari cara makannya begitu bersemangat dan lahap, mulutnya tidak berhenti mengunyah dan memasukan setiap makanan yang ada di piringnya.Arkana dan Jessica yang berada di sampingnya hanya menyaksikan gadis itu makan, memberikan dan menambah porsi makan Yasmin setiap kali memintanya.“Memangnya di rumah sakit tidak diberi makan?” tanya Jessica.“Jangan diajak bicara, nanti tersedak.” kata Arkana tidak berhenti mengusap rambut Yasmin.“Minum,” kata Yasmin.Arkana segera mengambilkannya. yasmin menyandarkan punggungnya di banku, kedua tangannya mengusap perut sambil mengatur nafasnya, perutnya begah karena kekenyangan.Tangan Arkana ikut mengusap perut Yasmin, membuatnya teringat saat Yasmin masih mengandung dan sering mengalami kram perut hampir setiap malam, ekspresi wajahnya mulai berubah menjadi muram dengan tatapan kosong.Yasmin menyingkirkan tangan Arkana dari perutnya, kemudian berdiri tetapi Arkana menahannya dan membuat Yasmin ke
Yasmin akhirnya memiliki teman dalam keluarga Amijaya, yaitu Bela. Marcel mendapatkan restu setelah Arkana kembali dan resmi kembali menjadi Tuan Muda, meskipun kehamilan palsu Bela terungkap, Amijaya tetap merestui pernikahan mereka. Begitu bahagia, Marcel akhirnya bisa menikahi Bela, pria itu sampai mengajak Arkana berlomba untuk mendapatkan anak. Padahal Yasmin dan Bela tidak ingin terburu-buru memiliki anak. Namun harapan Yasmin telah hilang, karena perempuan itu telah hamil lebih dulu akibat Arkana termakan ucapan Marcel. “Sayang bangun yuk, kita berjemur.” Ujar Arkana membangunkan istrinya dengan lembut. “Aku masih ngantuk,” rengek Yasmin memeluk guling.Arkan menarik guling sang istri, kemudian mengangkat tubuh Yasmin ke dalam gendongannya, membawanya ke kamar mandi.Seperti anak kecil yang susah dibangunkan, Arkana membasuh wajah istrinya di kamar mandi, tidak lupa menggosok gigi dalam keadaan Yasmin yang masih memejamkan mata.Setelah itu Arkana mengikat rambut Yasmin, m
Satu minggu lagi Arkana dan Yasmin akan segera pindah, segala persiapan dan penyelesaian yang sudah Arkana mulai tinggal menunggu kabar Jessica yang belum memberikan keputusan apapun, bahkan kabarnya tiba-tiba menghilang setelah pembicaraan dengan Arkana.Yasmin berusaha menghubunginya, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Arkana sangat berharap Jessica akan kembali saat perayaan sekaligus peresmian pergantian Arkana nanti.Disamping itu Yasmin tidak sabar ingin bertemu Bela dan juga mertuanya, yang sudah menghubunginya beberapa kali, sedangkan Meli merasa sedih karena mereka akan meninggalkan rumahnya.Sebetulnya, Meli sangat berat harus berpisah dengan putrinya, ia begitu takut kejadian dulu terulang kembali.Namun, melihat antusias dan keceriaan putrinya, ia merasa sedikit lega, berusaha membuang pikiran negatifnya.“Mami dan papi ikut Yasmin aja, pindah kesana.” Pinta Yasmin.“Nanti Mami dan Papi mau tinggal dimana? rumah yang dulu sudah dijual sama Papi,” kata Meli dengan wajah cemb
“Yasmin sudah aku bilang, aku gak ada hubungan apapun sama Emeli.” Ujar Arkana dengan nada tinggi. “Kalau gak ada hubungan apapun, kenapa kamu kemarin perhatian sama dia? Udah aku bilang jangan terlalu dekat sama dia,” teriak Yasmin membalasnya. “Kamu tahu dia rekan kerja satu kantor, bagaimana bisa aku tidak dekat dengannya? Kerjasama itu membutuhkan hubungan yang baik, selain karena pekerjaan aku tidak ada hubungan apapun dengannya.” kata Arkana berusaha menahan emosinya. Pagi hari Yasmin dan Arkana sudah memulai pertengkaran hebat, teriakannya sampai terdengar ke lantai bawah, kedua orang tua Yasmin sampai khawatir karena dari kemarin hubungan Yasmin dan Arkana tidak baik-baik saja. Belum lagi Yasmin sedang terbakar api cemburu yang belum reda, hati dan pikirannya masih terbakar karena kedekatan Arkana dan Emeli. Yasmin kembali menangis, ia masih belum terima dengan kejadian di restoran, ia masih marah diliputi kecemburuan yang hebat. Sudah beberapa kalinya Yasmin menangis, m
Api cemburu semakin membakar emosi Yasmin yang menyaksikan kedekatan suaminya dengan Emeli. Yasmin berusaha menahan diri untuk tidak menyerang perempuan itu, jika saja tidak ditemani Jessica, mungkin Yasmin sudah membuat kesalahan untuk kedua kalinya. Walaupun begitu, Yasmin tidak tahan untuk meluapkan emosinya dan menangis merasakan sakit dalam dadanya. Jessica mengantarkan Yasmin pulang dalam keadaan dibanjiri air mata, tangisannya berlanjut sampai rumah membuat Meli terkejut dan menanyakannya kepada Jessica. “Anak tante sedang dilanda kecemburuan, jangan terlalu khawatir nanti juga sembuh kalau sudah baikan dengan suaminya.” Kata Jessica. “Memangnya cemburu karena apa?” Kata Meli penasaran.“Tadi di restoran, saya dan Yasmin secara diam-diam mengikuti Arkana makan siang bersama Emeli dan juga salah satu klien perusahaan, entah itu disengaja atau tidak. Arkana terlihat perhatian dan begitu dekat dengan Emeli,” jawab Jessica. “Untung dia bisa menahan emosi, tidak melabrak perem
Semenjak Dimas datang, Yasmin sering bermain ponsel dan begitu sering mengabaikan kehadiran Arkana.Arkana begitu kesal setiap kali istrinya main ponsel saat bersamanya, bahkan sekarang pun perempuan itu masih bermain ponsel, tidak peduli suaminya memperhatikannya sejak tadi. “Iya halo, ada apa Emeli?” Ujar Arkana menjawab panggilannya. Pria itu berdiri melangkahkan kaki ke walk in closet melepas pakaiannya satu persatu, sambil membicarakan pekerjaan bersama Emeli. “Tidak perlu, besok Tomi yang akan menyiapkannya.” Ujar Arkana. Di balik cermin, bayangan Yasmin sedang mengintip di balik pintu, hal itu membuat senyuman di wajah Arkana. Ternyata panggilan Emeli bisa mengalihkan istrinya, yang tadi sibuk bermain ponsel dan mengabaikannya, kini perempuan itu penasaran dengan pembicaraannya dengan Emeli. “Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa ikut makan siang bersama klien dari Inggris, kita bisa berangkat bersama setelah melakukan meeting.” Ujar Arkana dengan suara agak keras. Yasmin
Malam ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Bela, begitu banyak pelanggan yang datang memenuhi cafe tempatnya bekerja, tidak seperti malam biasanya Bela masih bisa bersantai.Pekerjaan baru di Cafe Starla cukup membantu perekonomian Bela untuk menambah pemasukan dan mencukupi keperluannya sehari-hari.Meskipun lelah bekerja, itu sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukannya, karena tidak hanya untuk mencukupi kehidupan pribadinya, Bela harus mengirim uang untuk adik-adiknya agar tidak putus sekolah.Bekerja keras memanglah tidak mudah, di usia muda Bela yang harus kuliah dan bekerja sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.Rasa sakit kepala atau demam tidak pernah Bela manjakan, apalagi cuti bekerja, Bela selalu masuk dan memaksakan diri untuk tetap kuat dan tegar.Namun, kali ini Bela tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya yang begitu melilit, wajahnya semakin pucat membuat rekan kerjanya khawatir dan meminta Bela untuk istirahat.“Bela lebih kamu istirahat, biar ak
“Maag ku kambuh karena telat makan, bukan karena aku hamil.” Ujar Yasmin. Awalnya Yasmin terkejut saat Arkana mengatakan dirinya sedang hamil, namun setelah dipikir-pikir lagi itu tidak mungkin karena baru saja kemarin Yasmin datang bulan.Mual dan sakit kepala memang sering terjadi saat maag kambuh, ditambah datang bulan, emosi juga tidak terkontrol karena hormon perempuan saat datang bulan tidak stabil. Wajah Arkana berubah, ia nampak kecewa mendengarnya.“Kamu marah, karena aku tidak hamil?” Ujar Yasmin saat Arkana meninggalkannya. “Tidak,” jawab Arkana. Yasmin merasa tidak enak, ia mengurungkan niatnya dan meletakan kembali ponselnya di tempat semula, ia menyusul suaminya yang berubah murung. Arkana duduk di sofa masih menggunakan handuk, berelanjang dada sambil memeriksa laptopnya. Yasmin menghampirinya lalu duduk di samping suaminya dan berkata. “Jangan terlalu dekat dengan perempuan itu, apalagi kamu bertemu tanpa mengajakku.”Arkana justru tersenyum melihat istrinya mem
“Gimana? semua yang aku suruh kamu lakukan kan?” kata Jessica.Yasmin menganggukan kepala, kemudian ia menyeruput minuman coklate hangatnya penuh kenikmatan.Secara diam-diam Yasmin kembali bertemu dengan Jessica di apartemen pria berkedok perempuan itu, hubungan Yasmin dan Jessica semakin dekat semenjak perempuan itu mengundurkan diri dari perusahaan Arkana.Yasmin tahu Arkana sedang mencari Jessica, tetapi perempuan muda itu sengaja tidak memberitahukan untuk memberikan pelajaran, jika Jessica sangatlah penting bagi Arkana.Rencana yasmin berhasil, suaminya kewalahan menangani masalah di kantor saat Jessica pergi, pria itu bahkan terlihat stres dan sering sakit karena tidak ada yang membantunya.Meskipun Yasmin selalu ada dan mensupportnya, tentu saja Arkana sangat membutuhkan sekretaris seperti Jessica, karena yasmin tidak bisa membantu Arkana dalam menangani perusahan.“Udahlah kamu cepetan balik lagi, kasihan suamiku sering begadang.” kata Yasmin membujuk Jessica.“Gak semudah i
Matahari mulai muncul dari ufuk timur, semua burung diatas ranting berkicauan bak bersiul menyambut pagi. Air embun membuat tanaman tumbuh segar dan sehat. Yasmin dan keluarga menikmati embun pagi di taman, sambil melakukan peregangan otot dengan olahraga seperti menggerakkan tubuh, ataupun berlari mengelilingi taman. Tubuh yang tidak biasa melakukan olahraga pagi memang berat, belum sampai satu putaran saja Yasmin dan Aditya sudah merengek meminta minum. “Papi ngapain sih ikut-ikutan,” kesal Yasmin karena Aditya merebut minumannya. “Papi haus, seret banget nih tenggorokan.” Katanya meneguk minuman Yasmin sampai habis.Tidak lama Meli juga datang meminta minum, dengan nafas ngos-ngosan, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas tikar. “Papi ambilin minum,” ujarnya. “Iya Papi ambilin,” katanya segera berdiri. “Mami kepala aku pusing,” ucap Yasmin memegang kepalanya.Meli langsung duduk mendekati putrinya, dilihat dari wajah Yasmin pucat, Meli memeriksa suhu tubuhnya.“Badan kamu