“Maksud kamu, bicara seperti itu pada mama apa, mama tidak mengerti?” tanya Sonia dengan wajah di buat se sendu mungkin.“Sudahlah ma! Aku tahu maksud kedatangan mama kesini untuk apa.”“Mahen cape ma. Mau istirahat.” Mahen berbalik lalu melangkah masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya dari dalam.“Mahendra tunggu! Mama ingin bicara!” Sonia mencoba membuka pintu kamar, namun tidak bisa.“Mahen! Buka!” teriaknya terus menggedor pintu.Merasa tidak ada respon, Sonya berbalik, lalu menatap Bas dengan sinis.“Asisten tak berguna!” sinisnya.Membuat Bas membulatkan matanya seketika mendengar ucapan Sonia.‘Eh! Kena juga’ Sonia melangkah keluar apartemen dengan menghentakan kaki saking kesalnya.Di dalam kamar,Mahendra duduk merenung di atas tempat tidur, pikirannya sedang kacau sekarang. Mahen sengaja tidak ingin berlama-lama bicara dengan mamanya. Dia tidak ingin semakin emosi dan melontarkan kata-kata kasar nanti.Pertengkarannya dengan Arleta berawal dari ulah Sonia, yang menganca
Dua hari telah berlalu Bas dan anak buahnya gencar mencari keberadaan Alana. Mulai dari perkotaan sampai ke pelosok pun semua mereka datangi.Bahkan anak buah Bas sampai berinisiatif untuk membuat selebaran dengan bermodalkan foto yang diberikan Bas pada mereka.Entah dari jam berapa mereka berkeliling tanpa rasa lelah demi menemukan Alana.‘’Permisi, apa kalian pernah bertemu dengan wanita ini?’’ tanya salah satu anak buah Bas pada seorang pejalan kaki, dengan menunjukan selebaran berisi foto Alana.Kali ini mereka menyasar daerah padat penduduk di pinggiran kota.Wanita itu menggeleng,” Maaf saya tidak pernah bertemu dengannya,’’ sahut si wanita.‘’Oh. Baiklah, terimakasih.’’Wanita itu menganggukan kepala sebagai jawaban setelah itu kembali melanjutkan perjalanan. Begitu pula dengan anak buah Bas.Terik matahari tidak lantas membuat mereka menyerah. Saat dua anak buah Bas sedang beristirahat di warung pinggiran jalan.‘’Bagaimana jika kita tidak menemukan wanita itu hari ini? P
Emp!....empt!Arleta meronta memberontak ketika dua orang pria yang tiba-tiba membekap mulutnya dengan sebuah sapu tangan. Berteriak minta tolong pun dia tidak bisa.Tubuh Arleta semakin lemah, matanya tidak kuat lagi terbuka, tidak lama Arleta benar-benar memejamkan mata.Dua orang pria anak buah Bas itu langsung menghubungi temannya untuk membawakan mobil.Tidak lama sebuah mobil hitam mendekat. Kedua pria itu langsung gerak cepat ketika mobil sudah berhenti di dekat mereka.“Ayo jalan.” titah salah seorang yang baru masuk.Si pengemudi mengangguk tanpa kata dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sebelum ada yang melihat keberadaan mereka.Keadaan sore itu yang cukup sepi karena gerimis memuluskan mereka dalam menangkap Arleta. Siang tadi setelah mendapatkan kabar dari Pras tentang lokasi yang diduga menemukan wanita yang mirip dengan Arleta. Bas langsung mengirimkan banyak anak buahnya untuk menyisir seluruh kawasan tersebut.Usaha mereka tidak sia-sia setelah sal
Brak!Mahen mendobrak salah satu pintu yang ada di gudang itu, pintu itu satu-satunya pintu yang di kunci.Di ruangan yang pengap dan gelap ini Mahen melihat wanita yang begitu dikenal terikat di sebuah kursi, dengan mulut, tangan dan kaki yang terikat.Mata bulat Arleta membola kala mendengar pintu didobrak namun yang membuatnya lebih terkejut pria yang ada di balik pintu yaitu seorang Mahendra..Empt….!Empt….!‘Tuan Mahen!’’‘Tolong saya tuan!’ jerit Arleta dalam hati,‘’Arleta!’’ teriak Mahen sambil berlari menghampiri gadis yang membuatnya hampir gila dalam beberapa minggu ini.Air mata Arleta jauh seketika begitu melihat Mahen dari dekat yang sedang berusaha membuka satu persatu ikatan tali dari tubuh Arleta.Sedangkan diluar,Mahen mendengar adanya keributan mungkin Bas sedang melawan para penjahat yang menculik Arleta. Dan untuk hal itu Mahen mempercayakan hal itu pada Bas.‘’Ahk!’’Bugh!Bugh!Suara kayu yang dipukulkan ke tembok dan teriakan anak buah Bas yang seolah sed
Mahen baru melepas pelukannya ketika bel berbunyi. “Sepertinya dokter Rian yang datang. Tunggulah dulu, aku akan membukakan pintu,”ucap Mahen dengan lembut, pria itu mengusap sisa air mata di pipi Arleta sebelum beranjak pergi.Hati Arleta menghangat mendapat perlakuan lembut dari Mahen, pria yang dikenalnya dengan panggilan Mr. G pria berwajah datar dan dingin, tapi sekarang Arleta melihat sisi lain dari pria itu.Kali ini Arleta melihat sisi lembut yang penuh dengan perhatian, membuatnya terbuai.“Sadar Arleta! Sadar. Jangan mudah baper jadi cewek,” ucap Arleta memperingati dirinya sendiri.Ya, Arleta tidak boleh terbawa perasaan, dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu. Tapi perkataan Mahen tadi masih terngiang-ngiang di telinga.Benarkah apa yang dikatakan pria itu?Atau hanya emosi sesaat saja? Entahlah Arleta tidak tahu dan belum yakin jika yang keluar dari mulut Mahen adalah sebuah kebenaran. Yang jelas saat ini hutang Arleta bertambah pada pria itu, kali ini Arle
Pagi menjelang, Arleta mulai mengerjap membuka mata, gadis itu merasakan tangannya terasa kelu dan berat ketika ingin digerakan. Arleta menoleh, ketika matanya sudah benar-benar terbuka. “Astaga tuan Mahen,” ucap Arleta pelan, gadis itu sungguh terkejut melihat pemandangan yang tidak biasa ini. Arleta menatap wajah tampan yang sedang tertidur pulas berbantalkan tangannya. Ya, Mahen ketiduran ketika menunggui Arleta, sampai-sampai pria itu ketiduran dengan posisi duduk di sisi ranjang. Bibirnya mengukir senyum indah, mengagumi keindahan di depan matanya dengan nyata. Jantungnya menjadi berdetak tidak beraturan, Arleta segera memalingkan pandangan ke arah lain, untuk mengusir rasa aneh dalam dada. Panggilan alam membuat Arleta mau tidak mau harus membangunkan Mahen yang masih tertidur pulas. Arleta tidak dapat menarik tangannya yang digunakan Mahen sebagai bantal, terlalu berat dan kelu rasanya. “Tuan.” panggil Arleta pelan, gadis itu menyentuh bahu Mahen menggunakan t
Hari menjelang malam, Mahen baru saja keluar dari gedung perusahaan miliknya bersama dengan Bas. Saat ini keduanya sedang berjalan menuju parkiran. “Bas, apa kau sudah memberikan apa yang aku minta?” “Sudah tuan. Ada di mobilku,” sahut Bas.Terlihat Mahen mengangguk, kemudian berjalan cepat menuju mobil. Bas berjalan lebih dulu agar lebih cepat tiba di parkiran, pria itu terlebih dulu mengambil hadiah untuk Arleta yang dibeli siang tadi. Kemudian menghampiri Mahen yang sedang menunggu di dalam mobilnya. Pagi tadi Mahen dan Bas berangkat dengan mobil masing-masing, karena letak apartemen mereka berbeda. “Ini tuan. Semoga nona menyukainya,” ucap Bas. “Ya, semoga saja,” sahut Mahen sambil mengambil bingkisan itu dari tangan Bas. ___sesampainya di apartemen Bas segera naik ke unit miliknya.“Leta! Arleta!” Mahen memanggil Arleta dengan sedikit berteriak. Langkahnya semakin cepat setelah tidak mendapat sahutan dari wanita itu. Brak! Mahen mendorong keras pintu kamar,
Ketika hari hampir malam, Mahen baru tiba di apartemen. Sedangkan Bas pria itu langsung pulang ke apartemen miliknya yang tidak jauh dari tempat Mahen saat ini. Baru saja masuk melangkahkan kaki di pintu, Mahen sudah disambut dengan wangi masakan yang begitu menggugah selera. Terlihat Arleta sedang fokus memasak bahkan sampai tidak tahu jika Mahen datang. Entah apa yang dimasak gadis itu? Mahen melangkahkan kali perlahan menghampiri Arleta, dan… Grep! Mahen memeluk Arleta dari belakang, dan itu membuat Arleta terkejut dan hampir memukul Mahen dengan spatula. “Ini aku,” ucap Mahen pelan sambil menahan spatula yang hampir mengenai kepalanya. Setelah pelukan di pinggangnya berkurang Arleta kemudian berbalik. “Ya ampun, maaf. Aku kira siapa. Lagian tuan sih! Kenapa tidak bilang kalau sudah pulang. Jadinya kan tidak begini.” celoteh Arleta menyalahkan Mahen. “Memang kamu kira siapa.” goda Mahen dengan menaik turunkan alisnya. “Aku kira ada penculik lagi,”sahut Arleta d