Nola mengangguk mengiyakan. "Iya. Aku sedang hamil sekarang."Lolita mengerjapkan mata cepat. "Aku tidak mendengarmu menikah. Dan bagaimana dengan karirmu?"Nola mengulas senyumnya dengan tenang. Dia sudah menduga jika Lolita akan terkejut, dan mungkin akan mempertanyakan tentang pernikahan dan tentang karirnya. Seperti orang-orang di sekitarnya bertanya."Aku belum menikah, Lolita. Dan aku sedang mengambil waktu istirahat dari aktivitas modelingku, sampai aku selesai melahirkan," jawab Nola masih dengan tersenyum. Dia lalu teringat kalau dia juga sudah membeli coklat untuk Lolita. Meski, dia tidak tahu persis coklat seperti apa yang disukai gadis itu, dia tetap membelinya."Aku juga membeli ini untukmu." Nola menyerahkan satu tas belanja di sisinya yang berisi dua kotak dark coklat."Kau terlalu banyak memberikanku. Aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu ini, Nola. Terima kasih." Lolita menerima coklat dari Nola dengan sangat senang.Lolita kemudian terperanjat dari kursinya. Dia t
Tiga minggu kemudian. Setelah Jones berhasil melewati masa kritisnya. Keadaannya berangsur-angsur membaik. Sesekali Edgar, Roy, dan Nola bergantian menjenguknya. Sementara, Franklin yang keadaannya sudah pulih setelah melakukan cangkok ginjal untuk Jones, lebih sering berada di rumah sakit untuk menemani Jones.Franklin mengundurkan diri dari posisinya sebagai asisten pribadinya Edgar karena dia ingin fokus merawat kakaknya. Sebagai gantinya Jones merelakan Roy bekerja untuk Edgar."Huh … akhirnya aku sudah diperbolehkan pulang," ucap Jones senang. Dia tersenyum melihat Franklin.Franklin balas tersenyum. "Suasana hatimu terlihat sangat baik hari ini, Jones."Jones melebarkan senyumnya. "Tentu. Aku sangat bahagia, Franklin. Aku sekarang sudah sembuh. Sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Dan aku ingin menghabiskan waktuku bersama adik kecilku yang menggemaskan ini," balasnya mencolek hidung mancung Franklin.Franklin mendengus. "Aku bukan adik kecilmu lagi. Aku sudah besar, Jones,
Lolita menangkup dadanya yang bergetar hebat. Jantungnya berdebar tak keruan. Dia tidak menyangka hari yang sangat dia tunggu-tunggu, akhirnya datang juga. Hari pernikahanya dengan Edgar akhirnya tiba.Lolita kini sedang dirias di ruangan khusus pengantin wanita. Dia terus memandangi dirinya dalam balutan gaun berwarna putih dengan model sabrina. Persis seperti desain yang dia buat.Dia sangat berterima kasih pada Nola, karena wanita itu yang membantu desainnya menjadi nyata. Nola memperkenalkan Lolita pada desainer fashion ternama di New York, dan meminta wanita paruh baya itu untuk mewujudkan gambar Lolita menjadi gaun siap pakai. Desainer fashion itu begitu ramah, dan langsung mengiyakan permintaan Nola. Dan sekarang, gaun itu sudah melekat di tubuh mungil Lolita dengan sangat indah. Bahkan, Nola juga yang merekomendasikan penata rias yang handal untuk Lolita."Ya ampun, Nona. Anda sangat cantik. Pengantin pria pasti terpukau melihat Anda," puji sang penata rias dengan sedikit hebo
Setelah acara pernikahan tadi pagi selesai, kini pesta perayaan diselenggarakan dengan sangat meriah di gedung utama.Semua karyawan perusahaan Edgar ikut merayakan pestanya. Dan para petinggi perusahaan turut datang.Jones duduk di samping Nola, menyesap sampanyenya sambil duduk bersantai. Jones menatapi para tamu yang saling berbincang, dan ada juga yang berdansa mengikuti alunan lagu romantis yang dimainkan oleh para pemain musik yang ada di seberang ruangan.Nola tiba-tiba menyambar gelas yang ada di tangan Jones. "Sudah cukup minumnya. Pikirkan kesehatanmu. Kau hanya memiliki satu ginjal, jadi kau harus merawatnya dengan baik. Dan jangan pernah merokok lagi."Jones tersenyum. "Iya. Aku hanya meminumnya sedikit. Dan aku juga sudah tidak merokok lagi."Robert kembali duduk di samping Nola setelah mengambil kue coklat untuk wanita pujaannya itu."Ini, Nola. Aku berhasil mendapatkannya untukmu," tukas Robert senang. Dia menaruh piring kaca kecil ke hadapan Nola.Nola tersenyum. "Than
Sebastian berderap dengan cepat menuju ke area dapur. Dia menatap sekelilingnya penuh waspada, sebelum membubuhkan sesuatu ke dalam minuman yang ada di atas nampan.Sebastian sudah bebas dari penjara, karena mendapatkan keringanan dari saudaranya yang merupakan orang berpengaruh di kota New York.Dia bisa sampai di gedung megah ini karena dia menggantikan temannya yang bekerja di sini. Temannya itu sedang sakit, dan akhirnya Sebastian menawarkan diri untuk menggantikannya selama satu hari. Tidak dia sangka ternyata pesta pernikahan Lolita, mantannya juga diselenggarakan di gedung ini.Sekarang adalah kesempatan bagi Sebastian untuk membalaskan semua yang sudah Lolita dan Edgar lakukan padanya. Karena mereka berdua, Sebastian harus menahan malu seumur hidupnya, dan harus merasakan hidup menderita di balik jeruji besi.Sebastian mengulas senyumnya saat sudah mengaduk minumannya. Dia mengangkat nampannya dan menyuruh pelayan lain yang kebetulan hendak mengambil minuman untuk mengantarkan
Jones segera menghampiri tersangka yang sudah memberikan racun ke dalam minuman Edgar. Dia datang ke kantor polisi dan berhadapan langsung dengan si pelaku."Jadi, kau yang sudah memasukkan racun ke dalam minuman Edgar, huh?" tanya Jones pada pria yang terlihat diam saja di depannya dengan kedua tangan yang diborgol."Jawab!" sentak Jones tak sabaran."Bukan saya, Tuan. Saya hanya bertugas mengantarkan minuman itu ke para tamu. Dan kebetulan Tuan Edgar yang mengambil minuman tersebut," jawab si pria dengan mata berkaca-kaca. Bukan dirinya yang melakukannya. Dia tahu kalau pria yang terlihat asing yang menyuruhnya semalam, mungkin adalah pelaku yang sebenarnya. Karena hanya pria itu yang mencurigakan. Tapi, dia tidak bisa mengatakannya karena dia juga tidak mengenalnya, dan baru hari itu dia melihat wajahnya."Dan kebetulan katamu?! Kalau bukan Edgar, akan ada tamu lain yang menjadi korbannya. Sekarang Edgar belum sadarkan diri. Aku akan memastikan kau mendapatkan hukuman terberat!" ta
"Edgar belum sadarkan diri?" tanya Jones pada Lolita.Lolita bergeleng lemah. "Belum," jawabnya menoleh pada Jones. "Aku pergi dulu ya. Nanti aku akan kembali."Jones mengangguk. "Iya. Hati-hati di jalan."Lolita kemudian melangkah pergi dibantu oleh Roy di sisinya. Lolita merasa lemas. Seakan kedua kakinya sudah tak mampu lagi untuk menahan beban tubuhnya. Dia juga kehilangan nafsu makannya, tapi dia memaksakan diri untuk tetap menyantap sarapan yang tadi dibelikan ayahnya. Lolita juga harus memikirkan kesehatan bayinya. Dia tidak boleh egois, hanya memikirkan perasaannya saja.Jones melihat kepergian Lolita dengan mendesah berat. "Dia terlihat tak bersemangat."Jones lalu masuk ke kamar di mana Edgar masih tertidur dengan alat medis yang menempel di tubuhnya.Dia meringis pedih. Dalam satu hari Edgar merasakan kebahagiaan, dan dalam satu hari juga, sahabatnya itu jadi terbaring lemah seperti ini.Kalau bisa, Jones akan menukar dirinya dengan Edgar sekarang. Biar dirinya yang terbari
Lolita duduk termenung di samping Edgar. Dia tidak melakukan apapun. Hanya terpaku menatap wajah Edgar yang matanya masih tertutup.Roy berdiri di sisi Lolita. Dia menyentuh pundak Lolita pelan."Edgar akan segera sadar. Percayalah. Dia bisa mengalahkan efek racunnya.""Tapi, kapan, Dad? Kapan Om bangun?" Lolita terisak. Dia buru-buru mengusap air mata yang berhasil meleleh di pipinya dengan punggung tangan."Dokter sedang melakukan yang terbaik, Lolita." Roy mengusap pundak Lolita dan menariknya ke dalam pelukan. Lolita tidak bisa menahan diri dari menangis. Semalaman dia menangis tanpa henti, sampai matanya sembab."Lolita," panggil Nola yang mendongakkan kepala di pintu ruangan.Lolita melepaskan pelukan Roy. Dan dia menatap Nola setelah mengusap air matanya."Ada apa, Nola?""Kemari sebentar," pinta Nola mengibaskan sebelah tangannya.Lolita mengangguk mengiyakan. Dia berderap pelan menghampiri Nola yang ada di luar ruangan."Ini untukmu, Lolita." Nola menyodorkan dua kotak cokla