***Terasa cepat waktu berlalu ....Kini Aldo dan Turiah sampai di kota. Sebentar lagi mereka tiba di rumah besar milik Aldo."Nanti akan saya kenalkan dirimu dengan istri dan Anak saya," ucap Aldo yang sudah bangun dari tidurnya.Turiah hanya mengangguk. Terlihat sudah rumah mewah Aldo itu. Terpancarlah senyum kebahagiaan dari wajah sang pangeran tampan.Semua sedang berkumpul di rumah, Marsha dan Jasmin pun datang lagi.Ketika mendengar suara mobil, mereka semua bergegas untuk keluar."Ayah!" teriak Aldo antusias.Seketika tubuh Ayu yang tersandar lemas, kini jadi bangkit dan ikut berlari ke luar."Arya," lirih Aldo sambil memeluk putranya.Berderai air mata Turiah menyaksikan keharuan pertemuan keluarga Aldo.Di susul Marsha dan Jasmin, keduanya saling memandang ketika melihat Aldo berdiri dengan penuh luka."Lihatlah, Tuan besar benar-benar selamat. Tidak salah bukan ucapan saya kemarin," ujar Jasmin.Arya tersenyum bahagia. Ia pun mengiyakan perkataan Jasmin dalam hatinya.Tubuh
***Arya ke kantor dan menceritakan pada Jasmin, bahwa dirinya mulai ingat kembali."Syukurlah, saya sangat senang mendengarnya," ujar Jasmin."Seperti janji saya waktu itu. Setelah ini saya akan melamarmu."Berbinar-binar mata Jasmin mendengar ucapan Arya. Betapa senang dan bahagianya dia.Waktu terus berjalan ....Ketika jam pulang kerja, keduanya langsung ke rumah. Arya ingin meminta restu pada Ayu dan Aldo.Sepanjangan perjalanan Jasmin dan Arya bergenggaman tangan. Tak bisa dipungkiri kalau Jasmin sangat mencintai Arya. Namun, Arya kini menyimpan satu nama lagi di hatinya. Yaitu, Marsha.Sampai di rumah."Bunda, Arya ingin ingin melamar Jasmin," ucap Arya menunduk malu-malu.Tersenyum Ayu mendengar ungkapan putranya. Aldo juga ikut tersenyum.Keduanya setuju, tak lama datang pula Marsha. Dia selalu mengunjungi Ayu ketika jam pulang kerja Arya.Marsha sempat mendengar dari luar tadi. Hatinya hancur, air matanya mengalir. Tak tahu harus berkata apa. Ia pun sadar diri, bahwa diriny
***Hari berganti ....Turiah datang lagi ke rumah Aldo, seperti janjinya kemarin, kalau dirinya akan membantu bersih-bersih di rumah itu."Selamat pagi, Mas Aldo," sapa Turiah.Arya yang sedang menyantap sarapannya, menjadi tersedak."Uhuk.""Pelan-pelan, Arya! Ini minum dulu," ujar Turiah meraih gelas di samping Arya.Sikapnya seolah bagai seorang ibu. Ayu merasa Turiah sedikit berlebihan."Terima kasih, Tante. Tapi tolong, jangan panggil Ayah dengan sebutan itu lagi. Sungguh tak enak didengar. Sebutan itu hanya untuk Bundaku saja," papar Arya.Menunduk Turiah, ia meras malu. Arya sudah dua kali memperingatinya."Ya sudah, sekarang kamu sarapan saja dulu," sambung Aldo.Turiah menggeleng, kemudian berkata. "Saya sudah sarapan di rumah. Lebih baik saya ke dapur dan mulai beres-beres."Turiah berlalu, sedangkan Ayu belum membuka suaranya.Tak enak prasangka Ayu. Namun, ia tak mau bertindak gegabah."Sayang, hari ini Bunda akan ke kantor. Bunda ingin mengecek secara langsung hasil kerj
***Waktu terus berlalu, perasaan Turiah semakin mendalam kepada Aldo. Perlahan gerak-geriknya mulai terbaca oleh Ayu. Turiah sering ketangkap basah sedang menatap Aldo dalam-dalam lalu tersipu.Ayu mengerutkan alis sembari berpikir panjang. Ia tak mau mengambil kesimpulan terlalu cepat. Namun, Ayu juga tak mau menyesal kemudian hari."Mas," lirih Ayu di dalam kamar."Iya, sayang. Katakan ada apa? Dari tadi Mas perhatikan dirimu sangat gelisah," ujar Aldo sembari membelai rambut Ayu mesra."Seandainya ada wanita lain yang mencintaimu bagaimana? Seperti Jasmin dan Marsha yang mencintai Arya."Aldo menautkan alisnya heran. Kemudian ia tergelak."Pertanyaan macam apa itu sayang? Mas bukan labil seperti Putra kita. Di usia yang sekarang ini Mas hanya ingin hidup tenang dan bahagia bersamamu saja. Tak pernah terlintas sedikit pun tentang wanita lain," papar Aldo.Ayu menghela napas lega. Setidaknya ia tak perlu khawatir akan kesetiaan Aldo."Syukurlah, Mas. Jujur aku tak suka berbagi.""M
***Rencana Marsha untuk menyingkirkan Jasmin dimulai.Ia mengintai langkah Jasmin saat pulang kerja. Jasmin yang tinggal sendirian tentunya membuat Marsha mudah bertindak. Orang-orang suruhan Nadin pun ikut membantu.Saat Jasmin sudah berada di dalam rumah. Pesuruh Nadin mulai beraksi dengan hati-hati.Ia menyiramkan bensin ke area rumah Jasmin dengan menggunakan topeng. Suasana yang sepi di malam hari memang waktu yang pas untuk mereka melancarkan rencana jahat itu.Dari sore Marsha sengaja mengintai. Hingga malam harinya barulah anak buah sang Mama menjalankan perintahnya.Marsha hanya berdiam di dalam mobil. Dalam hitungan detik rumah Jasmin sudah dipenuhi api.Mereka semua segera kabur. Suasana yang sunyi akan membuat Marsha dan yang lain aman."Selamat jalan, Jasmin yang malang! Ini akibatnya jika kau berani masuk dalam kehidupan cintaku," ujar Marsha tertawa puas.Dua orang bayarannya itu pun ikut tertawa..Di sisi lain, Arya merasa gelisah malam ini. Padahal jam sudah menunj
***POV Jasmin.Malam ini aku terbangun karena mencium bau asap. Seketika aku tatap jam dinding, ternyata pukul 2 pagi.Aku melangkah keluar kamar dan aku sangat terkejut. Ruangan depan sudah dipenuhi dengan kobaran api. Aku cemas dan langsung menghubungi Arya. Namun, api merambat begitu cepat.Aku mulai merasa sesak dan teleponku terlepas dari genggaman. Aku berlari mencoba menyelamatkan diri.Kaca jendela kamar aku pecahkan, dan kobaran api pun sudah memakan separuh kamarku. Kakiku terkena jatuhan bara api, tapi aku berhasil keluar walau terluka.Sekuat tenaga aku berjalan hingga seseorang menolongku.Aku dibawa pergi jauh dari rumah. Sementara lelaki bernama Husain yang menolongku itu mengatakan hal ini sudah direncanakan.Aku menceritakan tentang kisah pribadiku. Terlibatnya aku dalam cinta segitiga antara aku dan Marsha. Lalu Husain memutuskan untuk mengintai gerak-gerik Marsha.Sedangkan aku disuruh sembunyi untuk sementara waktu sampai semua ini jelas terungkap."Saya berjanj
Garis takdir.Part: 1***Naya Raisya Putri, seorang wanita dewasa yang seharusnya sudah sangat matang untuk berumah tangga. Namun, karena kegagalannya pada kisah cinta lima tahun silam, membuat Naya enggan mengenal sosok laki-laki baru.Zacky Eza, seorang laki-laki tampan dan baik menurut Naya. Keduanya menjalin hubungan cukup lama. Yaitu, sekitar enam tahun.Ketika jenjang pernikahan hampir saja diraih keduanya, tiba-tiba takdir tak berpihak pada mereka.Naya dan Zacky putus. Hubungan mereka kandas hanya karena masalah sepele saja.'Hari ini, tepat lima tahun kita berpisah, Za. Apa kabar kamu di sana? Rasanya ingin aku menyapa, walau sekali saja. Namun, kalimat terakhirmu membuatku kehilangan nyali,' gumam Naya memandangi sebuah gambar sang mantan.Air mata Naya mengalir deras, sederas rindu yang tak pernah terbayar lunas. Zacky telah beristri, usia pernikahan mereka mamasuki tahun ke-empat. Melati nama wanita yang kini menjadi jodoh mantan Naya itu.Seorang wanita karir yang sukse
Garis takdirPart: 2***"Nay, berhenti menyalahkan dirimu sendiri! Zacky tidaklah sesempurna tanggapanmu," ujar Santi, teman baik Naya."Stop berkata buruk tentang Zacky, San!" sanggah Naya."Aku tidak berkata buruk, hanya saja sedari lima tahun lamanya kau selalu larut dalam perasaan bersalahmu. Perpisahanmu dengan Zacky kau jadikan dosa terbesar dalam hidupmu. Sadarlah, Nay! Zacky sudah bahagia, dan kau masih ingin larut dalam cinta yang tak mungkin kembali ini?"Naya bergeming, air mata tertahan di pelupuk mata indahnya."Nay, usiamu sudah menginjak kepala tiga. Mau sampai kapan menyendiri dan terus merindukan sosoknya Zacky? Aku berkata begini karena aku sayang padamu, Nay. Aku peduli," ujar Santi dengan binar mata yang berkaca-kaca.Naya tahu Santi menyayanginya. Namun, di hatinya tak bisa sedetik saja menepis bayangan Zacky walau sudah berlalu sangat lama."Nay," lirih Santi lagi.Naya yang tadinya hanya diam saja mendengarkan nasihat Santi, kini menoleh dan menatap serius saha