***Rencana Marsha untuk menyingkirkan Jasmin dimulai.Ia mengintai langkah Jasmin saat pulang kerja. Jasmin yang tinggal sendirian tentunya membuat Marsha mudah bertindak. Orang-orang suruhan Nadin pun ikut membantu.Saat Jasmin sudah berada di dalam rumah. Pesuruh Nadin mulai beraksi dengan hati-hati.Ia menyiramkan bensin ke area rumah Jasmin dengan menggunakan topeng. Suasana yang sepi di malam hari memang waktu yang pas untuk mereka melancarkan rencana jahat itu.Dari sore Marsha sengaja mengintai. Hingga malam harinya barulah anak buah sang Mama menjalankan perintahnya.Marsha hanya berdiam di dalam mobil. Dalam hitungan detik rumah Jasmin sudah dipenuhi api.Mereka semua segera kabur. Suasana yang sunyi akan membuat Marsha dan yang lain aman."Selamat jalan, Jasmin yang malang! Ini akibatnya jika kau berani masuk dalam kehidupan cintaku," ujar Marsha tertawa puas.Dua orang bayarannya itu pun ikut tertawa..Di sisi lain, Arya merasa gelisah malam ini. Padahal jam sudah menunj
***POV Jasmin.Malam ini aku terbangun karena mencium bau asap. Seketika aku tatap jam dinding, ternyata pukul 2 pagi.Aku melangkah keluar kamar dan aku sangat terkejut. Ruangan depan sudah dipenuhi dengan kobaran api. Aku cemas dan langsung menghubungi Arya. Namun, api merambat begitu cepat.Aku mulai merasa sesak dan teleponku terlepas dari genggaman. Aku berlari mencoba menyelamatkan diri.Kaca jendela kamar aku pecahkan, dan kobaran api pun sudah memakan separuh kamarku. Kakiku terkena jatuhan bara api, tapi aku berhasil keluar walau terluka.Sekuat tenaga aku berjalan hingga seseorang menolongku.Aku dibawa pergi jauh dari rumah. Sementara lelaki bernama Husain yang menolongku itu mengatakan hal ini sudah direncanakan.Aku menceritakan tentang kisah pribadiku. Terlibatnya aku dalam cinta segitiga antara aku dan Marsha. Lalu Husain memutuskan untuk mengintai gerak-gerik Marsha.Sedangkan aku disuruh sembunyi untuk sementara waktu sampai semua ini jelas terungkap."Saya berjanj
Garis takdir.Part: 1***Naya Raisya Putri, seorang wanita dewasa yang seharusnya sudah sangat matang untuk berumah tangga. Namun, karena kegagalannya pada kisah cinta lima tahun silam, membuat Naya enggan mengenal sosok laki-laki baru.Zacky Eza, seorang laki-laki tampan dan baik menurut Naya. Keduanya menjalin hubungan cukup lama. Yaitu, sekitar enam tahun.Ketika jenjang pernikahan hampir saja diraih keduanya, tiba-tiba takdir tak berpihak pada mereka.Naya dan Zacky putus. Hubungan mereka kandas hanya karena masalah sepele saja.'Hari ini, tepat lima tahun kita berpisah, Za. Apa kabar kamu di sana? Rasanya ingin aku menyapa, walau sekali saja. Namun, kalimat terakhirmu membuatku kehilangan nyali,' gumam Naya memandangi sebuah gambar sang mantan.Air mata Naya mengalir deras, sederas rindu yang tak pernah terbayar lunas. Zacky telah beristri, usia pernikahan mereka mamasuki tahun ke-empat. Melati nama wanita yang kini menjadi jodoh mantan Naya itu.Seorang wanita karir yang sukse
Garis takdirPart: 2***"Nay, berhenti menyalahkan dirimu sendiri! Zacky tidaklah sesempurna tanggapanmu," ujar Santi, teman baik Naya."Stop berkata buruk tentang Zacky, San!" sanggah Naya."Aku tidak berkata buruk, hanya saja sedari lima tahun lamanya kau selalu larut dalam perasaan bersalahmu. Perpisahanmu dengan Zacky kau jadikan dosa terbesar dalam hidupmu. Sadarlah, Nay! Zacky sudah bahagia, dan kau masih ingin larut dalam cinta yang tak mungkin kembali ini?"Naya bergeming, air mata tertahan di pelupuk mata indahnya."Nay, usiamu sudah menginjak kepala tiga. Mau sampai kapan menyendiri dan terus merindukan sosoknya Zacky? Aku berkata begini karena aku sayang padamu, Nay. Aku peduli," ujar Santi dengan binar mata yang berkaca-kaca.Naya tahu Santi menyayanginya. Namun, di hatinya tak bisa sedetik saja menepis bayangan Zacky walau sudah berlalu sangat lama."Nay," lirih Santi lagi.Naya yang tadinya hanya diam saja mendengarkan nasihat Santi, kini menoleh dan menatap serius saha
Garis takdir.Part: 3***"Lin, kenapa kamu berbohong pada orang itu?" tanya Mila heran.Linda yang tengah sibuk membersihkan dapur masaknya menanggapi dengan santai."Disuruh, Buk Naya.""Hem, kenapa ya?" Mila semakin penasaran."Bukan urusan kita, Mil. Jangan terlalu banyak bertanya," ujar Linda.Mila berdehem pelan dan turut membantu pekerjaan Linda.Sedangkan Naya, ia sudah duduk kembali di kursi goyangannya. Sambil merenung, Naya tersenyum-senyum senang.'Terima kasih, ya Allah. Akhirnya setelah sekian lama, Engkau membawanya sendiri ke sini untuk dapat aku lihat. Sekali lagi terima kasih, dan maaf. Maaf karena aku yang belum mampu menghilangkan perasaanku,' gumam Naya.--Di sisi lain, Zacky sampai di rumah mewah yang berhasil ia beli dengan uang kerja kerasnya selama ini.Ya, Zacky adalah sosok laki-laki yang penuh tanggung jawab. Walau memiliki istri seorang wanita karir yang kaya raya. Namun, Zacky tak pernah bergantung pada harta Melati. "Tuan sakit?" tanya Bik Atun ketika
Garis takdirPart: 4***Setelah menunggu cukup lama, akhirnya hasil tes Zacky keluar.Semua terkejut mendapati kenyataan bahwa Zacky mengidap penyakit serius. Yaitu, ada tumor yang bersarang di kepalanya. Melati mengusap sudut mata, menghapus tangisnya diam-diam. Sedangkan Bik Atun memalingkan muka, tak sanggup menatap wajah tampan Tuannya."Papa akan baik-baik saja, Ma. Jangan cemas begitu. Lagian tumor ini tidak terlalu ganas," ujar Zacky tersenyum tenang.Sebisa mungkin Melati juga ikut tersenyum. Ia tak mau memperlihatkan kesedihannya di depan suami tercinta."Papa memang harus baik-baik saja. Mama akan mengupayakan pengobatan terbaik untuk kesembuhan Papa.""Papa percaya, dan Papa sangat beruntung memilikimu, Ma."Keduanya saling menguatkan. Padahal di hati masing-masing ada ketakutan yang sama.--Sementara Naya tak tenang. Sejak melihat wajah pucat Zacky, Naya menjadi gelisah.Tak ingin berdiam diri saja dengan sejuta tanda tanya. Naya pun mencoba meminta bantuan Santi untuk
Garis takdirPart: 5***Setelah satu jam berlalu, Zacky dan Melati melangkah bersama untuk pulang. Sedangkan Santi beralasan menunggu suaminya.Ketika Melati masuk duluan ke dalam mobil, Zacky melihat bayangan Naya dari balik kaca restoran yang ada di sampingnya.Namun, Zacky tidak terlalu yakin. Ia berpikir kalau saat ini dirinya sedang berhalusinasi saja."Pa, pulang bareng yuk!. Nanti mobil Papa biar dijemput Anak buah Mama.""Iya deh, Ma. Papa juga mulai pusing nih."Zacky masuk ke dalam mobil istrinya.--Dua puluh menit berlalu, mereka sampai di rumah. Zacky mulai kembali merasakan nyeri dibagian kepalanya.Melati panik, seketika ia memberikan obat dan mencoba memijat pelan kepala sang suami."Pa, boleh Mama bertanya sesuatu?" "Tentu saja boleh, Ma."Melati menarik napas panjang sebelum melanjutkan pertanyaannya."Apa cinta Papa untuk Mama utuh? Apa di hati Papa hanya ada Mama saja?"Zacky yang tengah memejamkan mata karena menahan sakit kepalanya, kini menjadi tegang. Debar
Garis takdirPart: 6***Santi sontak menoleh ke arah wajah Naya. Ia juga heran, apa iya Naya bertemu dengan Zacky, tapi tak ada cerita padanya."Dimana? Tanggal berapa?" tanya Melati beruntun.Naya tersenyum lagi. "Aku lupa tanggalnya, tapi mungkin kamu mengingatnya. Saat itu kamu pun ada di sana."Alis Melati bertaut. Ia mengingat-ngingat kembali.Kapan?"Jangan berbelit-belit. Katakan dengan jelas!""Di rumah sakit. Bukankah kamu juga ada waktu itu."Melati kena jebakan Naya. Ia semakin kesal dibuat gadis manis yang berhasil sukses dengan jerih payahnya sendiri itu."Konyol. Saya sedang serius," ucap Melati geram."Aku hanya berkata jujur. Itu pertemuanku terakhir dengannya. Lagi pula untuk apa kamu repot-repot ke sini hanya untuk menanyakan hal tak penting begini?"Santi tersenyum puas melihat perlawanan Naya yang elegan."Sa-ya ...." Melati tak mampu menjawab. Ia merasa tertampar-tampar dengan ucapan sinis Naya."Sudahlah! Tidak perlu khawatir, kamu tentunya lebih tahu bagaimana
Harga diri laki-laki.Part: 11.***Delisa diantarkan pulang ke rumah. Mikayla menyambut dengan antusias.Ia memeluk sang putri begitu erat. Lalu tersadar Delisa memegangi boneka pemberian Maya.Mikayla langsung marah dan merampasnya."Buang boneka jelek ini, Delisa! Mami tak suka melihatnya!" hardik Mikayla.Delisa menangis karena boneka kesayangannya itu terpental jauh keluar."Mikayla! Kau sungguh keterlaluan!" bentak Gio."Aku keterlaluan, Mas? Apa Mas tak salah bicara? Delisa adalah putriku, kenapa Mas membuatnya dekat dengan wanita lain? Kalau Mas ingin hidup dengan Maya silakan! Tapi, jangan pernah bawa Delisa lagi!""Delisa ambil boneka itu dan masuk ke dalam kamar ya, Nak! Papi mau bicara dengan Mani," ujar Gio.Delisa menurut. Ia dengan cepat mengambil kembali boneka dari Maya, laku membawanya masuk ke dalam kamar."Mas, aku sudah menerima keputusanmu untuk bercerai. Kita akan segera bertemu di pengadilan. Tapi, hak asuh Delisa tentu akan menjadi milikku. Lagi pula, Mas send
Harga diri laki-laki.Part: 10.***Mikayla terus menanamkan rasa benci di hati Delisa pada Maya. Gadis kecil itu tak tahu kalau kalau sebenarnya Mami yang ia bela justru lebih dalam menoreh luka."Delisa, sayang ... sebentar lagi Papimu akan datang. Ini waktunya Delisa membuat Papi memilih kita! Mami tak mau berpisah dengan Papi. Delisa juga tak mau kan sayang?" "Iya, Mi. Delisa tak mau Papi memilih Tante jahat itu!"Mikayla tersenyum senang. Ia berharap rencananya kali ini berhasil.Tak lama kemudian bel rumah berbunyi. Gio datang dengan wajah cemasnya."Papi, Delisa tak mau melihat Papi bersama Tante jahat itu lagi," ujar Delisa.Mikayla hanya diam dan seolah tak mendengar perkataan Putrinya."Kenapa Delisa bicara begitu, sayang? Tante Maya itu adalah Tante Delisa. Dia tidak jahat," sahut Gio lembut.Gio melempar pandangan ke arah Mikayla. Ia tahu, pasti semua yang dikatakan Delisa adalah ajaran darinya."Tidak, Papi! Tante itu bukan Tante Delisa! Dia jahat! Dia sudah merebut Papi
Harga diri laki-laki.Part: 9***Gio pindah ke sebuah apartemen yang telah berhasil ia beli. Saat hendak memejamkan mata, bayangan peristiwa satu tahun yang lalu kembali muncul dalam memori otaknya.Saat itu Gio baru pulang dari luar kota. Ia memang pulang lebih awal dari rencananya.Suasana rumah begitu sepi. Gio berpikir kalau Delisa sudah pasti sudah tidur. Gio yang ingin memberi kejutan pada sang istri, masuk ke dalam rumah secara diam-diam dengan menggunakan kunci cadangan yang ia bawa.Namun, malah sebaliknya. Gio yang dibuat begitu terkejut ketika mendapati sang istri sedang bersama pria lain di dalam kamar mereka."Mikayla!" hardik Gio.Mikayla yang tengah terkapar lemah di bawah selimut menjadi pucat karena terkejut."Bajingan!"Gio menarik pria yang bersama Mikayla. Pukulan bertubi-tubi Gio layangkan pada pemuda yang bernama Hendri itu."Mati kau pecundang!" maki Gio.Hendri terluka parah, tapi ia pun sempat membalas Gio hingga kening Gio berdarah."Mas, cukup! Ampun, Mas
Harga diri laki-laki.Part: 8***"Mas," lirih Mikayla mendekat.Gio bergeming, tatapannya kosong ke depan."Mas, apa memang tak ada tempat bagiku dalam hatimu lagi, Mas? Aku bersedia melakukan apa saja, asal Mas melupakan kesalahan besarku di masa lalu," papar Mikayla.Lastri juga turut mendekat ke arah Mikayla dan menepuk lembut pundak sang menantu kesayangan."Maaf, tapi aku sungguh tak bisa melupakan kejadian itu, Mikayla. Walau sudah setahun berlalu, bayangan saat melihat kau tengah satu ranjang dengan laki-laki itu selalu terngiang dalam ingatanku. Aku tidak sudi menyentuhmu lagi. Aku merasa begitu geli dan menjinjikkan ketika membayangkan peristiwa silam."Mikayla sangat terpukul dengan pernyataan sang suami. Tubuhnya goyah, bahkan hampir tersungkur ke lantai. Namun, Lastri dengan sigap memeluk menantu tersayangnya."Diam kau Gio!" hardik Lastri."Mama yang diam!" sambung Reno."Selama ini Papa selalu mengalah pada Mama. Tepat di mana harga diri Gio, putra satu-satunya yang Pap
Harga diri laki-laki.Part: 7***Lastri pulang ke rumahnya, menceritakan masalah ini pada Reno, sang suami."Pa, ternyata Mas Arkan memiliki istri lain sebelum menikahi Mery."Reno terkejut hingga membuat ekspresi wajah tuanya semakin lucu."Jangan ngada-ngada, Ma.""Papa gak percayaan banget sih. Tadi Mama baru saja dari rumah istri pertama Mas Arkan, dia juga memiliki seorang putri. Yang mengkhawatirkan, putrinya itu sedang dekat dengan Gio," papar Lastri antusias."Kok bisa, Ma? Kenapa selama ini tak ada berita sama sekali tentang Anak dan istri Mas Arkan itu? Harusnya putri dari istri pertamanya juga diakui di depan publik.""Ngapain pakai diakui segala. Mereka itu beda kelas dengan Mbak Mery, Pa. Pastinya Mas Arkan lebih memilih berlian lah dari pada butiran debu begitu," cibir Lastri.Reno menggeleng-geleng heran. Istrinya tak pernah berubah. Semua hanya diukur dengan harta."Terserah Mama saja. Papa malah penasaran dengan sosok saudari Mikayla itu.""Jangan katakan saudari Mik
Harga diri laki-laki.Part: 6***"Tenang dulu, Ma. Aku butuh dukungan Mama saat ini. Aku tidak rela kehilangan Mas Gio," ujar Mikayla."Mama akan selalu ada di pihakmu, sayang."Lastri kembali memeluk Mikayla.--Sementara di sisi lain, Maya juga tengah memeluk tubuh sang Ibu."May, maafkan Ibu, Nak. Seharusnya dulu Ibu bisa mempertahankan kebahagiaanmu," lirih Asih."Ini bukan salah Ibu. Namun, yang aku sesali sekarang, kenapa harus istri dari Tuan Gio yang menjadi Adik tiriku, Bu. Kenapa?Asih perlahan merenggangkan pelukannya. "Ada apa, Nak?"Maya menarik napas panjang, mata indah itu tertutup beberapa detik sebelum bersuara kembali."Tuan Gio selalu mendekatiku di kantor, Bu. Aku sudah berusaha menjauhinya. Walaupun tak ada tindakan yang berlebihan selain makan siang. Namun, hal itu berlangsung selama dua bulan ini."Asih mengerutkan keningnya sambil berpikir. "Apa mungkin Gio menyukaimu?""Aku tak tahu, Bu.""Kalau benar, maka jauhilah, Nak! Sakit hati Ibu memang sangat dalam,
Harga diri laki-laki.Part: 5***Maya mencoba menyadarkan Mikayla. Sedangkan Asih tak peduli sama sekali. Luka di hati wanita paruh baya itu sudah berkarat. Hingga untuk melunturkannya butuh waktu lama, bahkan tak akan mungkin bisa kembali pulih."Tuan, tolong ambilkan minyak angin yang ada di atas meja itu!" Gio dengan sigap bergerak. Maya mengoleskan ke hidung, dan bagian belakang leher Mikayla. Perlahan Mikayla mulai sadar, Maya juga memberikan minum."Minum dulu! Kamu pasti syok," ujar Maya.Mikayla meneteskan air mata, ia duduk dan langsung memeluk Asih dengan erat."Maafkan saya, Bu. Saya tidak tahu kalau ternyata Ayah dan Bunda saya pernah menoreh luka begitu dalam pada keluarga Ibu," lirih Mikayla terisak.Asih bergeming, ia tak membalas pelukan Mikayla. Dalam hati Asih pun ikut menangis.Siapa yang harus dipersalahkan?Mikayla?Bukankah Mikayla tak tahu apa-apa?"Sekarang kamu sudah tahu semuanya. Lalu apa tanggapanmu?" tanya Maya datar.Mikayla melepaskan pelukannya, dan
Judul: Harga diri laki-laki.Part: 4***Pagi harinya, Gio bangun dengan disambut wajah cemberut oleh Delisa."Hey, Anak Papi! Kenapa wajahnya masam di pagi hari ini?" tanya Gio sambil menaikan Delisa di atas pangkuannya."Delisa marah sama Papi," ujar Delisa."Lho, marah kenapa?" Gio menautkan alisnya menanggapi ucapan putri tercinta."Tadi malam Delisa sudah siap-siap buat makan di luar, tapi Papi malah tidur cepat.""Oh, jadi itu alasan Delisa marah?""Iya."Mikayla hanya mendengarkan sambil tersenyum."Baiklah, sayang. Sebagai tanda maaf Papi. Hari ini kita jalan-jalan sampai sore. Mumpung wekeend," ujar Gio."Beneran, Pi? Asyik! Mami siap-siap yuk!" ajak Delisa antusias.Mikayla ikut senang. Ia dan Delisa langsung bergegas untuk bersiap.Sedangkan Gio hanya berniat membahagiakan putrinya.--Kini Gio, Mikayla dan Delisa bermain di area taman. Tak jauh dari sana juga ada restoran. "Sayang, kita makan siang dulu yuk!" ajak Gio pada Delisa."Ayo, Pi." Sementara Mikayla seperti ta
Judul: Harga diri laki-laki.Part: 3***"Bu, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Maya pada Ibunya."Tanyakan saja, Nak!"Maya menarik nafas berat, kemudian bertanya. "Dimana kuburan Ayah?"Asih bergeming, seketika mata tua itu langsung berembun.Maya tahu, sang Ibu pasti tak suka membahas soal ini. Namun, Maya sangat penasaran."Baiklah, Maya. Ibu rasa ini sudah waktunya memberitahumu," ucap Asih.Maya mendengarkan dengan serius."Ibu akan mengantarkanmu ke tempat pemakamannya besok. Setelah itu tidak perlu menanyakan tentang Ayahmu lagi pada Ibu.""Maafkan aku, Bu. Sebagai seorang Anak, aku hanya ingin mengunjungi Ayahku. Walaupun kenyataannya Ayah sudah berbuat tidak adil pada kita. Namun, Ayah sudah tak ada. Bukankah sebaiknya kita memaafkan kesalahannya?"Asih Terdiam. Sakit hatinya masih belum hilang. Saat itu Arkan Santosa sukses dalam usahanya. Kehidupan Asih dan keluarga berubah drastis.Maya yang berusia dua tahun, belum mengerti apa-apa. Asih merasa suaminya berubah semenj