Garis takdirPart: 4***Setelah menunggu cukup lama, akhirnya hasil tes Zacky keluar.Semua terkejut mendapati kenyataan bahwa Zacky mengidap penyakit serius. Yaitu, ada tumor yang bersarang di kepalanya. Melati mengusap sudut mata, menghapus tangisnya diam-diam. Sedangkan Bik Atun memalingkan muka, tak sanggup menatap wajah tampan Tuannya."Papa akan baik-baik saja, Ma. Jangan cemas begitu. Lagian tumor ini tidak terlalu ganas," ujar Zacky tersenyum tenang.Sebisa mungkin Melati juga ikut tersenyum. Ia tak mau memperlihatkan kesedihannya di depan suami tercinta."Papa memang harus baik-baik saja. Mama akan mengupayakan pengobatan terbaik untuk kesembuhan Papa.""Papa percaya, dan Papa sangat beruntung memilikimu, Ma."Keduanya saling menguatkan. Padahal di hati masing-masing ada ketakutan yang sama.--Sementara Naya tak tenang. Sejak melihat wajah pucat Zacky, Naya menjadi gelisah.Tak ingin berdiam diri saja dengan sejuta tanda tanya. Naya pun mencoba meminta bantuan Santi untuk
Garis takdirPart: 5***Setelah satu jam berlalu, Zacky dan Melati melangkah bersama untuk pulang. Sedangkan Santi beralasan menunggu suaminya.Ketika Melati masuk duluan ke dalam mobil, Zacky melihat bayangan Naya dari balik kaca restoran yang ada di sampingnya.Namun, Zacky tidak terlalu yakin. Ia berpikir kalau saat ini dirinya sedang berhalusinasi saja."Pa, pulang bareng yuk!. Nanti mobil Papa biar dijemput Anak buah Mama.""Iya deh, Ma. Papa juga mulai pusing nih."Zacky masuk ke dalam mobil istrinya.--Dua puluh menit berlalu, mereka sampai di rumah. Zacky mulai kembali merasakan nyeri dibagian kepalanya.Melati panik, seketika ia memberikan obat dan mencoba memijat pelan kepala sang suami."Pa, boleh Mama bertanya sesuatu?" "Tentu saja boleh, Ma."Melati menarik napas panjang sebelum melanjutkan pertanyaannya."Apa cinta Papa untuk Mama utuh? Apa di hati Papa hanya ada Mama saja?"Zacky yang tengah memejamkan mata karena menahan sakit kepalanya, kini menjadi tegang. Debar
Garis takdirPart: 6***Santi sontak menoleh ke arah wajah Naya. Ia juga heran, apa iya Naya bertemu dengan Zacky, tapi tak ada cerita padanya."Dimana? Tanggal berapa?" tanya Melati beruntun.Naya tersenyum lagi. "Aku lupa tanggalnya, tapi mungkin kamu mengingatnya. Saat itu kamu pun ada di sana."Alis Melati bertaut. Ia mengingat-ngingat kembali.Kapan?"Jangan berbelit-belit. Katakan dengan jelas!""Di rumah sakit. Bukankah kamu juga ada waktu itu."Melati kena jebakan Naya. Ia semakin kesal dibuat gadis manis yang berhasil sukses dengan jerih payahnya sendiri itu."Konyol. Saya sedang serius," ucap Melati geram."Aku hanya berkata jujur. Itu pertemuanku terakhir dengannya. Lagi pula untuk apa kamu repot-repot ke sini hanya untuk menanyakan hal tak penting begini?"Santi tersenyum puas melihat perlawanan Naya yang elegan."Sa-ya ...." Melati tak mampu menjawab. Ia merasa tertampar-tampar dengan ucapan sinis Naya."Sudahlah! Tidak perlu khawatir, kamu tentunya lebih tahu bagaimana
Garis takdir.Part: 7***Semenjak Melati bertemu Naya, setiap detik perasaannya dilanda gelisah.Bik Atun yang sangat jarang mendengar keributan mereka. Kini hampir setiap malam terkejut saat suara lantang Melati meracau dengan segala tuduhannya.Seperti malam ini."Mama tidak mau Papa mengenang Naya walau hanya sekilas saja! Mama tidak akan rela!""Ma, stop membahas Naya! Papa sudah tak pernah berkomunikasi dengannya.""Ya, tapi Naya masih berusaha mendekati Papa.""Jangan bicara sembarangan, Ma! Naya tak pernah mengganggu Papa atau pun mencoba menemui Papa.""Saos durian yang digratiskannya itu apa, Pa? Naya memang belum menampakkan dirinya di hadapan Papa, tapi dia mencoba membuat ingatan Papa kembali tertuju padanya. Naya itu benar-benar munafik," cibir Melati.Kamar Bik Atun yang bersebelahan dengan kamar Melati membuat dirinya dapat mendengar dengan jelas.'Jadi Nyonya Melati sedang cemburu pada wanita yang bernama Naya itu,' gumamnya."Sudahlah, Ma. Papa tidak akan ke sana lag
Garis takdirPart: 8***Zacky meluahkan semua perasaannya di hadapan makam sang bunda.'Bun, dulu aku selalu ke sini bersamanya. Dia yang belum sempat Bunda lihat sosoknya. Namun, hari ini aku hanya seorang diri mengunjungi Bunda. Dia bukan takdirku, dia bukan jodohku. Aku sudah memiliki istri yang sempurna, tapi kenapa bayangannya tak pernah benar-benar sirna, Bun.'Zacky terisak sambil memeluk batu nisan. Kenangan demi kenangan selalu berdatangan seiring peristiwa yang dijalani mengingatkan lagi tentang kisah silam."Bunda, namaku Naya. InsyaAllah akan menjadi istri yang setia untuk Eza," ucap Naya lirih di samping batu nisan orang tua Zacky.Naya memang menyebut Zacky dengan nama panggilan Eza. Terkesan berbeda dari yang lainnya. Zacky tak pernah keberatan. Baginya sebutan Eza adalah lambang kasih sayang yang besar dan panjang. Karena kedua orang tuanya juga memanggil dengan nama Eza. Namun, kerabat dan yang lain tidak boleh memanggil dengan sebutan yang serupa.Hanya Naya, cuma
Gadis takdirPart: 9***"Nay, aku atau dirimu yang harus ke restoran lebih dulu? Ini kita sudah telat." Santi gelisah memandangi jarum jam di tangannya."Hem, sebaiknya aku saja yang pergi. Kau tetaplah di sini sampai istrinya datang.""Tidak perlu. Aku bisa sendirian, kalian pergi saja! Terima kasih, karena telah membantu," sambung Zacky.Naya tak merespon apa-apa lagi, bahkan tersenyum pun tidak. Naya langsung keluar dan bergegas masuk ke dalam mobil. Sedangkan Santi masih berdiri terpaku menatap langkah Naya yang sudah menghilang dengan cepat."Zack, kau tak menjawab pertanyaan Naya," ucap Santi."Aku hanya sakit kepala, San. Kau tahu sendiri kalau Naya memiliki tingkat kecemasan yang tinggi.""Menurutmu apakah Naya masih mencemaskan keadaanmu sampai detik ini?" tanya Santi lagi."Sepertinya tidak. Tadi hanya kebetulan, dan pertanyaannya adalah hal yang biasa. Naya sudah memiliki keluarga sendiri, begitu pun aku. Mana mungkin dia masih mencemaskan keadaanku," papar Zacky.Santi t
Garis takdirPart: 10***Bik Atun mulai mengerti, sosok Naya punya arti yang tinggi dalam hati Zacky."Walau Bibik tidak mengenal wanita istimewa itu, tapi satu hal yang dapat Bibik simpulkan dari ceritamu, Tuan. Nona Naya mungkin tidak bermaksud melukai Tuan. Bibik yakin semua hanya karena kesalahpahaman. Namun, apa pun itu, Tuan tidak boleh mengenangnya lebih jauh lagi. Ingat, ada Nyonya Melati yang kini sudah menemani hidup Tuan," ujar Bik Atun."Memang berawal dari kesalahpahaman saja, Bik. Saya juga tidak lupa dengan status saya saat ini. Melati adalah segalanya, saya tidak akan berbuat hal yang mungkin menyakiti perasaannya. Saya masih menjunjung tinggi batasan-batasan itu. Namun, masalah alam bawah sadar yang membuat saya mengucapkan sebuah nama, itu diluar kendali saya."Taksi pun berhenti di depan halaman rumah mewah Zacky.Keduanya turun dan tak melanjutkan pembahasan.--Di sisi lain, Naya mencoba mulai melupakan tentang kegelisahannya. Namun, tak bisa. "Nay, minggu depa
Garis takdirPart: 11***Lebih satu jam sudah Melati berada di dalam kamar mandi. Ia menangis tanpa suara. Hatinya hancur hanya karena sekali bentakan dari sang suami.'Kau masih peduli padanya, Pa. Kau masih memikirkannya,' lirih Melati.Sementara Zacky meringkuk di lantai menahan sakit yang menggerogoti kepalanya.'Aku sudah siap pergi dari dunia ini. Ya, aku sudah siap. Jika aku tetap hidup, maka akan terus ada hati yang terluka, termasuk hatiku sendiri,' gumam Zacky.Malam ini keduanya tak saling bicara. Melati mengurung diri dalam kamar mandi, sedangkan Zacky membiarkan dirinya terbaring di lantai yang dingin.Di sisi lain, Naya merasa resah dan gelisah. Di dadanya seperti ada hantaman keras. Sakit, pilu, tak tahu sebabnya.Berkali-kali Naya memegangi ponsel dan ingin berbagi keluh kesahnya dengan Santi. Namun, malam sudah semakin larut, Santi tentunya sedang menikmati kebersamaan dengan suaminya.Naya urungkan niat hatinya itu. Lalu langkahnya mendorong untuk ke luar dari kamar