Gadis takdirPart: 9***"Nay, aku atau dirimu yang harus ke restoran lebih dulu? Ini kita sudah telat." Santi gelisah memandangi jarum jam di tangannya."Hem, sebaiknya aku saja yang pergi. Kau tetaplah di sini sampai istrinya datang.""Tidak perlu. Aku bisa sendirian, kalian pergi saja! Terima kasih, karena telah membantu," sambung Zacky.Naya tak merespon apa-apa lagi, bahkan tersenyum pun tidak. Naya langsung keluar dan bergegas masuk ke dalam mobil. Sedangkan Santi masih berdiri terpaku menatap langkah Naya yang sudah menghilang dengan cepat."Zack, kau tak menjawab pertanyaan Naya," ucap Santi."Aku hanya sakit kepala, San. Kau tahu sendiri kalau Naya memiliki tingkat kecemasan yang tinggi.""Menurutmu apakah Naya masih mencemaskan keadaanmu sampai detik ini?" tanya Santi lagi."Sepertinya tidak. Tadi hanya kebetulan, dan pertanyaannya adalah hal yang biasa. Naya sudah memiliki keluarga sendiri, begitu pun aku. Mana mungkin dia masih mencemaskan keadaanku," papar Zacky.Santi t
Garis takdirPart: 10***Bik Atun mulai mengerti, sosok Naya punya arti yang tinggi dalam hati Zacky."Walau Bibik tidak mengenal wanita istimewa itu, tapi satu hal yang dapat Bibik simpulkan dari ceritamu, Tuan. Nona Naya mungkin tidak bermaksud melukai Tuan. Bibik yakin semua hanya karena kesalahpahaman. Namun, apa pun itu, Tuan tidak boleh mengenangnya lebih jauh lagi. Ingat, ada Nyonya Melati yang kini sudah menemani hidup Tuan," ujar Bik Atun."Memang berawal dari kesalahpahaman saja, Bik. Saya juga tidak lupa dengan status saya saat ini. Melati adalah segalanya, saya tidak akan berbuat hal yang mungkin menyakiti perasaannya. Saya masih menjunjung tinggi batasan-batasan itu. Namun, masalah alam bawah sadar yang membuat saya mengucapkan sebuah nama, itu diluar kendali saya."Taksi pun berhenti di depan halaman rumah mewah Zacky.Keduanya turun dan tak melanjutkan pembahasan.--Di sisi lain, Naya mencoba mulai melupakan tentang kegelisahannya. Namun, tak bisa. "Nay, minggu depa
Garis takdirPart: 11***Lebih satu jam sudah Melati berada di dalam kamar mandi. Ia menangis tanpa suara. Hatinya hancur hanya karena sekali bentakan dari sang suami.'Kau masih peduli padanya, Pa. Kau masih memikirkannya,' lirih Melati.Sementara Zacky meringkuk di lantai menahan sakit yang menggerogoti kepalanya.'Aku sudah siap pergi dari dunia ini. Ya, aku sudah siap. Jika aku tetap hidup, maka akan terus ada hati yang terluka, termasuk hatiku sendiri,' gumam Zacky.Malam ini keduanya tak saling bicara. Melati mengurung diri dalam kamar mandi, sedangkan Zacky membiarkan dirinya terbaring di lantai yang dingin.Di sisi lain, Naya merasa resah dan gelisah. Di dadanya seperti ada hantaman keras. Sakit, pilu, tak tahu sebabnya.Berkali-kali Naya memegangi ponsel dan ingin berbagi keluh kesahnya dengan Santi. Namun, malam sudah semakin larut, Santi tentunya sedang menikmati kebersamaan dengan suaminya.Naya urungkan niat hatinya itu. Lalu langkahnya mendorong untuk ke luar dari kamar
Garis takdirPart: 12***Naya bergeming menyaksikan sikap aneh Melati. Ia mengerti, pasti ada sesuatu yang telah terjadi diantara hubungan mereka.Tak lama Santi pun datang kembali ke rumah sakit."Nay," lirih Santi.Naya menatap dengan tatapan kosong."Hey! Kau juga ke sini rupanya. Kalian sungguh luar biasa. Disaat sekarat begini pun janjian untuk berjumpa bersama," cibir Melati."Kau yang luar biasa!" balas Santi. "Temanku sedang bertarung melawan sakitnya di dalam ruangan itu. Namun, kau malah mengajak kami berdebat di sini. Apa otakmu sudah tak berfungsi? Apa kau pikir dirimu sudah sempurna sebagai seorang istri? Berkaca, Nyonya Melati yang terhormat! Kau terlalu sibuk dengan karirmu, dengan kesuksesanmu. Kau lupa bahwa harga diri laki-laki tak berarti jika berhadapan denganmu!"Panjang lebar Santi melontarkan kekesalannya.Mata Melati membesar, kepalan tangannya seakan siap mencengkram."Apa hakmu menghakimi hidupku?" hardik Melati dengan suara yang bergetar.Bik Atun sudah san
Garis takdirPart: 13***"Untuk apa raga Papa saja yang bersama Mama? Tapi hati dan pikiran Papa masih berkelana padanya! Kenapa, Pa? Kenapa Papa ingin mempertahankan rumah tangga kita? Apa Papa bahagia? Atau mungkin Papa memang suka melihat Mama terluka?"Melati Kembali histeris. Zacky tak mau meninggalkannya, tapi tak jua kunjung berjanji untuk menyimpan dirinya saja dalam hati. "Kapan Papa pernah berkata mencintai orang lain saat ini, Ma? Papa mencintaimu, sangat mencintai Mama. Masalah ada rindu atau pun rasa yang terbelenggu, itu hanyalah sesekali dan sangat manusiawi. Mama harusnya tak terlalu membesarkan masalah ini! Papa dan dia tidak akan pernah bersama walau apa pun alasannya. Tidak akan, Ma."Melati menangis memeluk sang suami. Ia tahu Zacky tidak mungkin meninggalkannya demi wanita lain. Namun, Melati tak lagi menaruh percaya kalau cinta Zacky hanya untuknya."Mama tidak sanggup menerima kenyataan ini, Pa. Mama sangat mencintaimu. Sekali lagi Mama katakan, lebih baik Pap
Garis takdir Part: 14***Melati tersenyum getir melihat kecemasan sang suami. "Mama tidak apa-apa?" tanya Zacky sambil membantu Melati berdiri.Melati menggeleng dengan lemah. Sementara Naya terluka dibagian sikunya.Zacky melihat kondisi Naya, tapi ia tak berani mempertanyakannya. "Ma, ayo kita pulang.""Kenapa buru-buru, Pa?" Melati bertanya dengan wajah kecewanya."Mama mau apa lagi di sini? Untung tadi Mama tidak terkena serempetan mobil. Kalau sampai terjadi, maka Papa bisa gila," ujar Zacky.Melati tertawa. "Papa akan gila jika Naya yang menjadi korbannya."Mata Naya tertutup beberapa detik. Melati selalu saja memancing keributan di hadapannya."Ma, tolong jangan seperti ini! Ayo kita pulang.""Tidak!" hardik Melati garang."Maaf, saya orang asing dalam keluarga kalian. Jadi tolong izinkan saya pergi," sambung Naya."Tidak bisa begitu, Nay. Aku juga tak mau berdebat di tempat umum begini. Sekarang ayo ikut kami pulang," ajak Melati.Naya keberatan, ia menolak dengan terang-t
Garis takdirPart: 15***Zacky menghitung mundur sisa umurnya yang sudah divonis dokter.13 hari yang tersisa.Aku ingin meminta maaf lagi pada istri cantikku yang bernama Melati.Zacky kembali menyimpan catatan itu ke dalam laci kecil yang ada di dalam kamarnya."Papa sedang apa?" tanya Melati."Eh, Papa cuma bosan berbaring begini, Ma. Hari ini libur kan? Temani Papa jalan-jalan ya, Ma!"Melati berdehem pelan. Ia sebenarnya ada janji dengan Andre di luar. Namun, Melati tak tega jika menolak ajakan sang suami."Iya, Pa. Mama telepon seseorang dulu, soalnya tadi udah buat janji untuk ketemuan. Biar Mama batalin saja," ujar Melati dengan lembut."Mama sudah buat janji?" tanya Zacky mengulang pernyataan sang istri.Melati mengangguk cepat."Kalau begitu Mama pergilah! Manusia yang dipegang itu adalah janjinya, Ma. Papa akan meminta Cika dan Bik Atun saja yang menemani Papa.""Tapi, Pa ....""Tidak apa-apa, Ma."Melati menghela napas berat. Dirinya terlalu mencintai dunia bisnisnya hing
Garis takdir Part: 16***Naya dan yang lainnya panik. Semuanya bergegas menuju rumah sakit.Dua puluh lima menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di halaman rumah sakit langganan Zacky dirawat.Zacky langsung ditangani oleh Dokter Wiliam. Sedangkan Naya tak hentinya meracaukan doa seperti sebelumnya."Non Naya yang tenang, ya! Tuan Zacky pasti baik-baik saja," ujar Bik Atun."Saya mana mungkin bisa tenang, Bik. Sekarang kondisinya sangat memprihatinkan. Perubahan fisiknya juga sudah sangat jelas terlihat. Kenapa takdir seolah ingin menghukum saya selalu? Melihat dia seperti ini, rasanya detak jantung saya seakan mau terhenti," papar Naya.Cika yang mendengar pernyataan Naya tersebut menjadi mengerti. 'Jadi wanita yang Bik Atun maksud itu adalah Non Naya ini. Memang rasa cintanya terpancar lebih tulus dan besar. Namun, kenapa bisa?' gumam Cika dalam hati.Naya mondar-mandir dengan wajah yang begitu cemas. "Non Naya sangat baik. Bibik yakin doa-doa Non Naya akan didengarkan oleh s